7 identifikasi larva ikan dengan cara memelihara ikan muda larva hingga menjadi
dewasa di laboratorium. Namun dalam identifikasi dengan metode ini kerap kali tidak sesuai dengan spesies yang sebenarnya. Hal ini disebabkan, kondisi
laboratorium dapat membawa perubahan perkembangan secara normal, perbedaan pigmentasi, proporsi tubuh dan ciri-ciri meristik umumnya dapat mengalami
perubahan. Cara yang baik dalam mengidentifikasi larva ikan yaitu dengan cara mengkombinasikan metode-metode tersebut.
2.3 Biologi Larva Ikan
Istilah ichthyoplankton menurut Olii 2003 berasal dari kata ichthyes ikan dan plankton pengembara artinya ikan yang masih bersifat plaktonis. Organisme
ini dikategorikan sebagai meroplankton atau plankton sementara, dimana hanya sebagian dari hidupnya bersifat sebagai plankton dan ketika dewasa menjadi
perenang aktif kategori nekton. Syahailatua 2006 mengatakan bahwa dalam fasenya sebagai plankton mempunyai pergerakkan yang sangat terbatas karena alat
geraknya berupa sirip yang belum berkembang dengan sempurna. Hal ini memudahkannya
untuk dimangsa
oleh predator-predator
di perairan.
Keterbatasannya dalam bergerak juga menyebabkan keterbatasan dalam mendapatkan makanan alami pada saat persediaan kuning telur telah diserap habis,
sehingga kondisi larva ikan sangat ditentukan oleh peluang dimana mereka berada. Keterbatasan dalam menghindari predator dan mendapatkan makanan inilah yang
menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi dari ichthyoplankton. Olii 2003 juga menyatakan bahwa ichthyoplankton sebagai tahapan awal
daur hidup ikan mulai dari perkembangan sejak dari stadia telur, larva dan juvenil ikan, dimana ichthyoplankton ini memiliki tingkat mortalitas tinggi karena peka
terhadap predator, perubahan lingkungan, dan ketersediaan makanan di alam. Effendi 2002 mempertegas bahwa stadia larva merupakan masa kritis dalam daur
hidup ikan, dimana pada stadia ini terbilang kritis disebabkan faktor biotik yang berhubungan dengan larva itu sendiri. Masa kritis dari stadia ini terletak pada
sebelum dan sesudah penghisapan kuning telur dan pada masa transisi ketika mulai mengambil makanan dari luar. Hal ini menunjukan bahwa pergerakkan larva atau
8 tingkah laku untuk mendapatkan makanan serta kepadatan persediaan makanan
merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup ikan. Menurut Effendi 2002 perkembangan larva secara garis besar dibagi
menjadi dua tahap, yaitu prolarva dan post larva. Sedangkan menurut Balon 1975 and Kendal et al. 1984 in Sjafei 1992 periode larva terdiri dari fase
protopterygiolarva dan pterygiolarva. Effendi 2002 menjelaskan bahwa tahap prolarva ditandai dengan masih
adanya kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang belum diketahui fungsinya, sirip dada dan sirip ekor sudah ada namun belum sempurna
bentuknya, sirip perut hanya bentuk tonjolan saja, sistem pernafasan dan pencernaan serta peredaran darah belum sempurna. Tahap postlarva mulai dari hilangnya
kantung kuning telur sampai terbentuknya organ-organ baru dan penyempurnaan organ-organ tersebut sehingga pada masa akhir postlarva secara morfologi sudah
menyerupai induknya. Kendal et al. 1984 in Sjafei 1992 menjelaskan bahwa fase
protopterygiolarva, meliputi peralihan makanan dari masa kuning telur dengan masa makanan yang berasal dari luar dan mulainya diferensiasi lipatan sirip tengah sampai
pertama kali munculnya gambaran tonjolan lepidotrichia, sirip dorsal, dan sirip anal di dalam lipatan sirip. Fase pterygiolarva berlangsung sejak dimulainya
pembentukan sirip-sirip tunggal sampai lipatan sirip tengah benar-benar berdiferensiasi atau tidak terlihat lagi.
Hoar and Randall 1987 in Anwar 2008 mengatakan bahwa ikan dalam mengawali daur hidupnya akan melalui tiga tahap, yaitu telur, larva dan juwana.
Diantaranya terdapat dua tahap transisi antara telur dan larva dan antara larva dan juwana, yaitu tahap yolk sac, dan tahap transformasi larva. Dalam tahap telur, dibagi
kedalam tiga sub divisi yaitu awal, tengah, dan akhir. Pada tahap larva juga di bagi menjadi 3 sub divisi, yaitu preflexion, plexion dan postflexion larva. Leis and Ewart
2000 mendefinisikan preflexion adalah tahap awal perkembangan sirip ekor dimana tulang hipural rata atau kebawah. Flexion adalah pembengkokan tulang
hipural ke atas
,
sedangkan postflexion adalah tahap perkembangan bentuk sirip ekor hingga terbentuk semua kelengkapan meristik luar dan sirip ekor mulai dapat
digerakkan dengan baik.
9 Ikan-ikan yang hidup di laut, periode larva berlangsung lebih lama. Pada
ikan sardin dan ikan-ikan karang sampai ½ minggu, pada ikan belut Anguilla sp. dapat berbulan-bulan Sjafei 1992. Menurut Houde 1994 perbedaan dinamika dan
sifat energentik dari larva ikan laut dan air tawar memiliki implikasi penting dalam menentukan perkembangan awal daur hidup ikan. Larva ikan laut memiliki berat
yang lebih ringan, memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi, mempunyai kebutuhan metabolisme yang lebih tinggi dan memiliki durasi menjadi larva yang
lebih lama dibandingkan dengan larva ikan air tawar. Perbedaan ukuran tubuh antara kedua kategori larva tersebut, yaitu larva ikan laut lebih kecil dibandingkan dengan
larva ikan air tawar, dimana hal ini merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi dinamika pertumbuhan dan sifat energetik. Larva ikan laut lebih
memungkinkan terjadinya mortalitas akibat kelaparan karena ukuran tubunya yang kecil dan memungkinkan material makanannya lebih besar. Hal ini terkait pula
dengan kebutuhan metabolismenya. Houdo 1994 mengemukakan bahwa ketahanan hidup rata-rata survival
rate larva ikan air tawar diduga lebih tinggi dibandingkan dengan larva ikan laut. Survival rate ini berhubungan terbalik dengan fekunditas. Sjafei 1992 ikan-ikan
yang fekunditasnya tinggi mempunyai mortalitas yang tinggi terutama pada fase embrio dan larva. Pengurangan dan penambahan pada survival rate periode larva
akan berpengaruh besar terhadap ukuran populasi ikan dewasa.
2.4 Stok dan Rekruitmen