Pengaruh Kawasan Sekitar dan Aktivitas Masyarakat Terhadap Situs

Penginapan-penginapan ini terletak tidak jauh dari kawasan wisata Situs Ratu Boko dan tempat-tempat wisata lainnya sehingga mudah dicapai oleh pengunjung. Hal ini menguntungkan wisatawan untuk lebih efesien dan efektif dalam hal waktu dan juga biaya. Tabel jumlah penginapan di Kecamatan Prambanan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Banyaknya Penginapan Menurut Jenisnya per Desa di Kecamatan Prambanan Tahun 2007 Desa Hotel Lainnya Berbintang Melati Sumberharjo 1 Wukirharjo Gayamharjo Sambirejo 1 Madurejo Bokoharjo 54 Kecamatan 1 1 54 data belum tersedia Sumber: Desa Kecamatan Prambanan Dalam Angka 2007 Pemerintah juga membuat RDTR dalam pengembangan sarana kebudayaan dan rekreasi tempat wisata. Dalam RDTR, pemerintah merencanakan kawasan Situs Ratu Boko sebagai rekreasi alam dan wisata Candi Ratu Boko sesuai dengan batas yang telah ditentukan pada Gambar 53. Sedangkan berdasarkan zonasi pelestarian yang telah ditetapkan oleh BP3 Gambar 48, batasan zona inti adalah kawasan Situs Ratu Boko itu sendiri dan tidak mencakup kawasan di luar situs dan kawasan di sekitar situs termasuk ke dalam zona penyangga. Zona inti yang ditetapkan BP3 adalah area yang seharusnya dilindungi dan aktivitas yang dilakukan di dalamnya juga terbatas. Sedangkan pemerintah merencanakan di dalam kawasan tersebut terdapat kegiatan rekreasi alam yang tidak bisa dikaitkan dengan wisata sejarah. Rekreasi merupakan hal yang berbeda dengan wisata dari segi aktivitas maupun hasil yang didapatkan. Aktivitas dari rekreasi biasanya bertujuan hanya untuk mendapatkan kesenangan, sedangkan aktivitas wisata biasanya ada hasil yang didapatkan selain kesenangan. Dalam hal ini dikhususkan sebagai aktivitas wisata sejarah yang tujuannya adalah untuk dapat memahami makna sejarah dari kawasan. Adanya perbedaan antara peta pelestarian eksisting dari BP3 dengan peta RDTR yang direncanakan pemerintah. Seharusnya pemerintah dan BP3 saling berkoordinasi dalam membuat RDTR agar pelestarian dan pengelolan Situs Ratu Boko berjalan dengan baik. Rencana yang diusulkan yaitu sebaiknya membedakan antara ruang rekreasi alam dengan wisata candi. Perbedaan ruang ini yaitu, ruang wisata candi hanya mencakup kawasan Situs Ratu Boko dan ruang untuk rekreasi alam di luar kawasan situs yang sifatnya alami dan mendukung aktivitas rekreasi alam. Di sekitar Situs Ratu Boko terdapat beberapa objek wisata, antara lain, Candi Prambanan, Wisata Situs Purbakala Candi Watu Gudhig Bokoharjo, Wisata Air Bokoharjo, Pasar Kerajinan Bokoharjo, dan Desa Wisata Budaya Plempoh di sebelah selatan Situs Ratu Boko. Desa Plempoh adalah wisata yang paling dekat dengan kawasan situs. Wisata budaya yang disuguhkan oleh desa ini adalah budaya Srandul, yaitu seperti ketoprak atau drama tentang Dadung Awuk yang diiringi musik tradisional. Selain itu, Desa Plempoh menyediakan jasa tracking di candi-candi yang terletak di sekitar desa tersebut. Keberadaan Desa Wisata Budaya Plempoh ini berpengaruh positif terhadap Situs Ratu Boko. Aktivitas masyarakat Desa Plempoh juga tidak mengganggu dan tidak merusak lanskap kawasan situs dan sekitarnya, bahkan mereka turut melestarikan situs 4 . Dengan banyaknya objek wisata lain yang ada di sekitar kawasan tentu menjadi keuntungan bagi Situs Ratu Boko. Keuntungan yang diperoleh yaitu dapat meningkatkan jumlah pengunjung ke kawasan Situa Ratu Boko. Mengacu pada Laporan Final RDTR Kecamatan Prambanan 2009-2018, rencana untuk peningkatan sarana kebudayaan dan rekreasi antara lain: 1. Merawat dan melestarikan lokasi rekreasi yang telah ada bersama dengan masyarakat sekitar. 2. Membuat tambahan fasilitas rekreasi baru yang dapat diintegrasikan dengan fasilitas rekreasi eksisting. 3. Meningkatkan fasilitas di sekitar tempat rekreasi seperti fasilitas kebersihan parkiran, taman, penerangan, dan lainnya. 4. Memperbaiki balai pertemuan di setiap kantor masing-masing desa. 4 Sumber: Wawancara dengan Kepala Dukuh Dawung September 2011 Gambar 53 Peta Rencana Pengembangan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Desa Bokoharjo 5.3.2 Analisis Potential View Selain penggunaan lahan di sekitar situs serta desa-desa budaya yang mendukung keberadaan situs, potential view juga menjadi kekuatan Situs Ratu Boko, baik dalam intrepretasi sejarah dan juga wisata. Berdasarkan hasil pengamatan, potential view yang dapat dinikmati dari dalam kawasan Situs Ratu Boko dibagi ke dalam tiga titik, yaitu: 1. Dari sebelah utara kawasan situs, kita dapat langsung melihat pemandangan Gunung Merapi dan Candi Prambanan tanpa adanya penghalang apapun. Untuk dapat menikmati pemandangan ini, pengelola menyediakan fasilitas gardu pandang di sebelah timur Candi Pembakaran. Hal tersebut dapat menjadi salah satu media interpretasi sejarah untuk menginformasikan keterkaitan sejarah antara Ratu Boko dengan Prambanan. Untuk dapat menjadikan potential view ke arah Candi Prambanan sebagai salah satu media interpretasi, peran pemerintah dalam pembuatan perencanaan pengembangan kawasan seharusnya mendukung. Salah satunya yaitu dengan membatasi pembangunan gedung-gedung ke arah Candi Prambanan agar tidak mengahalangi pemandangan. Gambar ilustrasi potensi view ke arah Candi Prambanan dan Gunung Merapi dapat dilihat pada Gambar 54. Potential view lainnya yaitu perbukitan Boko yang mengelilingi kawasan. Perbukitan ini merupakan rangkaian dari Gunung Kidul dan menjadi salah satu pemandangan potensial yang disajikan di kawasan wisata ini. Pemandangan ke arah Candi Prambanan dan Gunung Merapi terdapat pada Gambar 55, serta pemandangan perbukitan Boko dapat dilihat pada Gambar 56. Gambar 54 Potensi View Situs Ratu Boko di Sebelah Utara Sumber: Laporan Awal Rencana Detil Teknis Kawasan Ratu Boko, 1995-1996 Gambar 55 Candi Prambanan dan Gunung Merapi Terlihat di Sebelah Utara Gambar 56 Perbukitan Boko yang Mengelilingi Kawasan Situs Ratu Boko 2. Potential view lainnya yaitu ada di sebelah timur kawasan Situs Ratu Boko. Apabila melihat ke arah tenggara, pemandangan yang dapat dinikmati adalah perbukitan Boko dan juga candi-candi yang ada di sekitar kawasan situs. Candi-candi yang dapat dilihat dari dalam kawasan ini yaitu Candi Barong dan Candi Ijo. Letak candi-candi ini lebih tinggi dari Situs Ratu Boko. Meskipun dari titik ini dapat melihat pemandangan Candi Barong dan Candi Ijo secara langsung, namun kurang terlihat jelas karena letak candi yang cukup jauh. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pengelola untuk menyediakan fasilitas yang layak seperti gardu pandang dengan teropong sehingga pemandangan ke arah candi- candi tersebut dapat terlihat jelas. Titik yang paling tepat untuk melihat pemandangan candi-candi ini yaitu dari sebelah utara kompleks Keputren atau dari dari timur kawasan. Pemandangan ke arah Candi Barong dapat dilihat pada Gambar 57. Selain itu, dari titik ini juga dapat melihat matahari terbit di pagi hari dari ufuk timur dan juga perbukitan yang mengelilingi kawasan Situs Ratu Boko. Gambar 57 Candi Barong di Sebelah Utara 3. Di sebelah barat kawasan, pemandangan yang dapat dinikmati adalah pemandangan kawasan di sebelah barat situs dan pemandangan matahari terbenam dan perbukitan Boko. Pengelola menyediakan fasilitas gardu pandang di sebelah restoran untuk dapat melihat pemandangan ke sebelah barat kawasan. Diagram potential view kawasan Situs Ratu Boko pada Gambar 58. Gambar 58 Potential View Kawasan Situs Ratu Boko 5.3.3 Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi Menuju Kawasan Ada tiga akses untuk masuk ke dalam kawasan Situs Ratu Boko. Ketiga akses tersebut yaitu: 1. Akses yang pertama yaitu melalui Jalan Raya Yogya-Solo, belok ke kanan setelah perempatan Prambanan dan selanjutnya melewati Jalan Raya Piyungan- Prambanan. Dari jalan ini pengunjung bisa masuk melalui dua pintu yang disediakan pengelola. Pintu alternatif di sebelah utara dan pintu utama di sebelah barat. Untuk sampai ke pintu utama, jalan yang dilalui setelah melewati Jalan Raya Piyungan yaitu jalan desa atau jalan setapak yang lebarnya kurang lebih 3 meter. Dengan melalui jalan desa ini, pengunjung juga dapat melihat aktivitas masyarakat sekitar situs secara langsung, Desa Wisata Budaya Plempoh, dan juga dapat melihat pemandangan perbukitan yang mengelilingi situs. Setelah sampai ke pintu masuk utama atau area parkir atas, berbagai fasilitas telah tersedia di welcome area ini kecuali toko cinderamata. Toko cinderamata letaknya di pintu masuk alternatif atau di area parkir bawah. Pintu masuk lainnya yaitu pintu masuk alternatif yang terletak di sebelah utara kawasan Situs Ratu Boko. untuk sampai ke pintu masuk ini, aksesibilitas yang dilalui mudah yaitu hanya perlu melalui Jalan Raya Piyungan-Prambanan dan langsung masuk ke area parkir di sebelah kiri jalan. Namun, untuk sampai ke kawasan inti situs, pengunjung harus berjalan kaki menaiki tangga yang cukup jauh dan curam. Hal ini dinilai kurang efesien karena pengunjung akan lelah lebih dulu sebelum memulai aktvitas wisata. Pada welcome area dengan akses pintu masuk alternatif, fasilitas yang tersedia cukup baik dan kualitasnya kurang dibandingan fasilitas di welcome area pintu masuk utama. 2. Jalur lainnya yaitu jalur yang melingkar dari arah selatan, melalui Janti di Ring Road Timur dan melewati kawasan Wonosari. Kemudian dilanjutkan dengan jalan lokal sampai ke Jalan Raya Piyungan ke sebelah utara. Selanjutnya disambung dengan jalan desa sampai ke pintu masuk utama kawasan. Transportasi umum yang dapat digunakan melalui jalur ini hanya bus umum dan angkutan umum sampai Jalan Raya Piyungan. Untuk mencapai pintu utama kawasan melalui jalan desa diperlukan ojeg. 3. Jalur yang ketiga yaitu jalur yang berasal dari Desa Sambirejo, yang letaknya di sebelah timur kawasan Situs Ratu Boko. Untuk mencapai situs, masyarakat atau pengunjung yang berasal dari Desa Sambirejo dapat melalui jalan desa dengan lebar jalan kurang lebih 3 m. Jalur yang berasal dari Desa Sambirejo akan sampai pada kawasan situs sebelah timur, namun tidak ada pintu gerbang untuk masuk ke dalam kawasan. Hal ini dikarenakan pengelola telah memasang pagar kawat yang mengelilingi kawasan Situs Ratu Boko. Belum adanya aksesibilitas yang layak untuk mencapai kawasan situs dari sebelah timur kawasan. Baik jalur yang pertama maupun jalur yang kedua berhenti berhenti di bagian tengah bukit dengan ruang terbuka plaza sebagai tempat parkir atas. Para pengunjung yang datang dengan kendaraan umum menuju objek akan melewati jalur desa dari Jalan Raya Piyungan menuju Plaza. Jalan desa masih berupa jalan setapak. Sebagian dalam keadaan baik karena sudah diaspal, namun sebagian lagi belum. Hal ini menyebabkan pada saat musim hujan, jalan licin dan berbahaya. Sedangkan jalur tiga akan sampai pada bagian timur kawasan situs. Di bagian ini, pengelola sudah menutup kawasan dengan pagar sehingga sebenarnya tidak ada akses untuk masuk ke dalam kawasan. Namun, beberapa bagian pagar dirusak dan kawasan Situs Ratu boko dijadikan jalan pintas oleh masyarakat untuk sampai ke kawasan situs atau jalan lokal jalan Raya Piyungan-Prambanan. Aksesibilitas dari Desa Sambirejo dan kawasan di sebelah timur kawasan masih terbatas. Dari ketiga jalur menuju kawasan Situs yang paling efektif dan efesien dalam jalur pertama dengan melalui Jalan Raya Jogja-Solo-Jalan Raya Piyungan- Pintu Masuk Utama. Meskipun waktu yang diperlukan untuk sampai ke pintu masuk utama kawasan lebih lama dibanding apabila masuk melalui pintu alternatif, namun banyak keuntungan yang didapatkan oleh pengunjung. keuntungan-keuntungannya yaitu, pengunjung tidak perlu menaiki tangga yang curam untuk menuju kawasan inti situs dan pengunjung juga dapat melihat pemandangan sekitar sebelum sampai di kawasan situs. Yang menjadi kendala hanya apabila pengunjung menggunakan kendaraan umum, yaitu minimnya atau bahkan tidak ada kendaraan umum yang melewati jalan desa. Peta analisis aksesibilitas menuju kawasan Situs Ratu Boko dapat dilihat pada Gambar 59. 5.3.4 Persepsi Masyarakat Selain melakukan pengamatan, dilakukan juga penyebaran kuisioner dan wawancara dengan masyarakat Desa Bokoharjo. Digram hasil kuisioner persepsi masyarakat tentang Situs Ratu Boko dapat dilihat pada Gambar 60. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang dan sebagian besar tinggal di Desa Bokoharjo, sebagian kecil lainnya tinggal di desa lain namun bekerja di Desa Bokoharjo. Gambar 60 Diagram Penyebaran Kuisioner Persepsi Masyarakat Terhadap Situs Ratu Boko Penyebaran kusioner dilakukan secara acak karena masyarakatnya yang homogen dari segi pendidikan dan pekerjaan. Tujuan penyebaran kuisioner ini untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar mengenai Situs Ratu Boko dan perubahnnya. Meskipun sebagian besar responden tinggal di dekat Situs Ratu Boko, namun pengetahuan mereka tentang sejarah Ratu Boko dinilai masih kurang. Hal ini dapat dilihat presentase masyarakat yang mengetahui sejarah Ratu Boko hanya sebesar 20, sebanyak 60 responden mengetahui sedikit sejarahnya, dan 20 responden tidak mengetahui sejarah Ratu Boko. Masyarakat Desa Bokoharjo adalah masyarakat yang paling melihat perubahan dan perkembangan sekitar dampak dari adanya kawasan wisata Ratu Boko. Dari hasil penyebaran kuisioner, sebanyak 63,3 menyatakan bahwa sudah banyak terjadi perubahan di Desa Bokoharjo. Perubahan yang jelas terlihat adalah perubahan secara fisik, yaitu diperbaikinya infrastruktur jalan dan listrik. Jalan utama di sepanjang Desa Bokoharjo sudah diperbaiki dan diaspal, namun jalur jalan menuju kawasan situs masih ada beberapa bagian yang rusak. Menurut sebagian masyarakat, perubahan yang terjadi dapat dilihat dengan adanya bangunan-bangunan baru seperti penginapan. Dengan dijadikannya Situs Ratu Boko sebagai kawasan wisata, Desa Bokoharjo semakin ramai dikunjungi. Melihat perubahan dan perbaikan terhadap fasilitas-fasilitas desa, masyarakat juga turut berkontribusi dalam pelestarian dan pengelolaannya. Kontribusi yang dilakukan masyarakat ada yang bersifat aktif maupun pasif. Dari keseluruhan responden, sebanyak 33,3 masyarakat ikut berkontribusi aktif tenaga dan pikiran. Salah satu bentuk kontribusinya adalah dengan menjaga kebersihan desa dan sekitar situs. Sebanyak 30 masyarakat berkontribusi pasif, biasanya dilakukan dari mulut ke mulut atau berupa wejangan dari perangakat desa yang berisi untuk lebih menjaga dan melestarikan Situs Ratu Boko. Lalu, sebanyak 20 masyarakat ikut berkontribusi aktif dengan menyumbangkan pikiran, 10 masyarakat berkontribusi aktif dengan menyumbangkan tenaga, 3,33 berkontribusi aktif dengan menyumbangkan materi finansial, dan 3,33 lainnya.

5.4 Analisis Keberlanjutan Lanskap Situs Ratu Boko dengan Metode Analisis SWOT

Analisis SWOT ini digunakan untuk mendapatkan strategi pelestarian lanskap Situs Ratu Boko. Strategi ini dapat dijadikan sebagai langkah pengelola untuk menjaga keberlanjutan dan mengembangakan kawasan ini sebagai kawasan wisata sejarah. Analisis SWOT terdiri dari dua faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari analisis dan pengamatan maka akan didapatkan kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses yang termasuk ke dalam faktor internal, sedangkan peluang oppurtunities dan ancaman threats termasuk ke dalam faktor eksternal. 5.4.1 Identifikasi Faktor Internal Faktor internal dalam menganalisis swot dilihat dari aspek-aspek yang berpengaruh dari dalam tapak, yaitu tatanan lanskap dalam kawasan, masyarakat di dalam kawasan situs, aktivitas wisata, pengelolaan di dalam kawasan. a.1 Kekuatan Strength 1. Karakteristik tatanan lanskap di dalam kawasan unik. Situs Ratu Boko dibangun berdasarkan konsep kosmologis, yaitu keterkaitan antara manusia dengan alam yang saling mendukung. Situs ini terletak di perbukitan yang merupakan satuan dari pegunungan Gunung Kidul sehingga dapat terlihat keterkaitan antar alam pegunungan dengan manusia bangunan keratonkerajaan. Setiap kelompok bangunannya terletak pada teras yang berbeda sesuai dengan fungsi ruangnya. Selain itu teras-teras ini juga dibagi berdasarkan filosofis agama Hindu dan Budha yang melihat ketinggian berdasarkan kesakralannya. 2. Elemen sejarah dan tatanan lanskap yang baik dalam menginterpretasikan kebudayaan hindu dan budha. Bangunan dan elemen sejarah di kompleks Situs Ratu Boko dapat menginterpretasikan kebudayaan Hindu dan Budha pada masa lampau. Untuk agama Hindu dapat dilihat dari Candi Pembakaran dan miniatur candi juga beberapa peneluan lepas seperti prasasti yang berisi tentang Dewa Siwa Hindu. Elemen sejarah yang menginterpretasikan agama Budha dari Situs Ratu Boko ini yaitu beberapa penemuan arca, stupa, dan hiasan Ratna yang juga ada pada Candi Borobudur Wikipedia.org, diakses tanggal 26 Februari 2012. 3. Penyediaan fasilitas dan aktivitas wisata yang representatif. Pengelola PT. Taman Wisata menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan wisata dan juga sesuai dengan kebutuhan pengunjung, seperti: toilet, tempat parkir, tempat sampah, restoran, gardu pandang, toko cinderamata, dan lain-lain. Pengelola juga menyediakan paket wisata sehingga mempermudah pengunjung dalam berwisata. 4. Pengelolaan Situs Ratu Boko berada dalam satu rayon dengan Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Situs Ratu Boko termasuk di dalam pengelolaan PT. TWCBCPRB yang juga mengelola Candi Borobudur dan Candi Prambanan sehingga pengelola lebih mudah mempromosikan serta mengenalkan Situs Ratu Boko kepada pengunjung dan masyarakat. 5. Pembuatan zonasi pelestarian oleh pengelola. Zonasi pelestarian yang telah ada dapat menjadi acuan dan dasar dalam melakukan tindakan pelestarian situs. a.2 Kelemahan Weaknesses 1. Bentukan lahan di dalam kawasan yang kurang baik. Kawasan Situs Ratu Boko yang berlereng dan jenis tanah grumosol dan latosol yang sifatnya kurang baik dalam mengikat air sehingga rentan terhadap bencana longsor dan erosi tanah. 2. Karakter situs belum teridentifikasi Sebagian elemen belum dieskavasi akibat masalah kepemilikan tanah sehingga karakter situs kurang teridentifikasi fungsinya serta kurangnya media interpretasi sehingga pengunjung yang datang belum dapat memahami fungsi dan makna kawasan. 3. Tidak ada jalur interpretasi. Sirkulasi di dalam tapak tidak jelas dan tidak berarah. Selain itu tidak menghubungkan antar satu bangunan dengan bangunan lainnya. 4. Pengelolaan yang kurang intensif. Pengelola tidak memiliki jadwal khusus dalam melakukan pemugaran. Pemugaran dilakukan hanya ketika elemen sejarah perlu dilakukan pemugaran. Sedangkan untuk fasilitas wisata terdapat fasilitas yang kurang layak digunakan seperti gardu pandang. Fasilitas lainnya seperti restoran juga terlihat kumuh dan tidak terawat. Selain itu media interpretasi sejarah di dalam tapak juga kurang maksimal perannya sehingga pengunjung tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup mengenai sejarah dan lanskap kawasan Situs Ratu Boko. 5. Kurang tegasnya pengelola dalam memberlakukan aturan mengenai batas kawasan. Pengelola swasta kurang tegas dalam memberlakukan peraturan mengenai batas tapak menyebabkan nilai privasi kawasan situs berkurang. Batas kawasan Situs Ratu Boko juga tidak jelas sehingga masih ada beberapa rumah warga yang berada di dalam kawasan Situs Ratu Boko dan menghambat proses eskavasi. 5.4.2 Identifikasi Faktor Eksternal Faktor eksternal dalam menganalisis swot dilihat aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kawasan Situs Ratu Boko dari luar tapak, seperti tata guna lahan sekitar situs, pengunjung, persepsi masyarakat sekitar kawasan situs, dan peran pemerintah setempat. b.1 Peluang Opportunities 1. Pemandangan sekitar yang menarik. Situs Ratu Boko terletak perbukitan dengan lereng yang cukup curam sehingga memiliki pemandangan yang indah dan alami. Hal ini dijadikan sebagai alternatif wisata lain oleh pengelola Situs Ratu Boko. Salah satu yang menarik adalah pemandangan ke arah Candi Prambanan. keterkaitan antara Situs Ratu Boko dengan Candi Prambanan dapat diinterpretasikan dengan view ke arah Candi Prambanan atau sebaliknya. 2. Berada di provinsi Yogyakarta dan letaknya berdekatan dengan objek wisata lain. Keberadaan Situs Ratu Boko di provinsi Yogyakarta merupakan salah satu peluang karena Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki banyak wisata sejarah dan budaya. Selain itu letak situs yang berdekatan dengan objek wisata lainnya seperti Candi Prambanan, Candi Banyunibo, Candi Barong, Desa Budaya Plempoh, dan objek wisata lainnya sehingga banyak pengunjung yang datang untuk berwisata. Keuntungan yang diperoleh adalah dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke kawasan Situs Ratu Boko. 3. Peran pemerintah dalam pengembangan kawasan Situs Ratu Boko. Perbaikan sarana umum oleh pemerintah seperti jalan desa menuju situs, penyediaan fasilitas penginapan homestay di sekitar Situs Ratu Boko, dan pengembangan objek wisata di sekitar Situs Ratu Boko sehingga pengunjung banyak yang datang dan Situs Ratu Boko semakin dikenal oleh masyarakat luar. Pemerintah Disbudpar juga melakukan promosi wisata baik melalui media cetak dan media elektronik. 4. Tingkat kepedulian masyarakat yang tinggi pada situs sejarah. Masyarakat sekitar sebagian besar ikut berkontribusi aktif dalam hal pelestarian. Bentuk kontribusi yang dilakukan masyarakat, seperti menjaga lingkungan serta wejangan perangkat desa tentang pelestarian dan menjaga situs. Kepedulian masyarakat ini dapat membantu dalam melestarikan situs. Selain itu, tidak sedikit masyarakat sekitar yang mengetahui tentang sejarah Situs Ratu Boko. Pengetahuan masyarakat mengenai sejarah Situs Ratu Boko dapat membantu dalam mempromosikan kawasan wisata ini kepada masyarakat luar. 5. Peningkatan jumlah pengunjung. Peningkatan jumlah pengunjung dari tahun 2005 sampai 2010 yang signifikan berdampak pada peningkatan pendapatan Situs Ratu Boko. Hal ini tentu saja menguntungkan pengelola dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan wisata dan pengelolaan kawasan Situs Ratu Boko. b.2 Ancaman Threats 1. Keadaan lahan yang berlereng dan jenis tanah yang buruk di sekitar kawasan. Keadaan lahan yang berlereng dan jenis tanah yang kurang padat dan banyak mengandung pasir grumosol dan jenis tanah latosol. Dengan keadaan tanah yang seperti ini maka dapat menjadi ancaman karena rawannya kawasan terhadap bencana, khususnya longsor dan erosi. 2. Aksesibilitas dan sirkulasi yang sulit untuk mencapai kawasan Situs Ratu Boko. Situs Ratu Boko yang terletak di perbukitan menyebabkan aksesibilitas yang sulit untuk mencapai kawasan. Tidak adanya kendaraan umum menuju situs serta keadaan jalan desa dan jalan setapak yang sebagian masih rusak. Hal ini dapat menyebabkan menurunkan minat pengunjung untuk berkunjung ke Situs Ratu Boko. Selain itu dapat pula berpengaruh terhadap sistem pengelolaan karena menurunnya jumlah pengunjung.