Konflik DAMPAK SOSIO-EKONOMI EKOWISATA

5.7 Konflik

Pertentangankonflik adalah salah satu bentuk proses-proses sosial yang menjauhkan atau mempertentangkan. Menurut Soekanto 1990 pertentangan pertikaian atau conflict adalah proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman danatau kekerasan. Konflik terkadang terjadi di kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini juga terjadi di Citalahab Central yang merupakan pusat aktifitas wisatawan. Adanya ekowisata juga menimbulkan konflik pada masyarakat sekitar. Konflik sosial berlangsung karena adanya ekowisata. Konflik yang ada disebabkan oleh adanya wisatawan sehingga mengakibatkan kesibukan penduduk bertambah. Kesibukan ini mengakibatkan adanya penduduk yang tidak mengikuti kegiatan gotong royong dan menimbulkan rasa kesal bagi penduduk yang melakukan gotong royong. Namun, konflik yang berlangsung tidak meluas. Adanya ekowisata mengakibatkan hadirnya wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alam. Wisatawan memerlukan penginapan untuk tempat tinggal dan penduduk menyiapkan kamar untuk wisatawan menginap. Penduduk merasa pembagian penginapan untuk wisatawan kurang adil karena penduduk yang tinggal agak jauh dengan ketua KSM jarang ada wisatawan yang menginap. Konflik yang terjadi hanya sebatas rasa kesal dan kecewa penduduk terhadap pembagian wisatawan yang tidak merata terhadap ketua KSM dan ketidakhadiran penduduk dalam kegiatan gotong royong. Penduduk yang rumahnya agak jauh dengan ketua KSM terkadang membicarakan sikap ketua KSM yang dinilai tidak adil. Konflik yang terjadi tidak sampai pada perkelahian atau adu fisik. Penduduk lokal hanya memberikan sindiran kepada ketua KSM dan penduduk yang tidak mengikuti kegiatan gotong royong. Sindiran yang diberikan tidak langsung dikatakan kepada orang yang bersangkutan namun hanya menjadi perbincangan penduduk setempat semata. K eterangan: n Citalahab Central = 30 individu n Citalahab Kampung = 30 individu Gambar 11. Persentase Responden terhadap Tingkat Konflik Penduduk di Citalahab Central dan Citalahab Kampung Tahun 2011 Gambar 11 menjelaskan persentase konflik yang terjadi di Citalahab Kampung dan Citalahab Central. Berdasarkan uji statistik chi square sebagaimana pada lampiran 11 diperoleh Chi-Square hitung sebesar 17.067, DF sebesar satu, dan P-Value sebesar 0.000. Uji statistik P-value sebesar 0.000 10 persen artinya terdapat beda nyata tingkat konflik penduduk lokal di kedua kampung sebagai akibat adanya ekowisata. Penduduk Citalahab Central mengalami konflik akibat adanya ekowisata, sedangkan pada Citalahab Kampung mayoritas penduduknya tidak mengalami konflik. Penduduk pada lapisan atas Citalahab Central sebanyak tujuh responden 47 persen, lapisan menengah sebanyak tiga responden 75 persen, dan lapisan atas sebanyak tiga responden 27 persen mengemukakan adanya ekowisata menimbulkan konflik. Sebaliknya, penduduk pada lapisan bawah Citalahab Central sebanyak delapan responden 53 persen, pada lapisan menengah sebanyak satu responden 25 persen, dan pada lapisan atas sebanyak delapan responden 73 persen mengemukakan tidak ada konflik akibat hadirnya ekowisata. Penduduk Citalahab Kampung pada semua lapisan mengemukakan tidak terjadi konflik sebagai akibat adanya ekowisata. Namun, sebanyak satu responden 9 persen mengemukakan terjadi konflik di masyarakat. “Gotong royong yang diadakan di Citalahab Kampung biasanya dilakukan pada hari minggu dimana penduduknya libur bekerja. Gotong royong yang sering dilakukakan yaitu perbaikan jalan. Namun, ada juga penduduk yang tidak mengikuti kegiatan ini dan menimbulkan rasa kesal kepada penduduk lainnnya. Alasannya adalah pada hari minggu mereka libur dan ingin istirahat di rumah. Walaupun merasa kesal kepada warga yang tidak ikut tapi tidak dipermasalahkan lebih lanjut ”. Bpk EGS, 29 tahun, ketua RT Konflik yang terjadi antara kedua kampung ini berbeda. Konflik di Citalahab Kampung dikarenakan ada warga yang tidak mengikuti kegiatan gotong royong. Adanya ekowisata menimbulkan konflik di Citalahab Central khususnya pada kerjasama dan pembagian wisatawan. Konflik yang terjadi di Citalahab Central karena ketidakikutsertaan pada kegiatan gotong royong memperbaiki jalan, memperbaiki mushola, memperbaiki saluran air, dan pembagian pengunjungpenginapan yang tidak merata. Ekowisata mengakibatkan adanya peningkatan aktifitas kerja penduduk khusunya di bidang ekowisata dan menyebabkan penduduk tidak mengikuti kegiatan gotong royong. Konflik tentang pembagian penginapan untuk wisatawan menjadi pemicu adanya konflik seperti penjelasan di box 2. Box 2 Kasus Konflik Antar Penduduk Wisatawan yang datang ke sini Citalahab Central memang sudah ditentukan tempat tinggalnya, walaupun wisatawan dapat memilih sendiri tempat yang diinginkannya. Penginapan yang digunakan biasanya hanya di daerah atas saja maksud daerah atas adalah tempat tinggal yang dekat ketua KSM sedangkan tempat yang dibawah jarang digunakan bahkan sudah setahun tidak ada wisatawan yang menginap. Hal ini karena wisatawan sendiri yang memilih atau juga rumah yang berada di dekat ketua KSM jauh lebih baik dibandingkan rumah yang jauh dengan KSM. Adanya pembagian wisatawan yang tidak merata ini menimbulkan kecemburuan sosial antar penduduk. Hal ini karena Citalahab Central merupakan tempat bagi wisatawan untuk menginap dan seharusnya setiap penduduk mendapat giliran untuk tempat tinggal dan memang seharusnya seperti itu. Hal ini telah disepakati antara ketua KSM, taman nasional, dan pihak desa. Namun, dalam kenyataannya terkadang berbeda, hanya penduduk yang memiliki tempat tinggal di atas yang dijadikan tempat menginap bagi wisatawan. Peristiwa ini terjadi karena dua hal yaitu pembagian wisatawan yang tidak merata dan wisatawan sendiri yang memilih tempat menginap, maka keputusan tempat tinggal sepeuhnya tergantung pada wisatawan. Konflik ini berlangsung cukup lama dan tidak meluas ke permukaan, karena penduduk tidak mempermasalahkan hal tersebut. Penduduk merasa paham bahwa dalam kehidupan bermasyarakat pasti ada kecemburuan sosial ataupun konflik. Alasan lainnya yaitu jika berkaitan dengan penghasilan tambahan penduduk Citalahab Central memiliki matapencaharian dan hasil pertanian yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak etis rasanya jika antar warga bermusuhan atau berkonflik. Pertentangan atau konflik biasanya terjadi antar masyarakat. Bpk ILH, 38 tahun, warga Citalahab Central Box 2 merupakan salah satu kasus pertentangan atau konflik antar masyarakat. Konflik yang dialami masyarakat tidak terlalu membesar dan mencuat. Penduduk tidak menyukai sikap ketua KSM yang dirasa tidak adil. Kesepakatan yang ada tidak dijalankan sesuai dengan yang seharusnya. Proses penyelesaian dari konflik pembagian wisatawan belum berkembang. Penduduk tidak mempermasalahkan mengenai konflik tersebut. Keterlibatan penduduk pada kegiatan gotong royong merupakan kesadaran dari diri masing-masing dan tidak ada sanksi jika tidak megikutinya. Penduduk yang tidak mendapat pembagian wisatawan tidak terlalu mempermasalahkan karena penduduk berfikir tetap dapat makan dari hasil pertanian ataupun dari pekerjaan sebagai buruh pemetik teh di perkebunan. Adanya pembagian wisatawan yang tidak merata memang menimbulkan konflik dan tidak dapat memperoleh penghasilan tambahan dari bidang ekowisata. Namun, penduduk beranggapan selama mereka memiliki pekerjaan utama sebagai pemetik teh atau petani maka cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Konflik yang terjadi melibatkan penduduk sebagaimana terlihat pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Adanya Penduduk yang Berselisih Paham di Citalahab Central dan Citalahab Kampung Tahun 2011 Nama Kampung Status Golongan Persentase Intensitas Berselisih Paham Jumlah Tidak Pernah Berselisih Pernah Berselisih Citalahab Central Bawah 1493 17 15100 Menengah 3 75 125 4100 Atas 10 91 19 11100 Citalahab Kampung Bawah 14 93 1 7 15100 Menengah 3 75 125 4100 Atas 10 91 1 9 11100 Sumber: Diolah dari data primer Tabel 13 mengemukakan mayoritas penduduk tidak pernah berselisih paham. Terdapat penduduk yang pernah berselisih paham terkait dengan kegiatan kerjasama yang ada misalnya tidak mengikuti gotong royong yang ada di kampung ataupun perselisihan terkait dengan pembagian wisatawan. Penduduk yang berselisih paham dalam hal pembagian wisatawan karena pembagian yang dirasakan kurang adil melaporkan kejadian ini karyawan taman nasional yang ada di stasiun penelitian Cikaniki. Karyawan kemudian akan menindaklanjuti laporan ini jika konflik yang terjadi sudah semakin parah. Kelanjutan yang dilakukan hanya memberitahu pihak yang dirasakan menjadi penyebab konflik untuk tidak melakukan hal-hal yang akan menimbulkan permasalahan lebih lanjut. Upaya yang dilakukan tidak berhasil.

5.8 Ikhtisar

Dokumen yang terkait

Keragaman Serangga dan Peranannya pada Daerah Persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

0 6 72

Rancangan Jalan Obyek Wisata dan Rekreasi Alam Daerah Cikaniki dan Citalahab di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

0 8 84

Implikasi Perubahan Struktur Agraria Terhadap Potensi Konflik Agraria (Studi Kasus Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kampung Parigi, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 10 291

Perencanaan Jalur Interpretasi Desa Malasari Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 13 32

Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat: studi kasus kampung citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 28 83

Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism/ CBT) di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 3 13

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Stakeholders dan Ekonomi Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (PKKH) Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) (Studi Kasus: Desa Puraseda dan Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 28 109

Dampak Penetapan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terhadap Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya

0 8 100

Wisata alam taman nasional gunung halimun salak: solusi kepentingan ekologi dan ekonomi

0 4 10