Kesempatan Kerja DAMPAK SOSIO-EKONOMI EKOWISATA

yaitu buruh pemetik teh. Namun, pendapatan yang diterima digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan anak sekolah. Berdasarkan pada struktur pendapatan maka dapat terbentuk lapisan sosial yang terdiri dari lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas. Penggolongan lapisan atas berdasarkan pada penduduk yang berada pada struktur pendapatan tinggi. Penggolongan lapisan menengah berdasarkan pada penduduk yang berada pada struktur pendapatan sedang, dan penggolongan lapisan sosial bawah berdasarkan pada penduduk dengan struktur pendapatan rendah. Penggolongan lapisan sosial akan memperlihatkan frekuensi terhadap variabel tertentu yang diteliti.

5.4 Kesempatan Kerja

Penggunaan tanahlahan oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak TNGHS di Desa Malasari sekitar 6.470 hektar. Program pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS dimulai pada tahun 1995 oleh sebuah konsorsium yang merupakan gabungan dari lembaga pemerintah, LSM, universitas, dan dunia usaha, dengan pendanaan dari Biological Conservation Network BCN. Setelah konsorsium ini selesai maka beberapa pihak seperti LSM dan TNGHS tetap mengembangkan kawasan ekowisata ini. Adanya penetapan kawasan ekowisata ini tentunya mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek termasuk kesempatan kerja yang diperoleh masyarakat lokal. Pengelolaan wisatawan ini sangat diperlukan untuk mempermudah wisatawan menikmati obyek yang ada dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat ini disebut KSM Kelompok Swadaya Masyarakat paguyuban wisata guest house warga saluyu sebagaimana pada lampiran dua puluh tujuh. Awalnya anggota KSM ini berasal dari beberapa kampung seperti Citalahab Central, Legok Jeruk, Cihanjar, dan Ciangsana yang masing-masing kampung terdapat perwakilannya. Tujuannya agar setiap kampung merasakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan ekowisata. Namun, seiring berjalannya waktu KSM ini mengalami permasalahan karena anggotanya terdiri dari beberapa kampung dengan jarak yang lumayan jauh antar kampung mengakibatkan sulitnya melakukan aktivitas bersama. Apabila ada wisatawan datang maka sulit untuk mempergunakan jasa penduduk di luar Citalahab Central karena jaraknya yang lumayan jauh dan penduduk yang biasanya bekerja. Kegiatan ekowisata penduduk saat ini lebih terpusat pada penduduk yang berada di Citalahab Central yang merupakan pusat kegiatan wisatawan. Hadirnya ekowisata yang kemudian mendatangkan wisatawan dan membuka kesempatan kerja. Keterangan: n Citalahab Central = 30 individu n Citalahab Kampung = 30 individu Uji Statistik Chi-Square, Chi-Sq = 13.067, DF = 1, P-Value = 0.000 Gambar 10. Persentase Pendapat tentang Kesempatan Kerja yang dibangkitkan oleh Ekowisata di Citalahab Central dan Citalahab Kampung Tahun 2011 Gambar 10 memperlihatkan persentase pendapat tentang kesempatan kerja yang dibangkitkan oleh ekowisata. Uji statistik chi square sebagaimana pada lampiran delapan diperoleh P-Value sebesar 0.000 10 persen yang artinya terdapat beda nyata pendapat tentang kesempatan kerja yang dibangkitkan oleh ekowisata. Gambar 10 mengemukakan sebesar 100 persen penduduk lapisan menengah dan lapisan atas Citalahab Kampung mengemukakan bahwa adanya ekowisata tidak membuka lapangan kerja. Adapun satu responden 11 persen di Citalahab Kampung mengemukakan adanya ekowisata membuka kesempatan kerja. Penduduk Citalahab Central sebesar 100 persen pada lapisan menengah dan lapisan atas mengemukakan adanya ekowisata membuka lapangan pekerjaan dan sebesar 13 persen responden mengemukakan sebaliknya. Penduduk pada lapisan bawah yang menyatakan ekowisata tidak membuka lapangan kerja karena rumah mereka berada agak jauh dari ketua KSM sehingga tidak terlibat dalam kegiatan ekowisata. Penduduk juga memiliki rumah lain di Citalahab Bedeng dan apabila mereka tidak bekerja maka akan berdiam diri di rumah sehingga tidak mengetahui secara pasti tentang ekowisata. Adanya beda nyata karena ekowisata membuka kesempatan kerja di Citalahab Central dan tidak membuka kesempatan kerja di Citalahab Kampung. Adanya penduduk yang menyatakan bahwa ekowisata membuka kesempatan kerja pada Citalahab Kampung karena responden tersebut pada periode sebelumnya ikut mengelola ekowisata dan pengunjung di Citalahab Central, sedangkan responden yang lainnya menyatakan sebaliknya karena meskipun ada wisatawan yang datang tapi tidak menimbulkan dampak apapun ke Citalahab Kampung. Keikutsertaan ini berdasarkan keputusan pemerintah desa, pihak taman nasional, dan LSM mengenai pengorganisasian kelompok yang mengelola wisatawan dilakukan oleh penduduk lokal karena penduduk lokal lebih memahami dan mengetahui lingkungan sekitarnya. Pak KTN warga Citalahab Kampung menjabat sebagai ketua yang bertugas menyusun keanggotaan KSM, mengupayakan agar proses wisatawan membantu menjadi jembatan bagi berbagai kepentingan diantarannya pihak taman nasional, pemerintahan desa, dan penduduk lokal, dan mengupayakan agar wisatawan dapat menerima pelayanan yang baik. Adanya kesempatan kerja yang lain menambah penghasilan keluarga. Hal ini karena hasil pertanian yang ada di kedua kampung hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan terkadang penduduk kekurangan beras ataupun sayur yang mengharuskan penduduk membeli ke warung atau tukang sayur. Usaha untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari penduduk lokal bekerja di jasa ekowisata untuk menambah penghasilan mereka. Ekowisata mengakibatkan adanya wisatawan yang berkunjung untuk menikmati keindahan alam. Wisatawan yang datang terpusat di Citalahab Central sehingga penduduk lokal dapat menangkap peluang kerja akibat hadirnya ekowisata. Citalahab Central dijadikan pusat aktivitas wisatawan seperti tidur, makan, dan jalan-jalan. Kesempatan kerja akibat adanya ekowisata meliputi: penginapan, pemandu, pembawa barang, dan memasak. Kesempatan kerja ini hanya terjadi di Citalahab Central yang merupakan pusat kegiatan wisatawan. Adanya ekowisata ini berdampak pada tingkat pendapatan masyarakat di Citalahab Central. Awalnya penduduk lokal hanya memperoleh pendapatan dari pekerjaan utama sebagai petani atau buruh pemetik teh. Kemudian, wisatawan yang datang untuk mengunjungi obyek wisata menginap di rumah penduduk dan membayar biaya penginapan sesuai dengan harga dan kesepakatan. Penduduk juga menjadi pemandu untuk wisatawan yang akan mengunjugi obyek wisata ataupun masuk ke hutan. Terbukanya kesempatan kerja di Citalahab Central menambah pendapatan penduduknya di samping pekerjaan utama. Box 1 Kedatangan Wisatawan dan Terbukanya Kesempatan Kerja Adanya ekowisata dan Citalahab Central dijadikan pusat aktivitas wisatawan memberikan dampak bagi penduduk. Hal ini, karena penduduk dapat memperoleh tambahan pendapatan dari wisatawan yang datang. Peningkatan penghasilan ini diperoleh dari kesempatan kerja yang ada meliputi: penginapan, catering, pemandu guide, dan pembawa barangporter. Pengunjung yang datang dapat melalui travel wisata yang ada, melalui taman nasional yang berada di Kabandungan-Sukabumi, ataupun jalur Bogor melewati Leuwiliang. Apabila ada wisatawan yang datang, akan langsung ke rumah Pak SYN sebagai orang yang mengatur pengunjungwisatawan. Setelah itu, wisatawan akan ditempatkan ke penginapan yang sekaligus merupakan rumah warga dan pengunjung juga dapat memilih tempat penginapan. Jika pengunjung telah datang ke tempat ini Citalahab Central sebelumnya, maka mereka biasanya memilih tempat yang telah dijadikan tempat menginap sebelumnya. Sementara itu, jika wisatawan memerlukan pemanduguide maka Pak SYN akan menunjuk salah satu penduduk yang akan dijadikan pemandu. Pemandu tersebut dipilih secara bergiliran dan akan menunjukkan obyek wisata yang ada seperti curug ataupun jamur menyala. Untuk pembayaran penginapan, masakan, maupun pemandu biasanya wisatawan langsung membayar ke Pak SYN kemudian pak SYN menyerahkan kembali kepada penduduk yang rumahnya ditinggali. Namun, ada juga yang langsung membayar ke penduduknya apabila telah datang beberapa kali dan atas perjanjian terlebih dahulu dengan Pak SYN. Hal inipun berlaku untuk catering maupun pemandu. Untuk biaya yang berlaku dibedakan antara wisatawan lokal dan mancanegara. Biaya penginapanhomestay yang harus dikeluarkan oleh wisatawan lokal sebanyak Rp 50.000,00malam sedangkan wisatawan mancanegara sebesar Rp 75.000,00. Untuk pemanduguide wisatawan lokal harus membayar Rp 75.000,00hari sedangkan wisatawan mancanegara sebesar Rp 100.000,00. Apabila wisatawan membawa makanan sendiri dan penduduk hanya memasakan bahan tersebut, maka wisatawan harus membayar Rp 50.000,00hari, membayar Rp 12.500,00 untuk makan pagi dan Rp 17.500,00 untuk makan siang dan makan malam. Bpk Ade, 32 tahun, warga Citalahab Central Box 1 menerangkan tentang kedatangan wisatawan ke Citalahab Central dan terbukanya kesempatan kerja untuk penduduk lokal. Terbukanya kesempatan kerja di bidang ekowisata mengakibatkan terjadinya penambahan penghasilan penduduk. Adanya ekowista menambah penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, sekolah anak, dan membeli kebutuhan lainnya misalnya pakaian.Dampak di Citalahab Kampung tidak terlihat pada bidang ekonomi. Wisatawan tidak datang ke Citalahab Kampung, penduduk hanya bertemu di sekitar kebun teh. Adapun wisatawan yang datang ke Citalahab Kampung hanya untuk menanyakan arah. Secara ekonomi Citalahab Central jauh lebih baik dibandingkan dengan Citalahab Kampung. Terbukanya kesempatan kerja sehingga menambah penghasilan hanya terjadi di Citalahab Central. Dampak positif ekowisata yaitu peningkatan gotong royong meskipun tidak rutin dilakukan. Kesibukan penduduk di bidang ekowisata terkadang mengakibatkan penduduk tidak mengikuti kegiatan gotong royong dan jarang berkomunikasi dengan tetangga. Adanya pekerjaan di ekowisata mengakibatkan terjadinya konflik karena pembagian wisatawan yang tidak merata dan ketidakhadiran pada kegiatan kerjasama atau gotong royong.

5.5 Jam Kerja pada Bidang Ekowisata

Dokumen yang terkait

Keragaman Serangga dan Peranannya pada Daerah Persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

0 6 72

Rancangan Jalan Obyek Wisata dan Rekreasi Alam Daerah Cikaniki dan Citalahab di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

0 8 84

Implikasi Perubahan Struktur Agraria Terhadap Potensi Konflik Agraria (Studi Kasus Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kampung Parigi, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 10 291

Perencanaan Jalur Interpretasi Desa Malasari Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 13 32

Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat: studi kasus kampung citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 28 83

Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism/ CBT) di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 3 13

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Stakeholders dan Ekonomi Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (PKKH) Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) (Studi Kasus: Desa Puraseda dan Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 28 109

Dampak Penetapan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terhadap Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya

0 8 100

Wisata alam taman nasional gunung halimun salak: solusi kepentingan ekologi dan ekonomi

0 4 10