Latar Belakang Studi Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Upaya Pelestariannya

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap daerah biasanya memiliki ciri atau identitas yang dapat menunjukkan karakter dari daerah tersebut. Identitas ini dapat dilihat dari segi budaya masyarakatnya dan juga peninggalan sejarah dari masa lampau. Identitas atau ciri suatu daerah dapat berupa adat istiadat, arsitektur bangunan, keraton, maupun kepercayaan. Budaya ataupun sejarah yang menjadi identitas merupakan warisan nenek moyang yang patut dijaga dan dilestarikan. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman nilai budaya atau sejarah semakin tergerus dan semakin lama semakin hilang. Hal ini tentu akan berdampak pada identitas dan karakter daerah tersebut. Suatu kawasan atau masyarakat akan semakin sulit diidentifikasi karakternya apabila terjadi penurunan nilai budaya atau sejarah yang terkandung. Menurut Nurisjah dan Pramukanto 2001, faktor-faktor yang dapat menyebabkan hilangnya kawasan yang bernilai sejarah dan budaya, antara lain kerusakan akibat faktor alam, kerusakan akibat tangan manusia vandalisme, dan faktor kelembagaan yang sering kurang mendukung pelestarian kawasan atau situs budaya dan sejarah ini. Hal ini dapat dilihat dari, kesalahan dan tidak tepat dalam penggunaan, perubahan tata guna lahan atau tata ruang kota serta pembangunan sarana transportasi yang kurang atau tidak memperhatikan keberadaan dan nilai kawasan sejarah dan budaya. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak warisan budaya dan sejarah. Banyaknya warisan budaya dan sejarah yang menyebabkan banyaknya wisatawan yang datang ke Yogyakarta untuk lebih mengenal budaya dan sejarah di dalamnya. Salah satu tempat bersejarah yang berada di lanskap yang unik dan telah menjadi tempat wisata adalah Situs Ratu Boko. Situs ini dibangun pada masa Wangsa Sailendra Rakai Panangkaran dari Kerajaan Medang Mataram Hindu dan diperkirakan sejak tahun 700 M. Situs Ratu Boko terletak di lanskap perbukitan tepatnya di antara Dusun Dawung Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan dan Dusun Sumberwatu Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan. Saat ini Situs Ratu Boko telah dijadikan sebagai kawasan wisata sejarah oleh pemerintah. Sejauh ini, karakter yang terlihat dari kawasan situs adalah keraton atau kerajaan. Namun, sebagian besar pengunjung menyebut situs ini sebagai candi karena komplek situs ini terdiri dari bangunan-bangunan yang berasal dari batu, biasa disebut dengan candi. Elemen yang ada di kawasan ini bukan hanya candi tetapi juga bangunan-bangunan yang diduga sebagai tempat tinggal, gapura, pagar, dan kolam. Karena eskavasi yang belum menyeluruh serta penelitian yang kurang mendalam menyebabkan karakter dan fungsi situs belum diketahui secara pasti. Media interpretasi yang disediakan pengelola juga masih kurang memadai dalam mengnyampaikan sejarah, makna, dan fungsi kawasan. Hal inilah yang menjadi kendala dalam memahami fungsi dan makna Situs Ratu Boko, serta menyebabkan hubungan antara satu ruang dengan ruang lainnya di dalam kawasan Situs Ratu Boko dinilai kurang kuat. Aksesibilitas yang sulit untuk mencapai kawasan merupakan masalah lain yang perlu diperhatikan dalam studi ini. Akibat dari akses yang sulit ini, ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi Situs Ratu Boko dan mengenal sejarahnya akan rendah. Keberadaan Situs Ratu Boko terkait dengan keberadaan candi-candi di sekitarnya. Situs ini berkaitan dengan Candi Prambanan di sebelah utara dan Candi Kalasan sebelah barat. Hal tersebut dilihat dari hubungan sejarah dan hubungan ruang antara situs dan candi-candi tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi tatanan lanskap Situs Ratu Boko agar dapat mengidentifikasi karakteristik kawasan dan dapat mengembangkan potensi wisata sejarah serta fungsi dari kawasan ini. Selain itu, hasil studi ini juga dapat ditindaklanjuti untuk menyusun langkah-langkah pelestarian yang harus dilakukan terhadap Situs Ratu Boko.

1.2 Tujuan