Tabel 2. Lanjutan
3 Menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi
perubahan luas RTH.
Data hasil analisis tujuan 1.
Laju kepadatan penduduk.
Laju jumlah penduduk. Data fasilitas
pendidikan, fasilitas ekonomi, fasilitas
kesehatan, fasilitas sosial Kota Bekasi, dan
aksesibilitas ke pusat pemerintahan PODES.
BAPPEDA Kota Bekasi
BPS Kota Bekasi Analisis regresi
berganda
4 Mengidentifikasi
areal yang berpotensi untuk di
jadikan RTH. Citra QUICKBIRD
2010. Peta penggunaan lahan
2010. Peta RTRW kota Bekasi.
BAPPEDA Kota Bekasi
Analisis spasial Digitasi citra
QUICKBIRD 2010
5 Menyusun upaya
penambahan RTH di Kota Bekasi.
RPJMD 2008-2013, RTRW, Laporan
penyusunan rencana induk penataan,
pengelolaan, dan pengendalian RTH Kota
Bekasi. Website:
bekasikota.go.id BAPPEDA Kota
Bekasi Dinas Tata Ruang
dan Permukiman Kota Bekasi
Analisis SWOT
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa perangkat lunak yaitu Arc GIS 9.3, ArcView GIS 3.3, Microsoft Office 2007,
Statistica 8.0 serta kamera digital, dan GPS.
3.3. Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam lima tahapan, yaitu 1 Persiapan, 2 Pengumpulan Data, 3 Survei Lapang, 4 Analisis dan Interpretasi Data, 5
Penyusunan skripsi
3.3.1. Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan studi pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian dan penyelesaian perizinan untuk pengambilan data. Data penunjang
yang digunakan adalah: buku teks, berbagai jurnal atau artikel ilmiah, dan prosiding seminar yang terkait dengan tujuan penelitian.
3.3.2. Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data di lapangan dan instansi terkait yang dibutuhkan untuk penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
spasial, data numerik, dan data pendukung hasil survai lapang. Data spasial berupa peta RTRW, citra QUICKBIRD, Peta Administrasi Kota Bekasi, dan Peta
penggunaan lahan. Data numerik berupa data-data statistik meliputi data demografijumlah penduduk, dan data jumlah fasilitas PODES.
3.3.3. Survei Lapang
Survei lapang meliputi pengamatan penggunaan lahan berupa RTH di Kota Bekasi dan wawancara dengan penduduk responden menggunakan
kuesioner tentang riwayat penggunaan lahan di beberapa titik contoh terpilih. Pemilihan titik-titik contoh didasarkan pada perubahan penggunaan lahan RTH
menjadi penggunaan lahan lain atau sebaliknya dengan luasan relatif besar.
3.3.4. Analisis dan Interpretasi Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis spasial, deskripsi grafik dan tabel, teknik pendugaan perubahan, analisis skalogram, analisis regresi
berganda dengan metode forward stepwise regression, dan analisis kecukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum no 5 tahun 2008, dan analisis SWOT.
3.3.4.1. Penentuan Laju Perubahan Luas RTH dan Kecukupan RTH Terhadap Jumlah Penduduk di Kota Bekasi
Laju perubahan RTH dapat diperoleh dengan melakukan analisis spasial pada citra QUICKBIRD tahun 2003 dan 2010 yang meliputi proses koreksi
geometrik, proses digitasi visual secara on screen, dan overlay untuk mendapatkan matrix transisi. Kecukupan RTH terhadap jumlah penduduk di Kota
Bekasi diperoleh dari analisis ketercukupan RTH berdasarkan jumlah penduduk dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
05PRTM2008.
Analisis Spasial
Proses analisis spasial meliputi proses koreksi geometrik dan proses digitasi pada citra QUICKBIRD Kota Bekasi dan peta-peta yang dibutuhkan
dengan menggunakan Arc GIS 9.3. Koreksi geometrik bertujuan untuk merujuk citra QUICKBIRD tersebut pada peta dasar yang telah terkoreksi secara
geometrik sehingga diperoleh citra yang sama atau mirip dengan geometri di bumi yang sebenarnya. Proses koreksi geometrik tersebut meliputi penentuan titik-titik
kontrol tanah; penentuan sistem referensi koordinat, datum, dan jenis transformasi; serta proses rektifikasi Wikantika dan Agus, 2006.
Citra QUICKBIRD 2003 dan 2010 yang telah dikoreksi kemudian diinterpretasi secara visual berdasarkan kenampakan penutupan lahan khususnya
kenampakan RTH. Proses interpretasi ini disebut dengan interpretasi secara manual. Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh
yang mendasarkan pada pengenalan cirikarakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan pada sembilan unsur interpretasi
yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, ronawarna, tekstur, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti Lillesand dan Kiefer, 1990. Digitasi dilakukan secara on
screen menggunakan Arc GIS 9.3 sehingga menghasilkan peta RTH tahun 2003 dan 2010. Digitasi on screen merupakan proses pengubahan data grafis digital
dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk point, line, atau, area. Interpretasi kenampakan RTH pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. RTH jalur hijau jalan.
Karakteristik visual: berwarna hijau, memanjang membentuk jalur atau berbentuk pulau dengan pola teratur, berasosiasi dengan jalan kota dan
jalan tol. b.
RTH sempadan sungai Karakteristik visual: berwarna hijau, bentuknya seperti jalur memanjang
mengikuti pola sungai yang berkelok-kelok, berasosiasi dengan sungai, dan tekstur agak kasar
c. RTH olahraga
Karakteristik visual: berwarna hijau, berbentuk mengelompok dan berasosiasi dengan lapangan olahraga.
d. RTH tempat pemakaman umum
Karakteristik visual: berbentuk mengelompok, berasosiasi dengan vegetasi berwarna hijau hijau, terdapat titik-titik berwarna putih nisan, pola tidak
teratur, dan tekstur agak kasar. e.
RTH Taman Karakteristik visual: berwarna hijau, berbentuk mengelompok dengan
luasan tertentu, dan teratur, terletak di tengah kota. f.
RTH privat. Karakteristik visual: berwarna hijau, bentuknya tidak beraturan,
berasosiasi dengan bangunanpermukiman, dan polanya tidak teratur. Hasil digitasi dari kedua citra tersebut akan menghasilkan data mengenai
luas RTH tahun 2003, luas RTH tahun 2010, dan perubahan luas RTH selama periode 2003-2010. Untuk memperoleh matrix transisi, dilakukan proses tumpang
tindih overlay dengaan peta-peta yang dibutuhkan. Dari hasil matriks ini akan diperoleh hasil yang kemudian digunakan sebagai data analisis selanjutnya.
Analisis Kecukupan RTH terhadap Jumlah Penduduk Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05PRTM2008
Luas RTH yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk, yaitu dilakukan dengan mengalikan antara jumlah penduduk dengan standar luas
RTH per penduduk. Kebutuhan RTH kota berdasarkan jumlah penduduk ditetapkan berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
05PRTM2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, yaitu dengan total 20 m
2
penduduk sebagaimana tertera pada Tabel 1 pada Bab Tinjauan Pustaka. Persamaan untuk menentukan luas RTH berdasarkan
jumlah penduduk adalah sebagai berikut:
��� = � × � ...... m
2
orang Keterangan:
k = Nilai ketentuan luas RTH per penduduk berdasarkan Permen PU no 05PRTM2008.
Pi = Jumlah penduduk pada wilayah i.
3.3.4.2. Penetuan Laju Pertumbuhan Penduduk dan Perkembangan Wilayah di Kota Bekasi
Laju pertumbuhan penduduk diperoleh dengan melakukan analisis pendugaan perubahan dan analisis deskripsi dan tabel sedangkan perkembangan
wilayah Kota Bekasi di perolah dengan melakukan analisis skalogram sederhana.
Analisis Skalogram
Metode ini
digunakan untuk
mengetahui hirarki
pusat-pusat pengembangan dan saranaprasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah.
Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana dan prasana pembangunan dan fasilitas
pelayanan sosial ekonomi yang tersedia. Metode ini memberikan hirarki yang lebih tinggi pada wilayah yang mempunyai perkembangan lebih maju, yaitu yang
memiliki jumlah jenis dan jumlah unit saranaprasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode ini lebih menekankan kriteria kuantitatif dibandingkan kriteria
kualitatif yang menyangkut derajat fungsi saranaprasarana pembangunan, distribusi penduduk, dan jangkauan pelayanan sarana prasarana pembangunan.
Penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga, yaitu: Hirarki I, jika perkembangan wilayah ke-j ≥ rataan jumlah jenis
fasilitas wilayah ke -j+ simpangan baku jumlah jenis fasilitas ke-j. Hirarki II, jika rataan jumlah jenis fasilitas wilayah ke-
j=perkembangan wilayah ke-j rataan jumlah jenis fasilitas wilayah ke -j+ simpangan baku jumlah jenis fasilitas ke-j.
Hirarki III, jika perkembangan wilayah ke-j rataan jumlah jenis fasilitas wilayah ke-j.
Data yang digunakan dalam analisis skalogram sederhana ini adalah data fasilitas ekonomi, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas sosial
sebagaimana tertera dalam Tabel 3.
Tabel 3. Variabel-variabel Analisis Skalogram Sederhana
No Jenis fasilitas
Variabel Jumlah
1 Fasilitas pendidikan
Jumlah TK
6 Jumlah SD
Jumlah SLTP Jumlah SMU
Jumlah SMK Jumlah PT
2 Fasilitas ekonomi
Jumlah Wartel
9 Jumlah Warnet
Jumlah Toko Jumlah Supermarket
Jumlah tempat makan Jumlah Penginapan
Jumlah Industri Kerajinan Jumlah Bank Umum
Jumlah Koperasi
3 Fasilitas kesehatan
Jumlah Rumah Sakit
9 Jumlah RSB
Jumlah Poliklinik Jumlah Puskesmas
Jumlah Puskesmas Pembantu Jumlah Posyandu
Jumlah Apotik Jumlah Tempat Praktek Dokter
Jumlah Tempat Praktek Bidan 4
Fasilitas sosial Jumlah Tempat Peribadatan
1 Jumlah Variabel
25
Teknik Pendugaan Perubahan
Perubahan secara sistematis dapat diduga dari fungsi pertumbuhan dan peluruhan. Teknik ini dapat digunakan untuk menduga pertumbuhan ataupun
peluruhan seiring dengan waktu, ukuran atau jarak dari posisi referensi. Rumus matematis dari teknik pendugaan perubahan adalah:
��� =
��ı − ��� ��
Xto = nilai variabel tahun awal Xt
1
= nilai variabel tahun akhir
Deskripsi Grafik dan Tabel
Analisis ini merupakan penjabaran data secara deskriptif melaui tabel atau pun grafik. Melalui metode ini dapat diketahui keadaan wilayah, pola perubahan
ruang terbuka hijau, laju hubungan peluruhanpertumbuhan ruang terbuka hijau, laju pertumbuhan penduduk, dan kecukupan RTH kota dengan jumlah penduduk.
3.3.4.3. Menganalisis Faktor-faktor Penentu Perubahan Luas RTH
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas RTH yang terjadi di Kota Bekasi dilakukan melalui analisis regresi berganda dengan metode forward
stepwise regression. Analisis ini dipilih karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
luas RTH. Metode forward stepwise regression dipilih karena jumlah yang digunakan banyak dan berpeluang asumsi tidak saling berkorelasinya antar
vaiabel bebas tidak akan dapat dipenuhi.
Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel tujuan dependent variable dengan
bebrapa variabel penduga independent variable. Sasaran dari metode regresi berganda adalah penggunaan variabel penduga untuk memprediksi variabel
tujuan. Dengan kata lain analisis regrasi berganda digunakan untuk menduga nilai suatu parameter regresi berdasarkan data yang diamati. Model yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi:
a. E e
i
= 0 untuk setiap i; dimana i = 1,2,...,n; artinya rata-rata galat adalah nol
b. Kov e
i
,e
j
= 0, i ≠ j, artinya kovarian pengamatan ke-i dan ke-j = 0,
dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat pengamatan yang satu dengan yang lain.
c. Var e
i 2
= σ
2
; untuk setiap i dimana i = 1,2,...,n; artinya setiap galat pengamatan memiliki ragam yang sama.
d. Kov e
i
,x
1i
= Kov e
i
,x
2 i
= 0; artinya kovarian setiap galat pengamatan dengan setiap variabel bebas yang tercakup dalam persamaan linier
berganda sama dengan nol. e.
Tidak ada multikolinearitas; artinya tidak ada hubungan linier yang eksak antara variabel-variabel penjelas, atau variabel penjelas harus saling bebas.
f. Ei ≈ N 0;σ, galat pengamatan menyebar normal dengan rata-rata nol dan
ragam σ
2
. Persamaan model yang akan dihasilkan adalah:
Y = A +A
1
X
1
+.............+A
n
X
n
Dimana: Y = Luas perubahan RTH 2003-2010 ha
X = Variabel bebas sebagaimana disajikan dalam Tabel 4. A = Koefisien variabel
Tabel 4. Variabel Bebas Pada Analisis Regresi Berganda
No Variabel bebas
No Variabel bebas
1 Perubahan jumlah penduduk 2003-
2009 jiwa 11
Jarak ke fasilitas kesehatan km 2
Perubahan jumlah fasilitas pendidikan unit
12 Jarak ke fasilitas sosial km
3 Perubahan jumlah fasilitas ekonomi
unit 13
Alokasi rth dalam RTRW ha 4
Perubahan jumlah fasilitas kesehatan unit
14 Luas RTH tahun 2003 ha
5 Perubahan jumlah fasilitas sosial unit
15 Dummy1 hirarki
6 Jarak ke kecamatan yang membawahi
km 16
Dummy2 hirarki 7
Jarak ke pusat kota km 17
Perubahan luas lahan terbangun 2003- 2010 ha
8 Jarak terdekat ke kota lain km
18 Perubahan luas lahan kosong 2003-
2010 ha 9
Jarak ke fasilitas pendidikan km 19
Luas Lahan terbangun tahun 2003 ha 10
Jarak ke fasilitas ekonomi km 20
Luas lahan kosong tahun 2003 ha
Keterangan: = hirarki wilayah: hirarki 1 dummy 1=0, dummy 2=1; hirarki 2 dummy 1=1, dummy 2=0; hirarki 3 dummy 1=1, dummy 2=1.
Dalam analisis regresi berganda ini diasumsikan bahwa Kota Bekasi tidak mengalami pemekaran sehingga unit analisis ini memakai 10 kecamatan
sebagaimana kondisi administratif Kota Bekasi sebelum adanya pemekaran.
3.3.4.4. Mengidentifikasi Areal Yang Berpotensi Untuk RTH
Mengidentifikasi areal yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi RTH dilakukan dengan analisis spasial, yaitu melalui proses digitasi visual secara on
screen pada citra QUICKBIRD 2010 berdasarkan kondisi eksisting penggunaaan lahan Kota Bekasi berupa lahan kosong yang mempunyai luasan cukup besar.
Proses digitasi tersebut juga didasarkan pada peta penggunaan lahan 2010 untuk menghindari kemungkinan kesalahan interpretasi. Hasil dari digitasi tersebut
berupa peta arahan areal pertambahan RTH. Peta arahan areal pertambahan RTH tersebut kemudian di overlay dengan peta administrasi wilayah Kota Bekasi
sehingga dihasilkan luasan areal arahan pertambahan RTH per kecamatan. Luas areal arahan pertambahan RTH per kecamatan yang diperoleh dari
hasil digitasi kemudian dijumlahkan dengan RTH eksisting tahun 2010 untuk dihubungkan dengan luas kebutuhan RTH tahun berdasarkan jumlah penduduk
tahun 2010. Dari hubungan tersebut dapat diketahui apakah luas areal pertambahan RTH tersebut dapat memenuhi kebutuhan RTH berdasarkan jumlah
penduduk atau tidak. Perhitungan ini dilakukan dengan analisis deskripsi grafik dan tabel.
3.3.4.5. Menyusun Upaya Penambahan RTH di Kota Bekasi
Untuk menyusun upaya-upaya penambahan RTH yang tepat, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Dalam analisis SWOT ini dilakukan
identifikasi faktor internal dan dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengadaan dan pengelolaan RTH di Kota Bekasi.
Analisis SWOT
Penyusunan upaya-upaya penambahan RTH di kota Bekasi dilakukan berdasarkan analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi yang tepat. Analisis didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan Strengths dan Peluang Opportunities, namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan Weaknesses dan ancaman Threats.
Perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam kondisi saat ini yang disebut dengan analisis situasi Iskandarini, 2004. Berdasarkan analisis situasi akan terbentuk
matrix yang menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks SWOT
Internal Eksternal
Strengths S Weakness W
Tentukan faktor-faktor kekuatan internal
Tentukan faktor-faktor kelemahan internal
Opportunities O Strategi SO
Strategi WO Tentukan faktor-faktor
peluang eksternal Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats T Strategi ST
Strategi WT Tentukan faktor-faktor
ancaman eksternal Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari
ancaman
Strategi SO Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman
Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WT
Strategi ini didasarkan ppada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.3.5. Penyusunan skripsi
Penyusunan skripsi dilakukan dengan menggunakan hasil analisis data dan interpretasinya serta data-data dan informasi-informasi pendukung lainnya
BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Sejarah Kota Bekasi
Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.
Kecamatan Bekasi yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi mempunyai perkembangan yang pesat. Pesatnya perkembangan Kabupaten
Bekasi menuntut adanya pemekaran Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi. Pembentukan Kota Administratif ini di tuangkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahin 1981. Pada awal pembentukan ini Kota Administratif Bekasi hanya terdiri dari 4 kecamatan, yaitu kecamatan Bekasi
Timur, Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Utara, dan Kecamatan Bekasi Selatan yang meliputi 18 kelurahan dan 8 desa. Peresmian Kota Administratif
Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982 dengan walikota pertama adalah H. Soedjono.
Pada perkembangannya,
Kota Administratif
Bekasi mengalami
Perkembangan yang cukup pesat. Oleh karena itu, status Kota Administratif Bekasi diubah menjadi Kotamadya Kota Bekasi. Hal ini diatur dalam Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1996 http:bekasikota.go.id.
4.2. Wilayah Administrasi
Sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 4 tahun 2004 tentang pembentukan wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi
terbagi atas 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Sebelum mengalami pemekaran pada tahun 2005, Kota Bekasi memiliki 10 kecamatan yang terdiri dari
52 kelurahan. Kota Bekasi mempunyai luas wilayah sekitar 210,49 km
2
, dengan Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah yang terluas 24,73 km
2
sedangkan Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil 13,49 km
2
. Wilayah administrasi Kota Bekasi sebelum dan setelah mengalami pemekaran tertera pada
Gambar 2 a dan Gambar 2 b.