Salon Kecantikan Metode Pengambilan Sampel Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

keadaan emosional, reaksi mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas, kegembiraan atau kesenangan. Kepuasan dan kenyamanan konsumen adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelanggan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut. Para pelanggan akan merasa berdaya didalam dirinya jika mereka merasakan kenyamanan secara psikologis, dan penyedia pelayanan pelanggan akan dapat menyajikan kenyamanan psikologis dengan cara menawarkan keandalan dan prediktabilitas pelayanan mereka. Keunggulan jasa yang dipahami atau dipersepsikan Memadainya Jasa yang dipahami Gambar 1. Hubungan antara Harapan, Kepuasan, dan Kualitas Jasa yang dipersepsikan Lovelock et al, 2005

2.4. Salon Kecantikan

Industri jasa salon kecantikan disebut juga industri repeat business, artinya usaha ini mengandalkan para langganan untuk kembali secara teratur ke salon kecantikan tersebut di samping terus menerus mencari pelanggan baru Endar Sugiarto, 1999:86. Sedangkan jasa pemangkas rambut dan salon kecantikan merupakan jasa yang mencakup jasa pemangkas dan perawatan Ukuran- ukuran kualitas jasa Jasa diinginkan Jasa memadai Jasa yang dipahami Jasa yang diperkira kan rambut, kumis, jambang maupun jenggot, termasuk jasa perawatan kecantikan, seperti: perawatan kulit muka facial, perawatan tubuh lulur, manicure, pedicure, makeup, dan perawatan kecantikan lainnya KBLI, 2005.

2.5. Critical Non-Essential CNE

2.5.1. Konsep dasar Critical Non-Essential CNE

Pandangan tradisional dalam dunia bisnis Lund, 2007 : 1. Konsumen mengerti dan menilai bagian inti dari bisnis berdasarkan kegiatan dari bisnis tersebut. 2. Konsumen menilai keahlian suatu bisnis berdasarkan kualitas pelayanan yang baik yang konsumen terima. 3. Daerah diluar inti bisnis kemasan umum, dekorasi dll tidak lebih penting untuk konsumen dibandingkan dengan daerah inti bisnis. Pandangan moderen dalam dunia bisnis : 1. Sekarang, pengusaha harus menyadari bahwa konsumen tidak mengerti banyak tentang apa yang perusahaan lakukan, sehingga konsumen menilai kualitas pekerjaan jauh berbeda dari yang perusahaan lakukan untuk konsumen. 2. Pendapat pelanggan tentang mutu dilihat dari banyak hal, bisnis yang sebenarnya atau bagian inti dari bisnis hanya menjadi bagian yang kecil 3. Bagian non-inti dari bisnis adalah kontributor yang sangat penting untuk persepsi masyarakat dari apa yang perusahaan lakukan. Critical Non-Essential CNE merupakan bagian non-inti dari bisnis, yang seolah-olah tidak terlalu penting tetapi dalam kenyataannya penting bagi keberhasilan bisnis. Critical Non-Essential CNE adalah hal-hal yang berada di luar bagian yang diperlukan atau inti dari bisnis dan konsumen tidak memerlukan tambahan biaya untuk mendapatkannya Lund, 2007. Kualitas produk dan layanan harus tetap menjadi tujuan dasar dalam berbisnis. Jika hanya menggunakan Critical Non-Essential CNE untuk mempromosikan citra sebuah bisnis yang berkualitas kepada pelanggan, maka pelanggan tidak akan menemukan kualitas dari bsinis tersebut dan pelanggan akan merasa sangat tertipu. Setiap orang dalam bisnis perlu mengetahui apa saja yang mereka lakukan jika menginginkan lebih dari kesuksesan jangka pendek. Namun tidak cukup jika hanya mengetahui secara teknis kompeten di bagian inti dari bisnis , karena ada hal-hal lain yang bahkan lebih penting untuk membangun sebuah bisnis yang sukses dan menguntungkan.

2.5.2. Penerapan dan Keuntungan Critical Non-Essential CNE

Critical Non-Essential CNE mudah dibangun dalam suatu bisnis jika pelaku bisnis dapat memahami empat prinsip Critical Non- Essential CNE dan bagaimana Critical Non-Essential CNE diterapkan dalam bisnis Lund, 2007, yaitu: 1. Daerah di luar bisnis inti lebih mudah ditangani, diamati dan memberikan manfaat yang lebih kepada konsumen. 2. Perhatian terhadap detail dalam hal-hal kecil menciptakan kesan positif yang kuat dari kompetensi teknis inti. 3. Semua orang dalam tim harus ikut berkontribusi pada pengerjaan hal-hal kecil yang sangat penting. 4. Dampak dari upaya yang dilakukan pada daerah-daerah non-inti, didasarkan pada bagusnya konsistensi yang dihasilkan. Menerapkan Critical Non-Essential CNE dalam bisnis memberikan banyak keuntungan, yaitu : 1. CNE memberikan kejelasan konfirmasi tentang kompetensi yang dimiliki oleh bisnis tersebut. 2. CNE membuat jumlah konsumen meningkat pada bisnis tersebut dan membuat konsumen memberikan penghargaan terhadap apa yang perusahaan lakukan lebih daripada sebelumnya. 3. CNE membuat konsumen merasa sangat diperhatikan dan diutamakan daripada sebelumnya. 4. CNE membuat situasi bisnis membaik, dan konsumen menunjukkan apresiasi nyata terhadap keterampilan para pelaku bisnis. 5. CNE membuat konsumen kembali datang untuk menggunakan kembali jasa dari bisnis tersebut sehingga menyebabkan keuntungan perusahaan meningkat. 6. Pada akhirnya CNE dapat mempermudah pelaku bisnis untuk mencapai kesuksesannya, membuat suasana kerja menjadi lebih nyaman, konsumen dan karyawan merasa nyaman terlibat dalam bisnis tersebut, sehingga semua pihak yang terlibat dalam bisnis tersebut merasa ”happy”.

2.5.3. Langkah-langkah Menciptakan Critical Non-Essential CNE

Langkah-langkah menciptakan Critical Non-Essential CNE : 1. Pilih area yang benar-benar menarik. Critical Non-Essential CNE harus menyenangkan bagi pelanggan. 2. Pilih area yang mempunyai jarak tetapi tidak terlalu jauh dari inti bisnis. Fokus pada objek atau tugas yang kelihatannya jauh dari produk inti, pelayanan dan keterampilan bisnis dan profesi. Itulah yang membuat Critical Non-Essential CNE begitu berkesan. Namun, Critical Non-Essential CNE harus memiliki beberapa hubungan dengan inti dari bisnis. Sebuah Critical Non-Essential CNE harus dilihat sebagai sesuatu yang tidak benar-benar harus dilakukan sebagai bagian dari bisnis biasa. 3. Pilih sesuatu yang sangat terlihat Membuat Critical Non-Essential CNE jelas dan mudah terlihat. Pastikan bahwa perusahaan dapat memperlihatkan CNE untuk konsumen sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh konsumen. 4. Pilih area yang menjadi perhatian pelanggan Critical Non-Essential CNE sangat berguna untuk menghilangkan kekhawatiran yang kemungkinan akan membuat konsumen marah. 5. Pilih sesuatu yang sulit muncul, tetapi sebenarnya tidak Harus jelas kepada konsumen bahwa perusahaan telah mengambil perhatian besar dengan menciptakan dan menerapkan Critical Non-Essential CNE. 6. Ambil Critical Non-Essential CNE ke ekstrim. Tidak peduli seberapa baik mengikuti prinsip-prinsip Critical Non-Essential CNE, jika tidak melakukan CNE untuk tingkat selanjutnya, maka dampak yang ditimbulkan oleh CNE sebagai alat pemasaran tidak akan maksimal.

2.5.4. Kriteria Salon Kecantikan yang Sudah Menerapkan Critical

Non-Essential CNE dan yang Belum Menerapkan Strategi Critical Non-Essential CNE Salon kecantikan yang hanya memberikan jasa kecantikan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kualitas jasa utama kecantikan saja belum bisa dikatakan menerapkan strategi Critical Non-Essential CNE. Pelayanan salon kecantikan yang hanya berfokus pada pengetahuan dan kompetensi teknis, hanya mementingkan atau terlalu berfokus pada tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis yang dimiliki oleh penyedia jasa salon kecantikan, keahlian dan skill penyedia jasa salon kecantikan, dan juga pelalatan teknis yang berhubungan dengan penyediaan jasa salon kecantikan. Bisnis salon kecantikan yang sudah menerapkan Critical Non- Essential CNE akan berfokus pada penciptaan memorable experience bagi konsumennya, dimana tidak lagi berfokus pada essential dari pelayanan jasa salon kecantikan. Menyediakan pelayanan yang memang tidak penting untuk kelansungan bisnis namun disadari apabila diterapkan akan membawa manfaat ganda bagi bisnisnya, contohnya seperti penyediaan fasilitas ruang tunggu yang nyaman dilengkapi dengan AC, sofa yang membuat konsumen merasa lebih dimanjakan. Penyediaan fasilitas entertain dan media komunikasi yang bisa membuat konsumen menjadi lebih relax dan nyaman sehingga mereka mendapat pengalaman yang luar biasa dari sebuah transaksi jasa yang mereka lakukan. Bagian pelayanan non-essential pada salon-salon kecantikan yaitu: 1. Media komunikasi dan entertainment, seperti televisi, koran, majalah, radio, dan musik. 2. Fasilitas ruangan, seperti sofa dan sejenisnya, pendingin ruangan, kenyamanan dan kebersihan, dan penataan interior dan eksterior. 3. Fasilitas penunjang di ruang tunggu, seperti toilet, penjualan makanan dan minuman, wifi, dan smoking area. Bagian pelayanan essential pada salon-salon kecantikan yaitu: 1. Kualitas jasa utama, seperti jasa pemangkas dan perawatan rambut, jasa perawatan kecantikan; seperti perawatan kulit muka facial, perawatan tubuh lulur, manicure, pedicure, makeup, dan perawatan kecantikan lainnya. 2. Kualitas karyawan, saperti keterampilan karyawan, keramahan karyawan, dan lain-lain. 3. Kualitas peralatan dan perelengkapan jasa utama, seperti peralatan pemangkas dan perawatan rambut, peralatan perawatan kecantikan; seperti peralatan perawatan kulit muka facial, peralatan perawatan tubuh lulur, manicure, pedicure, makeup, dan peralatan perawatan kecantikan lainnya.

2.6. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan untuk melakukan pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan rumus Slovin Umar, 2003. N n = …………………………… 1 1 + Ne 2 Dimana : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir. Dalam penelitian ini kelonggaran ketidaktelitian yang diambil sebesar 10 persen.

2.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Langkah-langkah dalam menguji validitas kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Konsep yang akan diukur hendaknya dijabarkan terlebih dahulu, sehingga operasionalnya dapat dilakukan. 2. Melakukan uji coba pengukuran tersebut pada sejumlah responden. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. Disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distribusi skor nilai akan lebih mendekati kurva normal. 3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. 4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, dan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, yaitu Umar, 2003: n∑ XY – ∑ X∑ Y r hitung = …………… 2 [n∑ X 2 – ∑ X 2 ] [n∑ Y 2 – ∑ Y 2 ] Dimana: X = Skor pernyataan Y = Skor total pernyataan n = Jumlah responden r = Nilai koefisien korelasi Hipotesis: H 0 : Instrumen dinyatakan tidak valid α = 0 H 1 : Instrumen dinyatakan valid α ≠ 0 Setelah dihitung, nilai korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r, dengan n = 30 dan taraf signifikansi sebesar 5 persen diperoleh nilai r tabel 0,361. Jika nilai korelasi yang diperoleh lebih besar dari 0,361 maka H ditolak dan H 1 diterima. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Suatu alat pengukuran dikatakan reliabel, jika alat tersebut memiliki hasil pengukuran yang konsisten dari dua kali pengukuran pada gejala yang sama. Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrumen adalah teknik Alpha Cronbach Umar, 2003 dengan rumus sebagai berikut: k ∑ b 2 r 11 = 1 - ………………………….. 3 k – 1 t 2 Dimana: r 11 = reliabilitas instrument k = banyak butir pertanyaan t 2 = varian total ∑ b 2 = jumlah varian butir

2.8. Analisis Deskriptif