Kehidupan mereka menuntut suatu pelayanan pengetahuan berkomitmen untuk konservasi. Pendapat lain menyatakan lanskap sejarah secara sederhana dapat
dinyatakan sebagai bentukan lanskap tempo dulu, merupakan bagian dari bentuk lanskap budaya yang memiliki dimensi waktu di dalamnya Nurisjah dan
Pramukanto, 2001.
2.2 Keraton
Robson 2003 mengatakan dalam bukunya The Kraton bahwa arti keraton dalam bahasa Jawa umumnya adalah sebagai tempat tinggal raja. Di dalam
keraton terdapat aturan yang jelas yang mengatur kehidupan di dalamnya khususnya masyarakat Jawa. Robson juga menambahkan bahwa bangunan
keraton tidak hanya terdiri dari satu bangunan, tapi terdiri dari banyak bangunan sehingga membentuk suatu kompleks.
Keberadaan keraton sangat erat kaitannya dengan konsep kosmologis. Poin yang terpenting dalam konsep kosmologis keraton adalah arah kardinalnya. Istana
dibangun dengan cara tertentu yang menunjukkan konsentrasi khusus pada titik kardinalitas. Bentuk ini menggambarkan pengembangan kira-kira pada dua sumbu
yang dipilih untuk kesesuaiannya dengan angkasa, yaitu antara titik utara dan titik selatan Behrend, 1989.
Berbeda dengan Soemarsaid 1981 yang mengaitkan keraton atau kerajaan dengan hubungan masyarakat di dalamnya. Karakertistik suatu keraton atau
kerajaan di Jawa dibentuk dari hubungan-hubungan pribadi yang dianggap penting atau masyarakat di sekitarnya. Selain itu seluruh kekuasaanya tergantung
pada kepribadian dan hubungan antara pemegang kekuasaan dengan wilayah atau dengan norma-norma wilayahnya itu sendiri.
2.3 Candi
Bangunan-bangunan purbakala yang berasal dari zaman purba di daerah Jawa terkenal dengan nama candi Soekmono, 2005. Di dalam bukunya
Soekmono 2005 juga menyatakan bahwa candi merupakan sebuah bangunan kuil bagi penganut agama Hindu ataupun Budha di masa lampau. Menurut Adams
1990 candi merupakan tempat suci dan dianggap sebagai perwujudan dari suatu ajaran agama. Sedangkan menurut Masjkuri dan Kutoyo 1982, masyarakat
umum menganggap candi sebagai bangunan peninggalan budaya pada masa lampau yang terbuat dari bahan batu.
Bahan yang dipergunakan untuk membuat suatu bangunan candi, pada dasarnya selalu menggunakan bahan yang terdapat pada daerah dimana candi
tersebut berada. Masjkuri dan Kutoyo 1982 mengemukakan pembuatan sebuah bangunan candi di daerah Yogyakarta lebih banyak menggunakan batu alam pada
bagian luar candi, batu putih dan batu merah bata pada bagian dalamnya. Kegunaan bangunan candi bermacam- macam. Masjkuri dan Kutoyo 1982
menyatakan bahwa candi ada yang digunakan sebagai makam atau tempat menyimpan abu jenazah. Ada pula yang digunakan sebagai tempat tinggal, tempat
mengajar, tempat menyimpan alat-alat keagamaan serta tempat pemujaan kepada seorang dewi.
2.4 Pelestarian Lanskap Budaya