Prinsip Ekowisata Ekowisata .1 Pengertian Ekowisata

2.1.3.2 Prinsip Ekowisata

Ties 2000 sebagaimana dikutip oleh Damanik dan Weber 2006 menjabarkan prinsip-prinsip ekowisata yaitu: 1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata. 2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal, maupun pelaku wisata lainnya. 3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang insentif dan kerjasama dalam pemeliharaan dan atau konservasi Objek dan Daya Tarik Wisata OBDTW. 4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan. 5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal. 6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di daerah tujuan wisata. 7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja dalam memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata. Nelson 1994 sebagaimana dikutip oleh Accot dan Trabe 1998 mengemukakan bahwa prinsip dan karakteristik ekowisata yaitu: 1. Harus konsisten dengan etika lingkungan yang positif, mengembangkan perilaku yang disukai. 2. Sumberdaya tidak tercemar dan tidak ada pengikisan integritas sumber daya. 3. Berkonsentrasi pada nilai-nilai intrinsik daripada ekstrinsik. 4. Lebih pada filsafat biosentris daripada filsafat homosentris, pada ekowisata memperhatikan alam terutama ketentuan-ketentuannya, bukan secara signifikan mengubah lingkungan untuk kenyamanan pribadi. 5. Ekowisata harus bermanfaat bagi sumber daya. Lingkungan harus mengalami keuntungan dari aktivitas tersebut, meskipun sering melibatkan manfaat sosial, ekonomi, politik atau secara ilmiah. 6. Adanya pengalaman dengan lingkungan alam secara langsung. 7. Dalam ekowisata, kepuasan diukur dalam apresiasi dan pendidikan, tidak mencari sensasi atau prestasi fisik. Unsur-unsur terakhir ini konsisten dengan wisata petualangan, menurut level yang lebih tinggi dari lingkungan alam pariwisata. Nelson 1994 sebagaimana dikutip oleh Accot dan Trabe 1998 mengacu pada penjelasan tentang ekowisata di atas, maka ada beberapa alasan untuk mengembangkan manfaat ekowisata yaitu: 1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi membawa kepada peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga menimbulkan perubahan pola konsumsi terutama dibidang jasa. 2. Jumlah penduduk yang besar membutuhkan adanya lapangan kerja dan lapangan berusaha khususnya untuk masyarakat pedesaan atau yang berada di sekitar kawasan konservasi. 3. Semakin terbentuknya kesadaran masyarakat internasional maupun nasional terhadap kelestarian sumberdaya hayati. 4. Pengembangan manfaat ekowisata ini dapat memberikan pendapatan atau pemasukan bagi kepentingan pemerintah dan pengelola. Menurut Kementerian Budaya dan Pariwisata 2003 sebagaimana dikutip Tafalas 2010 mengemukakan bahwa secara konseptual ekowisata menekankan tiga prinsip dasar pengembangan yaitu: 1. Prinsip konservasi: pengembangan ekowisata harus mampu memelihara, melindungi dan atau berkontribusi untuk memperbaiki sumberdaya alam. 2. Prinsip partisipasi masyarakat: pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar kawasan. 3. Prinsip ekonomi: pengembangan ekowisata harus memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat mengembangkan pembangunan yang berimbang antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak.

2.1.3.3 Dampak Ekowisata

Dokumen yang terkait

Keragaman Serangga dan Peranannya pada Daerah Persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

0 6 72

Rancangan Jalan Obyek Wisata dan Rekreasi Alam Daerah Cikaniki dan Citalahab di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

0 8 84

Implikasi Perubahan Struktur Agraria Terhadap Potensi Konflik Agraria (Studi Kasus Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kampung Parigi, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 10 291

Perencanaan Jalur Interpretasi Desa Malasari Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 13 32

Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat: studi kasus kampung citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 28 83

Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism/ CBT) di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 3 13

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Stakeholders dan Ekonomi Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (PKKH) Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) (Studi Kasus: Desa Puraseda dan Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 28 109

Dampak Penetapan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terhadap Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya

0 8 100

Wisata alam taman nasional gunung halimun salak: solusi kepentingan ekologi dan ekonomi

0 4 10