Karakteristik Responden GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ada wisatawan yang sedang jalan-jalan ”. Bpk Ndy, 48 tahun, warga Citalahab Kampung Mata pencaharian di Citalahab Central meliputi petani, pemetik teh, sopir truk pengangkut teh, pedagang, pemilik penginapan, pemandu wisata, cateringmemasak, bekerja di bunga potong, dan karyawan taman nasional. Sedangkan penduduk Citalahab Kampung memiliki pekerjaan sebagai petani, pedagang, pemetik teh, dan ada pula yang bekerja ke luar desa. Jenis mata pencaharian yang berkaitan dengan ekowisata hanya ada di Citalahab Central yang merupakan pusat untuk kegiatan wisatawan. Bidang pertanian antara kedua kampung sama-sama memiliki lahan pertanian yang tidak terlalu luas. Hasil pertanian yang diperoleh khususnya padi tidak dijual oleh petani. Hal ini karena lahan pertanian yang digunakan tidak luas sehingga hasil yang didapatkan tidak terlalu banyak dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi petani. Di Citalahab Central karena pusat aktifitas ekowisata maka tidak diperbolehkan untuk menambah bangunan milik pribadi dan merambah hutan. Status lahan yang ada di Citalahab Central dan Citalahab Kampung merupakan lahan milik Taman Nasional Gunung Halimun-Salak TNGHS. Penduduk lokal dapat memanfaatkan lahan yang ada di kawasan TNGHS baik untuk sawah dan pemukiman. Namun, tidak boleh menambah bangunan yang telah ada tanpa izin dan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak TNGHS.

4.4 Karakteristik Responden

Rata-rata umur responden yaitu 37 tahun. Tingkat Pendidikan Citalahab Central dan Citalahab Kampung terlihat pada Gambar 4 Mayoritas pendidikan di kedua kampung berada pada tingkat tamat Sekolah Dasar SD yaitu sebesar 60 persen atau sebanyak 18 responden pada Citalahab Central dan sebesar 47 persen atau sebanyak 14 responden pada Citalahab Kampung. Di Citalahab Central sebanyak delapan responden atau sebesar 27 persen tamat Sekolah Menengah Pertama SMP, sebanyak tiga responden atau sebesar 10 persen tamat Sekolah Menengah Atas SMA, dan sebanyak satu reponden atau sebesar tiga persen tidak sekolah. Sedangkan pada Citalahab Kampung sebanyak delapan responden atau sebesar 27 persen tidak sekolah dan tidak tamat sekolah. Keterangan: n Citalahab Central = 30 individu n Citalahab Kampung = 30 individu Gambar 4. Persentase Tingkat Pendidikan Responden di Desa Malasari Tahun 2011 Rendahnya tingkat pendidikan karena aksesnya yang jauh dan gedung sekolah yang tidak memadai. Di Citalahab Central sendiri apabila akan sekolah harus menempuh jarak sekitar 60 menit mengunakan sepeda motor menuju sekolah terdekat di perkebunan swasta. Hal ini serupa dengan Citalahab Kampung yang harus menempuh jarak sekitar 80 menit perjalanan dengan menggunakan sepeda motor karena tidak ada kendaraan umum ditempat ini. Apabila akan melanjutkan sekolah ke menengah atas yang berada di sekitar kantor desa dari Citalahab Central dan Citalahab Kampung memerlukan waktu dua sampai tiga jam mengendarai motor atau harus pergi ke luar desa seperti Leuwiliang. “Di sini Citalahab Kampung tidak ada bangunan sekolah, jadi harus pergi ke Nirmala kalau mau sekolah dan itu harus menggunakan sepeda motor sekitar 30 sampai 40 menit. Jika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi harus ke luar desa dan itu pasti membutuhkan uang yang lebih banyak, Biasanya pendidikan di sini sampai SD atau SMP saja kemmudian bekerja. Kalau dulu karena sekolah susah jadi sampai SD saja itu juga dan banyak yang tidak sekolah atau tidak tamat SD karena jalan yang begitu jauh ”. Ibu Anh, 44 tahun, warga Citalahab Kampung Penyebab penduduk tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi selain karena aksesnya yang jauh, juga karena tidak ada biaya. Hal ini karena apabila anak mereka melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maka harus ke luar desa dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Rendahnya tingkat pendidikan dapat berimplikasi pada kondisi perekonomian responden dan perilaku responden terhadap lingkungan. Sementara itu, pada sektor pekerjaan mayoritas penduduk Citalahab Kampung bekerja di sektor pertanian dan mayoritas penduduk Citalahab Central bekerja di sektor pertanian dan non pertanian. Keterangan: n Citalahab Central = 30 individu n Citalahab Kampung = 30 individu Gambar 5. Persentase Responden berdasarkan Sektor Pekerjaan di Desa Malasari Tahun 2011 Berdasarkan Gambar 5, mayoritas penduduk Citalahab Kampung memiliki matapencaharian di bidang pertanian yaitu sebesar 55 persen atau sebanyak 18 responden. Pekerjaan ini meliputi bertani dan menjadi buruh pemetik teh. Sebanyak enam responden atau sebanyak 18 persen bergerak di bidang non pertanian, serta bidang pertanian dan non pertanian. Penduduk Citalahab Central sebanyak 11 responden atau sebesar 33 persen bergerak di dua bidang yaitu pertanian dan non pertanian. Penduduk di kampung ini selain bekerja sebagai petani atau buruh pemetik teh juga bekerja di bidang jasa ekowisata. Pekerjaan ini meliputi warung, pemandu, penginapan, memasak, pembawa barang porter, dan bekerja di bunga potong. Penduduk yang bekerja di sektor non pertanian sebesar 27 persen atau sebanyak 9 responden, sedangkan di sektor pertanian dan non pertanian sebesar 30 persen atau sebanyak 10 responden. Pekerjaan non pertanian meliputi pekerjaan di sektor ekowisata, karyawan TNGHS, dan karyawan bunga potong. Kependudukan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori, yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk asli dalam hal ini didefinisikan sebagai setiap orang yang telah lahir dan bertempat tinggal di daerah atau lokasi penelitian, sedangkan penduduk pendatang merupakan setiap orang yang lahir di luar lokasi penelitian. Keterangan: n Citalahab Central = 30 individu n Citalahab Kampung = 30 individu Gambar 6. Persentase Kelompok Responden berdasarkan Asal Kependudukan di Desa Malasari Tahun 2011 Gambar 6 menunjukkan sebesar 70 persen atau sebanyak 23 responden merupakan penduduk asli Citalahab Central dan sebesar 21 persen atau sebanyak tujuh responden merupakan pendatang. Sementara itu, di Citalahab Kampung sebesar 85 persen atau sebanyak 28 responden merupakan penduduk asli dan sebesar enam persen atau sebanyak dua responden merupakan pendatang. Jumlah pendatang di Citalahab Central lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pendatang Citalahab Kampung. Hal ini karena jumlah pendatang tersebut bekerja sebagai karyawan TNGHS, ada pula penduduk yang bekerja di Bogor kemudian menikah dengan penduduk asli Citalahab Central. Maka, mayoritas penduduk di kedua kampung adalah penduduk asli dengan mayoritas Suku Sunda.

4.5 Ikhtisar

Dokumen yang terkait

Keragaman Serangga dan Peranannya pada Daerah Persawahan di Taman Nasional Gunung Halimun, Desa Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

0 6 72

Rancangan Jalan Obyek Wisata dan Rekreasi Alam Daerah Cikaniki dan Citalahab di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

0 8 84

Implikasi Perubahan Struktur Agraria Terhadap Potensi Konflik Agraria (Studi Kasus Perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Kampung Parigi, Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat).

0 10 291

Perencanaan Jalur Interpretasi Desa Malasari Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 13 32

Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat: studi kasus kampung citalahab Sentral-Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

4 28 83

Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism/ CBT) di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Halimun Salak

0 3 13

Dampak aktivitas pertambangan bahan galian golongan c terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa (analisis sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 14 120

Analisis Stakeholders dan Ekonomi Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati (PKKH) Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) (Studi Kasus: Desa Puraseda dan Malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 28 109

Dampak Penetapan Taman Nasional Gunung Halimun Salak terhadap Masyarakat Kasepuhan Cipta Mulya

0 8 100

Wisata alam taman nasional gunung halimun salak: solusi kepentingan ekologi dan ekonomi

0 4 10