53
Gambar 26. Grafik upaya penangkapan perikanan pepetek di Teluk Palabuhanratu tahun 2001-2010 Ditjen-Tangkap DKP
Apabila dibandingkan antara hasil tangkapan ikan pepetek dengan upaya penangkapan, maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2002, 2003 dan 2005 hasil
tangkapan menurun seiring dengan meningkatnya upaya tangkap, sebaliknya pada tahun 2010 hasil tangkapan meningkat dengan upaya penangkapan yang rendah.
Hubungan yang berbanding terbalik antara hasil tangkapan dan upaya penangkapan disebabkan oleh upaya penangkapan yang dapat menyebabkan menurunnya
produksi ikan sehingga kelimpahannya di perairan berkurang.
4.8.3 Catch per unit effort CPUE ikan pepetek
Catch per unit ffort CPUE diperoleh dengan cara membagi hasil tangkapan ikan pepetek dengan upaya penangkapannya. Hasil tangkapan dalam ton sedangkan
upaya penangkapan dalam jumlah trip. Masing-masing alat tangkap payang, bagan, pure seinne dan gillnet memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap
ikan pepetek. Maka diperlukan suatu proses standarisasi upaya penangkapan terlebih dahulu sebelum mencari nilai CPUE. Proses untuk mencari nilai upaya penagkapan
standar dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan Gambar 27. Terlihat bahwa nilai CPUE ikan pepetek
berfluktuasi setiap tahunya. Nilai CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 1.6621 tontrip sedangkan CPUE terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 0.0863
tontrip. Peningkatan CPUE pada tahun 2010 menggambarkan pada masa tersebut kelimpahan ikan pepetek cukup banyak serta merupakan musim penangkapan yang
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
Upa y
a pena
ng k
a pa
n t
rip
Tahun
54 baik bagi nelayan. Nilai CPUE yang rendah seperti pada tahun 2003 disebabkan
kelimpahan ikan cenderung enurun akibat penagkapan pada tahun-tahun sebelumnya.
Gambar 27. Grafik CPUE tahunan ikan pepetek di Teluk Palabuhanratau
4.8.4 Model bioekonomi stok ikan pepetek
Parameter biologi r, q dan K dapat mempengaruhi biomassa, jumlah
tangkapan dan upaya penangkapan. Menurut Fauzi 2006 stok akan mencapai
keseimbangan maksimum pada tingkat carrying capacity K tergantung pada tingkat pertumbuhan intrinsik r, semakin tinggi nilai r maka semakin cepat
carrying capacity dicapai. Koefisien kemampuan alat tangkap q diartikan sebagai proporsi stok ikan yang dapat ditangkap oleh satu unit upaya. Bentuk fungsi
produksi yang realistik adalah dimana jika upaya ditingkatkan maka produksi juga akan naik dengan kecepatan yang menurun. Berdasarkan hasil analisis menggunakan
model Gordon-Schaefer diperoleh parameter biologi r, q dan K ikan pepetek yang disajikan pada Tabel 9.
Laju pertumbuhan intrinsik r ikan pepetek bernilai 1.0412 per tahun yang berarti bahwa biomassa ikan pepetek tumbuh alami tanpa gangguan dari
kegiatan manusia sebesar 1.0412 ton per tahun. Carrying capacity K bernilai 794.4710 ton, berarti bahwa kapasitas lingkungan dalam menampung sumberdaya
ikan pepetek sebesar 794.4710 ton. Koefisien alat tangkap q bernilai 0.0010 berarti
0.0000 0.2000
0.4000 0.6000
0.8000 1.0000
1.2000 1.4000
1.6000 1.8000
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
CP UE
to ntr
ip
Tahun
55 setiap peningkatan upaya penangkapan akan berpengaruh sebesar 0.0010 ton per
tahun dari aspek biologinya pertumbuhan populasi dan ukuran ikan Tabel 9. Nilai parameter biologi dan ekonomi yang digunakan dalam perhitungan
model bioekonomi ikan pepetek
Parameter Nilai
p harga Rpkg 2 750
c biaya Rptrip 281 562
r intrinsic growth rate 1.0412
q catchability coefficient 0.0010
K carrying capacity 794.4710
Perbandingan hasil tangkapan dan upaya penangkapan terhadap ikan pepetek pada kondisi Maximum Sustinaible Yield MSY, Maximum Economic Yield MEY,
Aktual dan Open Access mengunakan model Gordon-Schaefer disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil analisis parameter bioekonomi ikan pepetek dengan model Gordon- Schaefer
Variabel Kondisi
MEY MSY
OA Catch h
203.544 206.7973
90.7378 Effort E
443 507
886 TR Rp
559 746 066 568 692 526
249 529 000 TC Rp
124 764 500 142 657 419
249 529 000 Rente
ekonomi π 434 981 566
426 035 106 -
Berdasarkan hasil analisis bioekonomi dapat diketahui bahwa tingkat produksi h tertinggi pada kondisi Maximum Sustinaible Yield MSY yaitu sebesar
206.7973 ton per tahun, setelah itu secara berturut-turut diikuti oleh tingkat produksi pada kondisi Maximum Economic Yield MEY dan Open Access OA sebesar
203.5440 ton per tahun dan 90.7378 ton per tahun. Tingkat upaya effort optimal dari yang tertinggi sampai dengan yang
terendah secara berurut adalah Open Access OA sebanyak 886 trip per tahun, Maximum Sustinaible Yield MSY sebanyak 507 trip per tahun dan Maximum
Economic Yield MEY sebanyak 443 trip per tahun. Tingkat rente dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah secara berturut adalah Maximum Economic
Yield MEY sebesar Rp 434 981 556 per tahun, Maximum Sustinaible Yield
56 MSY sebesar Rp 426 035 106 per tahun, Open Access OA sebesar Rp 0 per
tahun. Hasil analisis dari model bioekonomi ini dapat diketahui hasil tangkapan dan
upaya optimal ikan pepetek yang dapat mendatangkan rente ekonomi maksimum sehingga dapat ditentukan kapan terjadinya overfishing secara ekonomi maupun
secar biologi yang dapat menyebabkan terkurasnya rente ekonomi dengan cara membandingkan upaya dan hasil tangkapan setiap tahunnya dari tahun 2001-2010.
Berdasarkan perbandingan antara hasil analisis bioekonomi Gordon-Schaefer dengan hasil tangkapan aktual Lampiran 12 dan Gambar 25, terlihat bahwa pada
tahun 2001, 2004, 2005, 2007 dan 2010 hasil tangkapan yang diperoleh telah melebihi hasil tangkapan optimal secara ekonomi dan telah melebihi potensi
lestarinya serta pada tahun 2001-2007 upaya penangkapan telah melebihi upaya penangkapan optimalnya.
Upaya tangkap lebih dapat diartikan sebagai penerapan sejumlah upaya penangkapan yang berlebih terhadap suatu stok ikan dan terbagi ke dalam dua
pengertian, yaitu penangkapan berlebihan yang mempengaruhi pertumbuhan dan penangkapan berlebihan yang mempengaruhi rekruitmen. Upaya penangkapan yang
telah melebihi upaya optimal sebaiknya dikurangi dengan pembatasan upaya penangkapan ikan pepetek di Teluk Palabuhanratu. Menurut Widodo Suadi
2006 perikanan dalam kondisi upaya tangkap lebih memiliki beberapa indikasi, diantaranya waktu melaut lebih panjang, lokasi penangkapan lebih jauh, ukuran
mata jaring yang kecil, nilai CPUE yang menurun, ukuran ikan semakin mengecil dan biaya penangkapan yang meningkat. Kondisi tangkap lebih di Teluk
Palabuhanratu diindikasikan dengan nilai CPUE yang rendah dikarenakan upaya penangkapan yang tinggi tidak diikuti dengan peningkatan produksi.
4.9 Kondisi Perikanan Layur di Teluk Palabuhanratu