13,28, sedangkan sisanya seperti pertanian, pertambangan, bangunan, bank, mempunyai proporsi yang kecil dibawah 5.
4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi 2000-2010
Secara umum, pengembangan kawasan terbangun di Kota Bekasi diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota ke bagian Selatan yang selama
ini belum terbangun sehingga dapat mewadahi kegiatan-kegiatan fungsional kota yang akan dikembangkan, baik perumahan, perdagangan dan jasa serta industri.
Pada bagian Utara dari jalan tol Jakarta-Cikampek lebih merupakan pemantapan terhadap fungsi-fungsi yang telah ada.
Pengembangan struktur tata ruang Kota Bekasi diarahkan terbentuknya empat wilayah pengembangan WP atau bagian wilayah kota BWK, yaitu:
BWK Pusat kota Bekasi Timur, Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, BWK Pondok Gede Pondok Gede dan Jati Asih, BWK Bantar Gebang Bantar
Gebang dan sekitarnya, BWK Jati Sampurna Jati Sampurna. Secara umum pengembangan perumahan di Kota Bekasi diarahkan pada
terbentuknya kawasan-kawasan perumahan baru yang didasarkan pada intensitas pemanfaatan lahannya. Perumahan kepadatan tinggi dikembangkan terutama di
BWK Pusat Kota dan sebagian BWK Pondok Gede yang selama ini sudah Berkembang. Perumahan Kepadatan sedang dikembangkan di sebagian BWK
Pondok Gede, sebagian BWK Bantar Gebang, dan sebagian BWK Jati Sampurna. Perumahan Kepadatan rendah dikembangkan di sebagian BWK Bantar Gebang
dan sebagian BWK Jati Sampurna. Secara spasial, pemanfaatan ruang kawasan terbangun di Kota Bekasi
yang dikembangkan pada masa yang akan datang mempunyai pola pemanfaatan ruang yang berbeda yaitu:
1. Pola perkembangan linear koridor Barat-Timur pada BWK Pusat
Kota dan BWK Pondokgede dengan intensitas pemanfaatan ruang yang makin tinggi ke Pusat Kegiatan Kota yang selama ini telah
berkembang. Pola pemanfaatan ruang pada kawasan ini menjadi kesatuan yang tak terpisahkan dari perkembangan poros barat-timur
dalam wilayah Jabotabek, yang menjadikan jaringan jalan arteri
primer yang menghubungkan Pusat Kota Bekasi dengan DKI Jakarta dan Pusat Kota Bekasi dengan Cikarang sebagai porosnya.
2. Pola linear Utara-Selatan diterapkan pada BWK Bantar Gebang dan
Jati Sampurna. Dalam hal ini jaringan jalan kolektor yang ada pada kedua BWK tersebut merupakan poros perkembangan kawasan
terbangun kota. Di BWK Jatisampurna koridor Pondokgede- Jatisampurna, kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan sejalan
dengan pengembangan kawasan-kawasan perumahan baru yang menggunakan koridor tersebut sebagai akses utamanya. Di BWK
Bantar Gebang, kegiatan industri akan menjadi penarik perkembangan linear pada koridor Selatan tersebut yang diikuti oleh perdagangan dan
jasa untuk melayani kebutuhan lokal kawasan-kawasan perumahan yang dikembangkan di sekitarnya.
Pola pemanfaatan ruang kawasanruang terbuka hijau di Kota Bekasi ditujukan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman,
segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan, serta menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
untuk kepentingan
masyarakat. Kawasan
hijau pertamanan
kota pengembangannya diarahkan secara tersebar dikaitkan dengan peruntukan pada
kawasan terbangun kota sehingga tercipta keserasian dan keseimbangan lingkungan. Kawasan hijau rekreasi dan olahraga lapangan olah raga
pengembangannya diarahkan tersebar sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya. Kawasan hijau pemakaman pengembangannya diarahkan pada bagian Selatan
kota BWK Bantar Gebang dan Jati Sampurna. Kawasan hijau jalur hijau pengembangannya diarahkan sepanjang jalur sungai berfungsi sebagai garis
sempadan sungai jalan utama kota dan jalur rel kereta api. Kawasan hijau pekarangan pengembangannya diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan
sedang dan perumahan berkepadatan rendah BAPPEDA Kota Bekasi, 2005.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN