Gambaran Umum Citalahab Central dan Citalahab Kampung

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan terbesar untuk perkebunan swasta, TNGHS dan sawah. Sebagian besar penduduk Desa Malasari bekerja sebagai petani atau karyawan swasta di perkebunan.

4.3 Gambaran Umum Citalahab Central dan Citalahab Kampung

Citalahab Central merupakan kampung yang aksesnya dekat ekowisata, pusat dari kegiatan wisatawan yang datang, dan termasuk jalur jalan yang dilewati penduduk atau pengunjung. Citalahab Kampung merupakan kampung yang aksesnya jauh dari kawasan ekowisata, dan jauh dari jalan. Jalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jalan yang biasanya digunakan oleh penduduk ataupun wisatawan untuk beraktifitas atau jalan yang akan menghubungkan dengan jalan utama. Nama Citalahab Central memiliki arti tersendiri. “ Nama Citalahab Central sendiri berarti tempat atau kampung yang akan menjadi pusat atau sentral dari wisata. Apabila pengunjung atau wisatawan datang maka tempat menginap dan segala aktivitas yang dapat membantu wisatawan berada di Citalahab Central seperti penginapan, pemandu, maupun catering ”. Bpk Ody, 32 tahun, karyawan TNGHS. Citalahab Central dan Citalahab Kampung memiliki karakterisitik yang berbeda. Letak kedua kampung ini berada di dalam kawasan taman nasional. Jarak yang ditempuh agar sampai ke kampung ini cukup jauh. Jarak dari kantor Desa Malasari ke kampung yang dituju membutuhkan waktu 120 menit menggunakan sepeda motor karena tidak ada transportasi atau kendaraan menuju kampung tersebut. Jalan menuju kampung cukup sulit karena berbatu dan tidak di aspal dan sepanjang jalan dapat melihat pohon dan beberapa kali melewati kebun teh. Sedangkan jarak antara Citalahab Central dan Citalahab Kampung sekitar 90 menit jalan kaki dan 50 menit menggunakan sepeda motor. Wisatawan yang datang akan lebih sering ditemukan di Citalahab Central. Hal ini karena wisatawan yang datang akan menginap di kampung tersebut dan dipandu oleh masyarakat lokal untuk menikmati obyek yang ada. Sedangkan pada Citalahab Kampung mereka jarang melihat wisatawan jika melihatpun hanya sesekali. “Jika wisatawan jarang yang datang ke sini Citalahab Kampung, kalaupun ada itu jarang sekali dan biasanya hanya menanyakan arah. Warga melihat wisatawan jika sedang bekerja di kebun teh, biasanya ada wisatawan yang sedang jalan-jalan ”. Bpk Ndy, 48 tahun, warga Citalahab Kampung Mata pencaharian di Citalahab Central meliputi petani, pemetik teh, sopir truk pengangkut teh, pedagang, pemilik penginapan, pemandu wisata, cateringmemasak, bekerja di bunga potong, dan karyawan taman nasional. Sedangkan penduduk Citalahab Kampung memiliki pekerjaan sebagai petani, pedagang, pemetik teh, dan ada pula yang bekerja ke luar desa. Jenis mata pencaharian yang berkaitan dengan ekowisata hanya ada di Citalahab Central yang merupakan pusat untuk kegiatan wisatawan. Bidang pertanian antara kedua kampung sama-sama memiliki lahan pertanian yang tidak terlalu luas. Hasil pertanian yang diperoleh khususnya padi tidak dijual oleh petani. Hal ini karena lahan pertanian yang digunakan tidak luas sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu banyak dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi petani. Di Citalahab Central karena pusat aktifitas ekowisata maka tidak diperbolehkan untuk menambah bangunan milik pribadi dan merambah hutan. Status lahan yang ada di Citalahab Central dan Citalahab Kampung merupakan lahan milik Taman Nasional Gunung Halimun-Salak TNGHS. Penduduk lokal dapat memanfaatkan lahan yang ada di kawasan TNGHS baik untuk sawah dan pemukiman. Namun, tidak boleh menambah bangunan yang telah ada tanpa izin dan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak TNGHS.

4.4 Karakteristik Responden

Dokumen yang terkait

Keragaman Serangga dan Peranannya pada Daerah Persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

0 6 72

Rancangan Jalan Obyek Wisata dan Rekreasi Alam Daerah Cikaniki dan Citalahab di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

0 8 84

Implikasi Perubahan Struktur Agraria Terhadap Potensi Konflik Agraria (Studi Kasus Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kampung Parigi, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 10 291

Perencanaan Jalur Interpretasi Desa Malasari Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 13 32

Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat: studi kasus kampung citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 28 83

Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism/ CBT) di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 3 13

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Stakeholders dan Ekonomi Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (PKKH) Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) (Studi Kasus: Desa Puraseda dan Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 28 109

Dampak Penetapan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terhadap Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya

0 8 100

Wisata alam taman nasional gunung halimun salak: solusi kepentingan ekologi dan ekonomi

0 4 10