Struktur Pendapatan DAMPAK SOSIO-EKONOMI EKOWISATA

bidang ekonomi sehingga kehidupan penduduk tetap bertumpu pada pekerjaan utama mereka yang mayoritas menjadi buruh pemetik teh. Dampak sosial tidak terlalu menimbulkan kerugian karena sebelum dan setelah adanya ekowisata kehidupan penduduk Citalahab Kampung sama saja. Adanya ekowisata mengakibatkan masyarakat mengetahui cara berpakain wisatawan.

5.3 Struktur Pendapatan

Pengukuran tentang s truktur pendapatan masyarakat pada penelitian ini hendak menduga sejauh mana dampak sosio-ekonomi akibat ekowisata terhadap tingkat kesejahteraan warga masyarakat. Untuk mengukur hal tersebut dilakukan analisis terhadap struktur nafkah atau strukur pendapatan warga setempat. Pendapatan responden berasal dari pertanian dan non pertanian. Pendapatan pertanian biasanya berasal dari sawah, hewam ternak seperti kambing dan ayam, dan buruh pemetik teh di perkebunan teh. Pendapatan non pertanian berasal dari warung, karyawan taman nasional, pekerja bunga potong, dan pekerja tambang. Pendapatan juga berasal dari pekerjaan di sektor ekowisata seperti penginapan, pemandu, memasak, dan pengangkut barang. Pendapatan yang diperoleh dari sektor petanian ini pada umumnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan yang diperoleh rumahtangga, tidak hanya dari suami yang bekerja namun anggota lain seperti isteri dan anak ikut membantu. Responden dalam penelitian ini adalah individu. Secara umum mayoritas pekerjaan utama responden adalah buruh pemetik teh. Kampung dengan akses dekat ekowisata yaitu Citalahab Central, penduduknya memiliki mata pencaharian lain di sektor ekowisata. Penduduk di Citalahab Kampung tidak memiliki pekerjaan di bidang ekowisata. Perhitungan pendapatan diperoleh dari total pendapatan keluarga yang meliputi ayah, ibu, dan anak. Total pendapatan kemudian dirata-ratakan lalu dihitung standar deviasinya. Pendapatan digolongan menjadi tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Perhitungan pendapatan berdasarkan kateori diperoleh dengan rumus: Pendapatan Kategori Rendah = -½ standar deviasi Pendapatan Kategori Sedang = - ½ standar deviasi ≤ x ≤ + ½ standar deviasi Pendapatan Kategori tinggi = +½ standar deviasi Penggunaan rumus tersebut untuk menentukan tingkat pendapatan. Gambar 8 menunjukkan tingkat pendapatan Citalahab Kampung dan Citlahab Central. Perhitungan ini berasal dari pendapatan dalam satu rumah tangga selama satu tahun. Pendapatan diperoleh berdasarkan jumlah pendapatan dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun selama bulan Januari hingga Desember 2010. Perhitungan pendapatan dalam kurun waktu satu tahun karena dapat mengetahui secara jelas pendapatan selama satu tahun dan mengetahui perbedaan pendapatan antara Citalahab Central dan Citalahab Kampung. Uang yang diperoleh dari jasa ekowisata memang tidak menentu setiap bulannya, maka perhitungan pendapatan selama satu tahun diperlukan untuk mengetahui secara jelas pendapatan yang diperoleh oleh penduduk. Pendapatan berasal dari sektor pertanian, non pertanian, dan sektor ekowisata. Total pendapatan selama satu tahun kemudian dihitung pendapatan rata-rata dengan rumus pendapatan rata-rata= average total pendapatan. Perhitungan pendapatan menggunakan microsoft excell 2007 untuk mempermudah perhitungan dan penggunaan rumus. Standar deviasi diperoleh dari perhitungan pendapatan rata-rata penduduk menggunakan rumus STDEV= Stdev pendapatan penduduk selama satu tahun. Hasil perhitungan standar deviasi dikalikan setengah atau 0,5. Sesuai dengan rumus diatas maka kategori pendapatan rendah diperoleh dari pendapatan rata-rata dikurangi dengan ½ standar deviasi. Pendapatan kategori sedang diperoleh dari pendapatan rata-rata dikurangi dengan ½ standar deviasi lebih kecil sama dengan pendapatan yang diperoleh lebih kecil sama dengan pendapatan rata-rata dijumlah dengan ½ standar deviasi. Pendapatan kategori tinggi diperoleh dari pendapatan rata-rata dijumlah dengan ½ standar deviasi. Pendapatan yang diperoleh di kedua kampung berbeda, pada Citalahab Central diperoleh total pendapatan sebesar Rp 469.625.000,00, kemudian diperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp 15.654.167,00, dan standar deviasi sebesar 10.777.048. Standar deviasi dikalikan 0,5 maka menjadi 5.388.524. Perhitungan kategori diperoleh berdasarkan rumus, maka kategori pendapatan rendah yaitu dengan cara pendapatan rata-rata Rp 15.654.167,00 dikurangi ½ standar deviasi sebesar 5.388.524 maka diperoleh hasil Rp 10.265.643,00. Pendapatan kategori rendah apabila pendapatan yang1 diperoleh lebih kecil dari Rp 10.265.643,00. Kategori pendapatan tinggi apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari Rp 21.042.690,00. Perhitungan ini berasal dari pendapatan rata- rata Rp 15.654.167,00 dijumlah dengan ½ standar deviasi sebesar 5.388.524, maka diperoleh hasil Rp 21.042.690,00. Kategori pendapatan sedang apabila Rp Rp 10.265.643,00 pendapatan yang diperoleh Rp 21.042.690,00. Total pendapatan di Citalahab Kampung sebesar Rp 184.450.000,00, pendapatan rata-rata sebesar Rp 6.148.333,00, dan standar deviasi sebesar 3.747.424. Standar deviasi dikalikan setengah maka diperoleh standar deviasi sebesar 1.873.712. Kategori pendapatan rendah pada Citalahab Kampung diperoleh dengan perhitungan pendapatan rata-rata Rp 6.148.333,00 dikurangi ½ standar deviasi sebesar 1.873.712 maka diperoleh hasil Rp 4.274.621.000,00. Kategori pendapatan rendah apabila pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari Rp 4.274.621.000,00. Kategori pendapatan tinggi apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari Rp 8.022.045,00. Perhitungan ini berasal dari pendapatan rata-rata Rp 6.148.333,00 dijumlah dengan ½ standar deviasi sebesar 1.873.712 maka diperoleh hasil Rp 8.022.045,00. Kategori pendapatan sedang apabila Rp 4.274.621.000,00, pendapatan yang diperoleh Rp 8.022.045,00. Keterangan: n Citalahab Central = 30 individu n Citalahab Kampung = 30 individu Uji Statistik Chi-Square, Chi-Sq = 0.017, DF = 2, P-Value = 0.017 Gambar 8. Tingkat Pendapatan Penduduk di Citalahab Central dan Citalahab Kampung Tahun 2010 Berdasarkan Gambar 8 di atas, menunjukkan tingkat pendapatan penduduk Desa Malasari. Perhitungan uji statistik chi square sebagaimana pada lampiran tujuh diperoleh Chi-Square hitung sebesar 8.100, DF sebesar dua, P-Value sebesar 0.017. Uji statistik P-value sebesar 0.017 10 persen yang artinya terdapat beda nyata tingkat pendapatan masyarakat lokal di kedua kampung sebagai akibat adanya ekowisata. Kategori pendapatan rendah pada Citalahab Central sebanyak lima belas responden 50 persen, kategori sedang sebanyak empat responden 13 persen, dan pada lapisan atas sebanyak 11 responden 37 persen. Kategori pendapatan rendah pada Citalahab Kampung sebanyak 11 responden 37 persen, pendapatan sedang sebesar 10 responden 33 persen, dan pendapatan tinggi sebanyak sembilan responden 30 persen. Pendapatan yang diperoleh responden digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pendapatan di kedua kampung dihitung per kampung dan tidak dijadikan satu. Setiap kampung memperoleh pendapatan yang berbeda dan pendapatan penduduk di Citalahab Central lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan di Citalahab Kampung. Selanjutnya, dari pendapatan ini dijadikan kategori lapisan sosial penduduk untuk mengukur variabel yang diteliti dalam penelitian. Apabila perhitungan pendapatan dijadikan satu untuk kedua kampung maka di Citalahab Kampung tidak terdapat lapisan atas. Oleh karena itu, untuk mengetahui dampak sosio ekonomi dan ekologi di dua desa dilihat dari kategori lapisan maka perhitungan antara dua kampung berbeda. Adanya ekowisata meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal ini karena terdapat penambahan pendapatan di luar pekerjaan utama sebagai petani atau pemetik teh. Pendapatan yang diterima tidak hanya berasal dari ibu atau ayah, namun dari seluruh anggota keluarga yaitu ibu, ayah, dan anak. Pendapatan yang diperoleh dari penginapan dan pemandu yaitu sebesar Rp 50.000,00hari sampai dengan Rp 100.000,00hari, untuk porter dan memasak sebesar Rp 50.000,00hari sampai denga Rp 75.000,00hari. Ayah yang bekerja sebagai petani atau pemetik teh bekerja pula sebagai pemandu. Anakpun dapat bekerja sebagai pemandu wisatawan dan ibu memasak untuk makan wisatawan. Pendapatan yang diperoleh menambah pendapatan keluarga sehingga terdapat peningkatan pendapatan rumah tangga. Penduduk yang berada pada tingkat pendapatan tinggi di Citalahab Central biasanya memiliki mata pencaharian ganda disamping mata pencaharian utamanya sebagai pemetik teh atau bertani. Mata pencaharian lain yang dimiliki penduduk diantarannya membuka warung, dan bekerja di sektor ekowisata sebagai pemandu, pembawa barang, ataupun memasak untuk wisatawan. Adanya pekerjaan lain menambah pendapatan masyarakat sehingga tingkat pendapatan yang diperolehpun tinggi. Adanya tingkat pendapatan yang tinggi dikarenakan banyak anggota keluarga yang bekerja seperti ibu, ayah, dan anak ikut bekerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Hal yang sama terjadi di Citalahab Kampung, penduduk yang berada pada tingkat pendapatan tinggi merupakan penduduk yang suami dan istrinya bekerja sebagai buruh pemetik teh. Selain itu, terdapat pula responden yang membuka warung dan dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga. Apabila dibandingkan dengan standar garis kemiskinan menurut World Bank yaitu USD 2kapitahari atau kira-kira Rp 18.000,00kapitahari. Tabel 6. Pendapatan Per Kapita Penduduk di Citalahab Central dan Citalahab Kampung tahun 2010 Nama Kampung Tingkat Pendapatan per kapita Rphari Standar garis kemiskinan USD 2kapitahari Keterangan Citalahab Central Rp 14 495,00 Rp 18 000,00 Di bawah garis kemiskinan Citalahab Kampung Rp 5 693,00 Rp 18 000,00 Jauh di bawah garis kemiskinan Sumber: Diolah dari data primer Berdasarkan Tabel 6, tingkat pendapatan di kedua kampung berada di bawah garis kemiskinan dikarenakan pada Citalahab Kampung yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh pemetik teh memperoleh pendapatan kurang dari Rp 18.000,00harinya atau ± 2 USDkapitahari berada jauh di bawah garis kemiskinan. Penduduk di Citalahab Kampung tidak memiliki pekerjaan di sektor ekowisata. Pendapatan per kapita yang diperoleh penduduk Citalahab Kampung hanya berasal dari pertanian dan non pertanian. Pertanian berasal dari buruh pemetik teh, bertani, dan beternak. Non pertanian berasal dari buruh tambang, dan warung. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Citalahab Central juga menjadi buruh pemetik teh. Namun, selain menjadi buruh pemetik teh penduduk juga memiliki pekerjaan lain yaitu di sektor ekowisata berupa penginapan, pemandu, memasak, dan pembawa barang. Pendapatan per kapita yang diperoleh penduduk Citalahab Central lebih besar yaitu Rp 14.495,00 dibandingkan dengan penduduk di Citalahab Kampung. Adanya ekowisata memang menambah penghasilan penduduk Citalahab Central, namun penduduk tetap berada di bawah garis kemiskinan. Wisatawan yang datang tidak tentu jumlah dan waktunya. Jumlah wisatawan pada bulan- bulan tertentu meningkat dan ada pula yang hanya satu sampai empat rombongan selama sebulan. Wisatawan yang datang ada yang membuat janji terlebih dahulu dan ada yang langsung datang ke Citalahab Central. Namun, terdapat wisatawan yang merubah jadwal kadatangannya ataupun membatalkan kedatangannya ke Citalahab Central sehingga mengakibatkan pendapatan masyarakat tidak tentu. Apabila ada wisatawan yang berkunjung biasanya penentuan tempat tinggal dilakukan atas kesepakatan pengunjung, ketua KSM Kelompok Swadaya Masyarakat, dan pemilik rumah. Rumah yang dijadikan untuk tempat menginap dan yang berkerja menjadi pemandu tidak menentu setiap minggunya. Walaupun ada rumah yang telah ditetapkan terlebih dahulu maka dia tidak selalu menerima kujungan wisatawan. Hal ini karena setiap wisatawan yang datang dapat menentukan tempat tinggalnya sendiri ataupun menyerahkan ke ketua KSM yang nantinya akan mengatur tempat tinggal dan keperluan wisatawan. Adanya alur kedatangan wisatawan ini mengakibatkan penduduk tidak dapat memastikan pendapatan yang diterima. Walaupun demikian, adanya ekowisata tetap dapat meningkatkan pendapatan penduduk. Gambar 9. Pendapatan Penduduk dari Sektor Ekowisatan dan Non Ekowisata di Citalahab Central dan Citalahab Kampung Tahun 2010 Gambar 9 menunjukkan bahwa hadirnya ekowisata memberikan dampak ekonomi pada penduduk yang aksesnya dekat dan merupakan pusat aktivitas wisatawan yaitu Citalahab Central. Pendapatan dari sektor ekowisata diperoleh dari pekerjaan di jasa ekowisata seperti pemandu, memasak, penginapan, dan porter. Pendapatan dari non ekowisata diperoleh dari pertanian, buruh teh, dan buruh bunga potong. Pendapatan sektor ekowisata dan non ekowisata penduduk Citalahab Central dan Citalahab Kampung dihitung selama satu tahun sebagaimana pada lampiran 2. Penduduk didalam penelitian ini adalah responden yang menjadi subyek penelitian yang bekerja. Total pendapatan penduduk di Citalahab Central dari ekowisata selama satu tahun sebesar Rp 118.475.000,00, sedangkan total pendapatan dari sektor non-ekowisata sebesar Rp 351.150.000,00. Pendapatan rata-rata penduduk selama satu tahun di sektor ekowisata sebesar sebesar Rp 3.949.167,00. Pendapatan rata-rata penduduk dari sektor non ekowisata selama satu tahun sebesar Rp 11.705.000,00. Total pendapatan penduduk di Citalahab Kampung selama satu tahun dari sektor non- ekowisata sebesar Rp 184.450.000,00 dan pendapatan rata-rata penduduk sebesar Rp 6.148.333,00. Penduduk di Citalahab Kampung tidak memperoleh pendapatan dari sektor ekowiata karena penduduk di Citalahab Kampung tidak terkena dampak ekowisata. Secara ekonomi, hadirnya ekowisata telah membantu masyarakat di Citalahab Central daripada di Citalahab Kampung. Masyarakat di Citalahab Central dapat lebih memenuhi kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan anaknya, memperindah rumah dan lingkungan untuk menarik wisatawan datang. Perbaikan rumah dengan cara membuat kamar mandi di dalam rumah bagi yang belum memilikinya, membantu perbaikan jalan dan lingkungan sekitar. Mayoritas penduduk Citalahab Kampung memiliki matapencaharian sebagai buruh pemetik teh yang bekerja dari hari senin sampai hari sabtu mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Upah yang diperoleh sebesar Rp 300.000,00 per bulan terkadang dirasa tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari- hari. Kategori pendapatan tinggi dikarenakan anggota rumah tangga sama-sama bekerja yaitu ayah, ibu, dan anak. Pekerjaan yang dimiliki anggota rumah tangga yaitu buruh pemetik teh. Namun, pendapatan yang diterima digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan anak sekolah. Berdasarkan pada struktur pendapatan maka dapat terbentuk lapisan sosial yang terdiri dari lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas. Penggolongan lapisan atas berdasarkan pada penduduk yang berada pada struktur pendapatan tinggi. Penggolongan lapisan menengah berdasarkan pada penduduk yang berada pada struktur pendapatan sedang, dan penggolongan lapisan sosial bawah berdasarkan pada penduduk dengan struktur pendapatan rendah. Penggolongan lapisan sosial akan memperlihatkan frekuensi terhadap variabel tertentu yang diteliti.

5.4 Kesempatan Kerja

Dokumen yang terkait

Keragaman Serangga dan Peranannya pada Daerah Persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

0 6 72

Rancangan Jalan Obyek Wisata dan Rekreasi Alam Daerah Cikaniki dan Citalahab di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

0 8 84

Implikasi Perubahan Struktur Agraria Terhadap Potensi Konflik Agraria (Studi Kasus Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kampung Parigi, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 10 291

Perencanaan Jalur Interpretasi Desa Malasari Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 13 32

Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat: studi kasus kampung citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 28 83

Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism/ CBT) di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 3 13

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Stakeholders dan Ekonomi Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (PKKH) Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) (Studi Kasus: Desa Puraseda dan Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 28 109

Dampak Penetapan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terhadap Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya

0 8 100

Wisata alam taman nasional gunung halimun salak: solusi kepentingan ekologi dan ekonomi

0 4 10