63 Penggunaan alat tangkap dengan ukuran mata jaring yang kecil dan tradisi
masyarakat dalam menangkap ikan impun dapat mengganggu keseimbangan ekologis, karena ikan-ikan ini tertangkap pada stadia larva hingga juvenil. Jika hal
ini terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadiya penurunan populasi dari spesies ikan-ikan tersebut. Ikan-ikan tersebut seharusnya dibiarkan tumbuh menjadi
dewasa dan melakukan pemijahan sehingga ada rekruit yang masuk ke dalam perairan untuk menjaga kelestarian dari spesies itu sendiri. Secara ekonomi pun
larva dan juvenil ikan tidak sebanding dengan ikan dewasa ketika dijual, yang dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8.
Berdasarkan hal tersebut dan diacu oleh Pauly et al. 2002 in Wiyono 2006 kondisi sumberdaya ikan di perairan Teluk Palabuhanratu aspek ekonomi
terlihat menjadi lebih dominan dibandingkan dengan aspek biologi maupun ekologi. Hal ini akan memicu kerusakan dan kepunahan dari sumberdaya ikan. Oleh karena
itu, permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah permasalah ekologi. Ekologi dan ekonomi mempunyai persamaan yaitu sama-sama mempunyai alat
transaksi. Alat transaksi dalam ekonomi adalah uang, sedangkan dalam ekologi alat traksaksi yang digunakan adalah materi seperti sumberdaya ikan. Oleh karena itu,
ekologi perikanan dapat disebut sebagai ekonomi alam dari suatu sumberdaya ikan. Ekonomi mempelajari keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan
lingkungan dikatakan dalam keseimbangan ekologis jika proses aliran energi dan materi tidak terganggu.
4.11 Pengelolaan Sumberdaya Larva dan Juvenil Ikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada keterkaitan antara larva ikan yang dieksploitasi terhadap keberlangsungan stok sumberdaya
ikan. Sebagai contoh adalah ikan pepetek dan ikan layur yang merupakan salah satu ikan yang pada stadia larva dan juvenilnya sudah tertangkap dan meupakan ikan
ekonomis penting, dimana ikan layur merupakan komoditas ekspor. dan setelah dikaji menggunakan model bioekonomi menunjukkan bahwa kedua ikan ini telah
mengalami overfishing ditinjau dari upaya penangkapan dan hasil tangkapan dari tahun 2001-2010. Penelitian ini menunjukan bahwa eksploitasi yang terjadi bukan
hanya pada ikan dewasa melainkan pada ikan stadia larva dan juvenil. Hal ini akan dapat menyebabkan penurunan stok dari suatu sumberdaya ikan, bahkan jika hal ini
64 terjadi secara terus menerus tanpa adanya pengendalian akan menyebabkan
kepunahan terhadap sumberdaya ikan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan terhadap sumberdaya ikan baik larva maupun ikan dewasa, dimana
keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain dalam menjaga kelestariannya.
Gambar 31. Pergeseran kurva produksi Penglolaan terhadap sumberdaya larva dan juvenil ikan sangatlah penting,
karena dengan mengelola larva dan juvenil ikan untuk tidak dieksploitasi, overfishing sebagai contoh yang terjadi pada ikan pepetek dan layur dapat
tertanggulangi secara alami. Secara alami larva dan juvenil ikan akan tumbuh menjadi dewasa yang kemudian akan diikuti oleh peningkatan produksi dan
pergeseran titik keseimbangan MEY, MSY dan OA. Gambar 31 menunjukan pergeseran kurva produksi, dimana garis parabola merah yang menunjukan
peningkatan produksi dapat terjadi jika larva dan juvenil ikan tidak dieksploitasi. Berdasarkan gambar tersebut dapat terlihat pula bahwa bukan hanya produksinya
saja yang meningkat tetapi titik keseimbangan Maximum Economic Yield MEY, Maximum Sustainable Yield MSY, dan Open acces OA juga akan bergeser. Hal
ini dapat terjadi dengan asumsi bahwa kondisi lingkungan, harga, biaya dan stoknya tetap. Oleh karena itu, overfishing yang telah terjadi akan terhindar secara alami
E
MSY’
E
MEY ’
H
TC
E
OA
E
OA’
E
MSY
E
MEY
Effort
π π’
65 dengan terjadinya pergeseran titik keseimbangan E
MEY
dan E
MSY
menjadi E
MEY
’ dan E
MSY
’ tersebut. Oleh karena itulah, pengelolaan terhadap sumberdaya larva dan juvenil ikan sangat penting dilakukan agar sumberdaya ikan dapat tetap lestari dan
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Adapun rekomendasi pengelolaan yang dapat ditawarkan adalah :
1. Penyadaran kepada masyarakat sekitar dan nelayan untuk tidak menangkap
larva dan juvenil ikan. 2.
Tingginya tingkat konektivitas antara perairan tawar dan laut menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan secara terpadu untuk melindungi habitat-habitat
yang dijadikan sebagai spawning ground dan nursery ground bagi larva dan juvenil ikan.
3. Mengatur perizinan alat tangkap yang boleh beroperasi di Teluk Palabuhanratu
dengan pengaturan ukuran mata jaring, guna mencegah terjadinya penangkapan terhadap ikan-ikan yang masih dalam sadia larva dan juvenil.
4. Pengendalian jumlah upaya tangkap meliputi jumlah kapal, jumlah alat tangkap
dan jumlah trip yang diperbolehkan beroperasi di Teluk Palabuhanratu, guna meminimalisir terjadinya tangkap lebih terhadap sumberdaya ikan.
5. Pengendalian hasil tangkapan yang diperbolehkan agar sumberdaya ikan dapat
tetap lestari dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
66
5. KESIMPULAN DAN SARAN