Pengembangan dan perbaikan potensi sumber daya Situs Ratu Boko Perencanaan pengembangan kawasan yang mendukung keberlanjutan Pengembangan aktivitas dan fasilitas wisata.

yang lebih tinggi dari Pendapa dan Keputren. Peta usulan aksesibilitas dan jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 64. 5.5.4 Tindakan Pelestarian dan Pengelolaan Berdasarkan tujuh strategi yang didapatkan dari analisis SWOT, strategi- strategi ini dibagi sesuai dengan kebutuhan setiap zonasi pelestarian. Pembagian strategi pelestarian berdasarkan zona dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Pembagian Strategi Berdasarkan Zona Pelestarian Zona Tindakan Pelestarian Inti 1. Pengembangan aktivitas dan fasilitas wisata. 2. Penataan lahan di dalam kawasan yang terintegrasi dengan lanskap sekitar. 3. Perbaikan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah. 4. Meningkatkan perlindungan kawasan situs sejarah. Penyangga 1. Perencanaan pengembangan kawasan yang mendukung keberlanjutan Situs Ratu Boko. Keduanya 1. Pengembangan kerjasama antar pemerintah dan pengelola swasta untuk keberlanjutan situs dan sekitarnya dan peninjauan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah. 2. Pengembangan dan perbaikan potensi sumber daya Situs Ratu Boko dan kawasan sekitarnya. Tindakan pelestarian yang dikembangkan dari strategi pelestarian dan pengelolaan yang diperoleh dari analisis SWOT, antara lain: 1. Pengembangan dan perbaikan potensi sumber daya Situs Ratu Boko dan kawasan sekitarnya. a. Penyediaan fasilitas museum arkeologis. b. Relokasi permukiman warga. c. Eskavasi yang menyeluruh. d. Pembuatan sirkulasi di dalam tapak. 2. Perencanaan pengembangan kawasan yang mendukung keberlanjutan Situs Ratu Boko. a. Perbaikan kualitas aksesibilitas dan sirkulasi menuju tapak. b. Penyediaan tempat penginapan di sekitar kawasan wisata. c. Penyediaan transportasi umum menuju tapak. d. Membatasi pembangunan yang dapat mengahalangi interpretasi Situs Ratu Boko terhadap Candi Prambanan. 3. Pengembangan aktivitas dan fasilitas wisata. a. Penyediaan media interpretasi dan media informasi. b. Sosialisasi mengenai situs ke siswa sekolah dasar sampai tingkat menengah. c. Pemanfaatan kawasan wisata sekitar Desa Plempoh. d. Perbaikan kualitas dan penambahan media interpretasi papan informasi, museum, dan penyediaan shelter di dalam kawasan. 4. Penataan lahan di dalam kawasan yang terintegrasi dengan lanskap sekitar. a. Membuat undakan atau teras-teras pada lahan yang rawan longsor. b. Penanaman vegetasi yang berakar kuat dan mampu bertahan pada cuaca kering untuk dapat mengikat tanah lebih baik serta dapat meningkatkan kelembaban dan menurunkan suhu kawasan situs dan sekitarnya. c. Pembuatan saluran air dan menghubungkannya dengan sumber air terdekat Sungai Opak.

5. Perbaikan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah.

a. Penjadwalan pemugaran benda-benda artefak. b. Penjadwalan pengelolaan dan perbaikan kualitas fasilitas seperti restoran, gardu pandang, toilet, dan jalur sirkulasi. c. Pemeliharaan taman dan vegetasi. 6. Pengembangan kerjasama antar pemerintah dan pengelola swasta untuk keberlanjutan situs dan sekitarnya serta peninjauan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah. a. Peningkatan kerjasama antar pemerintah dan pengelola swasta. b. Peningkatan promosi wisata Situs Ratu Boko. c. Peninjauan ulang rencana pelestarian dan pengelolaan. 7. Meningkatkan perlindungan kawasan situs sejarah. a. Pembuatan aspek legal. b. Pemberian batas fisik seperti pagar yang mengelilingi situs. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Situs Ratu Boko terletak di perbukitan Boko dan berada pada tatanan dan struktur lanskap yang unik. Konsep tatanan ruang dan elemen di dalam kompleks situs ini dibagi berdasarkan filosofis agama Hindu dan Budha dan juga berdasarkan fungsi bangunan. Berdasarkan konsep filosofis, tatanan lanskap Situs Ratu Boko dibagi ke dalam tiga area, yaitu area profan, area transisi, dan area sakral area ibadah dan area pribadi. Area profan merupakan area yang tidak memiliki kesakralan sama sekali dan bersifat umum. Area transisi adalah area peralihan dari area profan menuju area skaral. Area ini bersifat netral. Area sakral adalah area yang memiliki kesakralan yang tinggi dan bersifat pribadi. Konsep tatanan kompleks Situs Ratu Boko berdasarkan fungsi dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok Gapura Utama, kelompok Paseban, kelompok Pendapa, kelompok Keputren, dan kelompok Gua. Aktivitas wisata yang dilakukan di kawasan ini sangat beragam. Namun, hal tersebut tidak dibarengi dengan sistem pengelolaan yang baik terhadap situs sejarah, maupun fasilitas wisata yang ada. Dampak dari aktivitas yang dilakukan di dalam kawasan tapak ada tiga, antara lain vandalisme atau perusakan objek, pelestarian situs, dan pemeliharaan lingkungan di sekitar situs. Zonasi pelestarian yang telah ditetapkan pengelola saat ini juga masih belum dapat menyangga dan melindungi situs itu sendiri sehingga perlu dilakukan perbaikan khususnya terhadap zona penyangga. Saat ini pengelola dan pemerintah belum melakukan penataan lanskap untuk wisata sejarah dan rekreasi alam pada kawasan Situs Ratu Boko dan sekitarnya. Hal lain yang dapat berpengaruh terhadap keberlanjutan situs adalah tata guna lahan dan aktivitas masyarakat sekitar. Tata guna lahan yang ada di sekitar situs tidak mengancam keberadaan situs. Peran masyarakat sekitar sangat penting dalam pelestarian situs. Di sisi lain, masyarakat juga diuntungkan dengan dijadikannya Situs Ratu Boko sebagai objek wisata sejarah, yaitu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan desa. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, dihasilkan tujuh strategi pelestarian dan pengelolaan Situs Ratu Boko. Tujuh strategi pelestarian dan