peningkatan suhu udara pada area yang ternaungi lebih rendah sekitar 0,33
o
C- 0,84
o
C. Arahan ini dapat diimplementasikan namun harus mempehatikan faktor- faktor lain seperti kepemilikan lahan milik pemerintah daerah atau bukan, biaya
yang dibutuhkan, dan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah.
5.7. Rekomendasi Upaya Penambahan RTH
Penyusunan upaya penambahan RTH di Kota Bekasi dilakukan berdasarkan pada hasil analisis SWOT. Faktor internal dan eksternal yang diduga
mempengaruhi keberadaan RTH di Kota Bekasi adalah sebagai berikut: 1.
Strengths Kekuatan a.
Terdapat pembagian tugas dalam pengelolaan RTH. Dinas yang bertanggung jawab dalam pengelolaan RTH Kota Bekasi adalah
Bappeda Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Distarkim Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Disbertaman Dinas Kebersihan
dan Pertamanan, dan DPLH Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup. b.
Di Kota Bekasi Bagian Selatan masih banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan sehingga ke depannya dapat dikembangkan
menjadi RTH. c.
Sistem utilitas Kota Bekasi seperti IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri, IPLT Instalasi Pengolahan Limbah Tinja, dan TPA
Tempat Pembuangan Akhir dapat memberikan kontribusi terhadap keberadaan RTH.
d. Disbertaman memiliki program yaitu melakukan penghijauan kota
melalui antisipasi pohon yang mati dan mengganti dengan yang baru, penghijauan terhadap lahan bekas pembangunan, dan penyiraman
tanaman. e.
Kegiatan Gerakan Rehabilitas Lahan Kritis Tahun 2005 oleh DPLH. Kegiatan ini adalah program penanaman pohonpenghijauan yang
diprioritaskan pada daerah aliran sungai, sempadan jalan, lahan kosong milik petani dan milik pemerintah seperti fasum dan fasos, dan TPA
Bantar Gebang.
f. Kegiatan Bekasi Teduh Tahun 2007 oleh DPLH. Kegiatan ini
merupakan penggalakan penanaman pohon di seluruh Kota Bekasi. g.
Program pengendalian RTH melalui insentif dan disinsentif kepada lembaga swasta dan perorangan yang dapat memberi penyediaan RTH
publik. Contoh insentif yang ditawarkan adalah kemudahan prosedur perizinan dan keringanan pajak sedangkan contoh disinsentif yang
diberikan adalah pengenaan pajak lebih tinggi dan penyediaan RTH di tempat lain.
h. Pemerintah Kota Bekasi, dalam RPJMD 2008-2013, menuangkan
program pengelolaan
Ruang Terbuka
Hijau dengan
target pengembangan luasan RTH publik menjadi 15,5 dari luas kota pada
tahun 2013.
2. Weaknesses Kelemahan
a. Hanya sebagian kecil dari kegiatan pembangunan di Kota Bekasi, baik
kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, permukiman, dan industri yang menyediakan pertamanan dengan proporsi memadai.
b. Belum adanya koordinasi yang baik antara dinas-dinas yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan RTH sehingga menimbulkan tumpang tindih pekerjaan, program, atau untuk beberapa jenis RTH
tidak ada yang mengelola secara rutin. Contohnya, berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Disbertaman yang tercantum dalam laporan
penyusunan rencana induk penataan, pengelolaan, dan pengendalian ruang terbuka hijau Kota Bekasi, Sampai saat ini belum ada koordinasi
dari instansi-instansi tertentu seperti dalam proyek pelebaran jalan, sehingga proyek pelebaran jalan sering kali menebang pohon dan tidak
memperhatikan keberadaan sempadan jalan untuk RTH. Pihak Disbertaman selaku dinas yang bertanggung jawab terhadap
keberadaan RTH tidak bisa melakukan apa-apa karena bentuk pengendalian RTH belum jelas dan belum ada koordinasi antara Dinas
PU selaku pihak pembangun dan Disbertaman. Selain itu Disbertaman
selama ini hanya bersifat menunggu kebijakan dari BAPPEDA, seakan tidak memiliki kewenangan dalam penataan RTH Kota Bekasi.
c. Dana untuk pembangunan dan pemeliharaan RTH minim bahkan
belum memiliki anggaran khusus untuk pengelolaan RTH sehingga tidak mencukupi untuk membangun taman-taman baru berskala kota.
d. Sumberdaya manusia sebagai pelaksana pemeliharaan RTH secara
kuantitas dan kualitas kurang sehingga ada RTH-RTH yang menjadi tidak terawat. SDM yang ada baru untuk tahap pemeliharaan harian
dan tidak pada semua lokasi, sedangkan untuk pengawasan dan pengendalian belum dilakukan secara rutin.
e. Hampir semua situ yang ada di Kota Bekasi tidak mempunyai daerah
pengaman situ, baik berupa sempadan situ yang merupakan ruang terbuka hijau pada radius 200 m dari pinggir situ maupun ruang
terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air. f.
RTRW Kota Bekasi bersifat terlalu umum sehingga acuan terhadap pengendalian RTH kurang begitu jelas.
3. Opportunities Peluang
a. Terdapat beberapa pihak ketiga swastabadan usaha yang bekerja
sama dengan pemerintah Kota Bekasi dalam pengelolaan RTH. b.
Terdapat keterlibatan pihak developer perumahan dan masyarakat yang berdampak positif pada kondisi taman yang ada di sekitar lingkungan
taman. c.
Berdasarkan pengembangan wilayah Bekasi bagian Utara dan Tengah, kantong-kantong permukiman tidak teratur akan diremajakan menjadi
hunian vertikal dan campuran jasa komersial untuk efisiensi lahan, menciptakan RTH, dan pembukaan akses kawasan.
d. Berdasarkan UU No 26 tahun 2007, wilayah kabupaten atau perkotaan
harus membuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang RTH sebesar minimal 30 dari luas wilayah.
4. Threats Ancaman
a. Kepadatan 11.100 jiwakm
2
pada tahun 2010 dan laju pertumbuhan jumlah penduduk 3,8 per tahun di Kota bekasi yang diperkirakan
semakin meningkat akan mempengaruhi kebutuhan RTH baik secara luasan maupun jenis komponen RTH.
b. Bagian Utara Kota Bekasi mengalami pertumbuhan kota yang sangat
pesat dan merupakan kawasan terbangun yang padat sehingga tidak banyak dijumpai ruang hijau.
c. Lahan yang ada makin sempit dan harga lahan mahal sehingga secara
ekonomi lebih dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan. Dari hasil identifikasi faktor eksternal dan internal, maka dapat disusun
kerangka SWOT sebagaimana tercantum dalam Tabel 15. Tabel 15. Matriks Kombinasi Strategi Penambahan RTH di Kota Bekasi
Strengths Kekuatan Weaknesses Kelemahan
Opportunities Peluang
Strategi SO 1.
Mengoptimalkan kinerja badan- badan pengelola RTH dengan
sistem koordinasi pembagian tugas yang jelas.
2. Peningkatan hubungan kerja sama
pemerintah dengan pihak ketiga. 3.
Memanfaatkan wilayah
Kota Bekasi Bagian Selatan yang masih
berpotensi tinggi untuk RTH dan Optimalisasi lahan di wilayah
Utara Kota
Bekasi dengan
pembangunan vertikal. 4.
Pengambilan kebijakan tegas dari pemerintah untuk
mewujudkan target luasan RTH sesuai dengan
UU No 26 tahun 2007 dan RPJMD 2008-2013
Strategi WO 1.
Optimalisasi kerja sama dengan pihak
ketiga untuk
penggalangan dana pengelolaan RTH.
2. Pengembangan RTH selain di
atas tanah. 3.
Memberdayakan masyarakat
sekitar dalam
pemeliharaan RTH di lingkungan sekitar
masyarakat.
Threats Ancaman
Strategi ST 1.
Mengoptimalkan program insentif dan disinsentif terutama di wilayah
Utara Kota Bekasi. 2.
Mengoptimalkan areal atau jalur di sekitar sistem utilitas kota untuk
RTH. Strategi WT
1. Optimalisasi fungsi RTRW
sebagai acuan pengendalian RTH.
2. Optimalisasi
pengawasan kegiatan pembangunan.
3. Penyusunan anggaran khusus
RTH.
Hasil akhir dari analisis SWOT merupakan formulasi strategi dari faktor- faktor internal dan eksternal Kota Bekasi yang telah diidentifikasi sehingga
menghasilkan dua belas strategi dalam mengupayakan penambahan RTH di Kota Bekasi, yaitu:
1. Mengoptimalkan kinerja badan-badan pengelola RTH dengan
mengkoordinasikan tugas masing-masing secara jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam upaya pengelolaan RTH dan tidak terjadi
penelantaran RTH yang ada akibat dari ketidakjelasan badan mana yang bertanggung jawab.
2. Peningkatan hubungan kerja sama pemerintah daerah dengan pihak ketiga
swastabadan usaha dalam upaya pengadaan dan pemeliharaan RTH. 3.
Memanfaatkan wilayah Selatan Kota Bekasi Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar Gebang, dan Mustika Jaya yang pembangunannya masih relatif
belum banyak dan masih banyak ditemukan lahan-lahan belum terbangun sehingga pengembangan RTH dengan luasan memadai masih dapat
direalisasikan. Untuk wilayah Utara Kota Bekasi yang mayoritas merupakan kawasan terbangun, dapat dilakukan optimalisasi lahan dengan
menganjurkan pada developer untuk melakukan pembangunan vertikal. 4.
Pengambilan kebijakan tegas dari pemerintah daerah untuk mewujudkan target luasan RTH sesuai dengan UU No 26 tahun 2007 dan RPJMD
2008-2013, contohnya dengan cara refungsionalisasi dan pengamanan jalur-jalur hijau alami dari okupasi pemukiman liar, seperti di sepanjang
tepian jalan raya, jalan tol, bawah jalan layang, bantaran sungai,saluran teknik irigasi, tepian pantai, bantaran rel kereta api, jalur SUTET, tempat
pemakaman umum, dan lapangan olahraga 5.
Mengoptimalkan kerja sama dengan pihak ketiga swastabadan usaha dalam usaha penggalangan dana untuk pengelolaan dan penyediaan RTH.
6. Pengembangan RTH selain di atas tanah untuk kawasan-kawasan yang
sudah terbangun, seperti RTH di atas bangunan, di dalam bangunan, atau di bawah bangunan sehingga dapat mengkompensasi lahan-lahan yang
telah telanjur digunakan sebagai lahan terbangun.
7. Memberdayakan masyarakat sekitar dalam pemeliharaan RTH di
lingkungan sekitar masyarakat. 8.
Mengoptimalkan program insentif dan disinsentif pada pihak yang akan mendirikan bangunan sebagai upaya pengendalian agar penggunaan lahan
dapat sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bekasi. 9.
Optimalisasi areal atau jalur di sekitar sistem utilitas kota untuk RTH, seperti IPAL, IPLT, dan TPA yang seharusnya memiliki buffer yang
membatasi daerah tersebut dengan aktifitas di luarnya. Buffer ini dapat berupa salah satu jenis RTH yang dapat berkontribusi bagi RTH Kota
Bekasi keseluruhan. 10.
Mengoptimalisasi fungsi RTRW sebagai acuan pengendalian RTH sehingga ada pedoman-pedoman yang tepat dalam pelaksanaan
penyelenggaraan dan pengelolaan RTH. 11.
Optimalisasi pengawasan kegiatan pembangunan agar setiap kegiatan pembangunan yang ada baik kegiatan pemerintahan, perdagangan dan
jasa, permukiman, dan industri dapat menyediakan lahan pertaman yang memadai sebagai RTH privat.
12. Penyusunan anggaran khusus untuk RTH sehingga rencana-rencana
pengelolaan dan penyelenggaraan RTH dapat berjalan dengan baik.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN