Desa Bokoharjo, dan Dukuh Sumberwatu Desa Sambirejo. Dukuh Dawung merupakan dukuh letak Situs Ratu Boko berada. Kepala Dukuh serta
masyarakatnya yang paling nyata dalam berkontribusi untuk pelestarian situs. Masyarakat dan pengelola saling bahu membahu dalam menjaga keberlanjutan
Situs Ratu Boko. Berdasarkan RDTR pemerintah pada perencanaan pemanfaatan ruang
bahwa kawasan Situs Ratu Boko dan sekitarnya direncanakan sebagai kawasan cagar lindung. Sedangkan dalam RDTR pengembangan sarana kebudayaan dan
rekreasi kawasan Situs Ratu Boko direncanakan untuk dikembangkan menjadi kawasan rekreasi alam dan wisata candi. Namun dari hasil analisis, area untuk
rekreasi alam dan wisata sejarah candi sebaiknya dibedakan karena pada kawasan cagar lindung terdapat dua karakteristik dan nilai area yang berbeda. Pada area
situs telah ditetapkan sebagai zona inti sehingga area ini hanya sesuai untuk wisata sejarah wisata candi, sedangkan zona penyangga dibagian luarnya berupa
hutan sehingga sesuai untuk rekreasi alam. Yang penting diperhatikan dalam zona penyangga ini yaitu perkembangan
permukiman. Perkembangan permukiman yang ada di sekitar situs perlu diawasai dan dipantau oleh pengelola dan pemerintah. Perkembangan permukiman ini
sebaiknya dibatasi dan harus sesuai dengan karakter situs serta tidak mengancam keberlanjutan situs. Pembangunan rumah atau bangunan juga disesuaikan dengan
RDTR 2009-2018 untuk menghindari bencana longsor dan erosi yang rawan terjadi di kawasan ini. Perkembangan permukiman ini juga sebaiknya tidak
mengancam keberlanjutan kawasan Situs Ratu Boko. Penyediaan fasilitas seperti homestay untuk pengunjung diharapkan dibangun untuk mendukung kegiatan
wisata namun tidak mengganggu kawasan Situs Ratu Boko. Selain itu, beberapa objek wisata di sekitar situs dapat mempengaruhi keberlanjutan lanskap sejarah
dan wisata Situs Ratu Boko. Salah satunya adalah Desa Wisata Budaya Plempoh. Desa Wisata Budaya Plempoh yang letaknya di selatan Situs Ratu Boko memiliki
potensi untuk dikembangkan karena sampai saat ini desa ini belum dikenal baik oleh masyarakat di luar. Pengembangan Desa Plempoh ini juga diharapkan dapat
mendukung keberadaan situs atau tidak mengganggu serta merusak situs. Salah satu program warga desa Plempoh yaitu menyedikakan jasa tracking kawasan
bersejarah di sekitarnya juga diharapkan untuk lebih dikembangkan karena dapat berdampak baik bagi nilai wisata Situs Ratu Boko. Batas zona penyangga ini
adalah di luar kawasan inti sejarah Situs ratu Boko, dimulai dari gapura utama Situs Ratu Boko dan pagar kawat yang mengelilingi kawasan sampai dengan
batas sejarah yang telah ditentukan. Pembagian zona-zona tersebut berdasarkan pertimbangan yang telah
ditentukan. Secara spasial, ususlan zonasi peletarian kawasan Situs Ratu Boko dapat dilihat pada Gambar 63.
5.5.3 Aksesibilitas dan Jalur Sirkulasi Untuk memasuki kawasan, terdapat satu jalur menuju kawasan yang paling
efesien dan efektif. Jalur ini dari sebelah barat, yaitu melalui jalan raya Jogja-Solo dan disambung dengan jalan raya piyungan. Terdapat dua buah pintu masuk.
Pintu masuk utama letaknya di barat kawasan, sedangkan pintu masuk alternatif berada di sebelah utara kawasan. Akses yang mudah adalah jalan yang sampai ke
pintu utama kawasan. Namun, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pintu utama kawasan Situs Ratu Boko lebih lama dibandingkan sampai ke pintu
alternatif. Maka diusulkan untuk akses menuju pintu alternatif, dibuat jalur sirkulasi yang mempermudah pengunjung untuk sampai ke area inti situs.
Jalur sirkulasi di dalam kawasan ini berfungsi sebagai jalur interpretasi yang dapat menghubungkan antar ruang pelestarian. Selain itu, jalur ini juga
berfungsi untuk menginterpretasikan dan menghubungkan elemen-elemen sejarah yang ada di dalam kawasan situs. Jalur ini menghubungkan antar elemen sejarah
sesuai dengan tingkat kesakralannya. Jalur interpretasi dimulai dari main entrance atau pintu masuk utama, pada area penerimaan, terdapat fasilitas-fasilitas sebagai
interpretasi awal pengunjung terhadap Situs Ratu Boko seperti papan informasi peta kawasan Situs Ratu Boko dan museum yang merupakan tempat temuan lepas
yang ditemukan di dalam kawasan situs. Selanjutnya masuk ke zona inti. Di zona inti ini elemen sejarah yang pertama dilalui jalur sirkulasi adalah Gapura Utama,
selanjutnya Candi batu Putih, dilanjutkan dengan Candi pembakaran, Umpak- umpak, Peseban, tangga, Pendapa, Miniatur Candi, Kompleks kolam persegi,
kompleks kolam bundar, Keputren, dan elemen sejarah yang terakhir dilalui jalur ini adalah gua. Gua merupakan elemen yang paling sakral dan berada di teras
yang lebih tinggi dari Pendapa dan Keputren. Peta usulan aksesibilitas dan jalur sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 64.
5.5.4 Tindakan Pelestarian dan Pengelolaan Berdasarkan tujuh strategi yang didapatkan dari analisis SWOT, strategi-
strategi ini dibagi sesuai dengan kebutuhan setiap zonasi pelestarian. Pembagian strategi pelestarian berdasarkan zona dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27 Pembagian Strategi Berdasarkan Zona Pelestarian
Zona Tindakan Pelestarian
Inti
1. Pengembangan aktivitas dan fasilitas wisata. 2. Penataan lahan di dalam kawasan yang terintegrasi dengan
lanskap sekitar. 3. Perbaikan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah.
4. Meningkatkan perlindungan kawasan situs sejarah.
Penyangga
1. Perencanaan pengembangan kawasan yang mendukung keberlanjutan Situs Ratu Boko.
Keduanya
1. Pengembangan kerjasama antar pemerintah dan pengelola swasta untuk keberlanjutan situs dan sekitarnya dan
peninjauan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah. 2. Pengembangan dan perbaikan potensi sumber daya Situs Ratu
Boko dan kawasan sekitarnya. Tindakan pelestarian yang dikembangkan dari strategi pelestarian dan
pengelolaan yang diperoleh dari analisis SWOT, antara lain: 1.
Pengembangan dan perbaikan potensi sumber daya Situs Ratu Boko dan kawasan sekitarnya.
a. Penyediaan fasilitas museum arkeologis.
b. Relokasi permukiman warga.
c. Eskavasi yang menyeluruh.
d. Pembuatan sirkulasi di dalam tapak.
2. Perencanaan pengembangan kawasan yang mendukung keberlanjutan Situs
Ratu Boko. a.
Perbaikan kualitas aksesibilitas dan sirkulasi menuju tapak. b.
Penyediaan tempat penginapan di sekitar kawasan wisata. c.
Penyediaan transportasi umum menuju tapak.
d. Membatasi pembangunan yang dapat mengahalangi interpretasi Situs
Ratu Boko terhadap Candi Prambanan. 3.
Pengembangan aktivitas dan fasilitas wisata. a.
Penyediaan media interpretasi dan media informasi. b.
Sosialisasi mengenai situs ke siswa sekolah dasar sampai tingkat menengah.
c. Pemanfaatan kawasan wisata sekitar Desa Plempoh.
d. Perbaikan kualitas dan penambahan media interpretasi papan informasi,
museum, dan penyediaan shelter di dalam kawasan. 4.
Penataan lahan di dalam kawasan yang terintegrasi dengan lanskap sekitar. a.
Membuat undakan atau teras-teras pada lahan yang rawan longsor. b.
Penanaman vegetasi yang berakar kuat dan mampu bertahan pada cuaca kering untuk dapat mengikat tanah lebih baik serta dapat meningkatkan
kelembaban dan menurunkan suhu kawasan situs dan sekitarnya. c.
Pembuatan saluran air dan menghubungkannya dengan sumber air terdekat Sungai Opak.
5. Perbaikan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah.
a. Penjadwalan pemugaran benda-benda artefak.
b. Penjadwalan pengelolaan dan perbaikan kualitas fasilitas seperti restoran,
gardu pandang, toilet, dan jalur sirkulasi. c.
Pemeliharaan taman dan vegetasi. 6.
Pengembangan kerjasama antar pemerintah dan pengelola swasta untuk keberlanjutan situs dan sekitarnya serta peninjauan sistem pengelolaan
wisata dan situs sejarah. a.
Peningkatan kerjasama antar pemerintah dan pengelola swasta. b.
Peningkatan promosi wisata Situs Ratu Boko. c.
Peninjauan ulang rencana pelestarian dan pengelolaan. 7.
Meningkatkan perlindungan kawasan situs sejarah. a.
Pembuatan aspek legal. b.
Pemberian batas fisik seperti pagar yang mengelilingi situs.
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Situs Ratu Boko terletak di perbukitan Boko dan berada pada tatanan dan struktur lanskap yang unik. Konsep tatanan ruang dan elemen di dalam kompleks
situs ini dibagi berdasarkan filosofis agama Hindu dan Budha dan juga berdasarkan fungsi bangunan. Berdasarkan konsep filosofis, tatanan lanskap Situs
Ratu Boko dibagi ke dalam tiga area, yaitu area profan, area transisi, dan area sakral area ibadah dan area pribadi. Area profan merupakan area yang tidak
memiliki kesakralan sama sekali dan bersifat umum. Area transisi adalah area peralihan dari area profan menuju area skaral. Area ini bersifat netral. Area sakral
adalah area yang memiliki kesakralan yang tinggi dan bersifat pribadi. Konsep tatanan kompleks Situs Ratu Boko berdasarkan fungsi dibagi menjadi lima
kelompok, yaitu kelompok Gapura Utama, kelompok Paseban, kelompok Pendapa, kelompok Keputren, dan kelompok Gua.
Aktivitas wisata yang dilakukan di kawasan ini sangat beragam. Namun, hal tersebut tidak dibarengi dengan sistem pengelolaan yang baik terhadap situs
sejarah, maupun fasilitas wisata yang ada. Dampak dari aktivitas yang dilakukan di dalam kawasan tapak ada tiga, antara lain vandalisme atau perusakan objek,
pelestarian situs, dan pemeliharaan lingkungan di sekitar situs. Zonasi pelestarian yang telah ditetapkan pengelola saat ini juga masih belum dapat menyangga dan
melindungi situs itu sendiri sehingga perlu dilakukan perbaikan khususnya terhadap zona penyangga. Saat ini pengelola dan pemerintah belum melakukan
penataan lanskap untuk wisata sejarah dan rekreasi alam pada kawasan Situs Ratu Boko dan sekitarnya.
Hal lain yang dapat berpengaruh terhadap keberlanjutan situs adalah tata guna lahan dan aktivitas masyarakat sekitar. Tata guna lahan yang ada di sekitar
situs tidak mengancam keberadaan situs. Peran masyarakat sekitar sangat penting dalam pelestarian situs. Di sisi lain, masyarakat juga diuntungkan dengan
dijadikannya Situs Ratu Boko sebagai objek wisata sejarah, yaitu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan desa.
Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, dihasilkan tujuh strategi pelestarian dan pengelolaan Situs Ratu Boko. Tujuh strategi pelestarian dan
pengelolaan Situs Ratu Boko antara lain, pengembangan dan perbaikan potensi sumber daya Situs Ratu Boko dan kawasan sekitarnya, perencanaan
pengembangan kawasan yang mendukung keberlanjutan Situs Ratu Boko, pengembangan aktivitas dan fasilitas wisata, penataan lahan di dalam kawasan
yang terintegrasi dengan lanskap sekitar, perbaikan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah, pengembangan kerjasama antar pemerintah dan pengelola swasta
untuk keberlanjutan situs dan sekitarnya, peninjauan sistem pengelolaan wisata dan situs sejarah, dan meningkatkan perlindungan kawasan situs sejarah.
Konsep yang diusulkan adalah pelestarian kawasan Situs Ratu Boko untuk membentuk suatu kesatuan lanskap yang berkelanjutan, baik dari aspek sejarah,
sosial, dan wisatanya. Implementasi strategi pelestarian berupa usulan zonasi pelestarian yang merupakan perbaikan atau revisi dari zonasi pelestarian yang
telah ditetapkan oleh BP3. Zona inti dan zona pengembangan pada kawasan Situs Ratu Boko mengacu seluruhnya terhadap zonasi yang ditentukan BP3.
Sedangkan, pada zona penyangga perlu ada perubahan yaitu perluasan ke sebelah selatan. Perluasan ini mencakup area persawahan sampai jalur sirkulasi menuju
kawasan.
6.2 Saran
Berikut beberapa saran yang diusulkan untuk menjadi pertimbangan bagi pemerintah, pengelola situs, dan masyarakat sekitar dalam pengembangan situs,
yaitu: 1.
Mengimplementasikan strategi zonasi pelestarian dan pengembangan yang diusulkan dalam studi ini.
2. Perlu adanya rencana detail tata ruang kawasan Situs Ratu Boko untuk
melindungi dan melestarikan kawasan. 3.
Perlunya sosialisasi pelestarian Situs Ratu Boko serta implementasi yang nyata oleh pemerintah, pengelola swasta, dan masyarakat.
4. Meningkatkan integrasi antar pemerintah dan pengelola swasta dalam
mengelola, mengembangkan, dan memperbaiki kawasan agar tetap menjadi kawasan sejarah yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Adams R. 1990. Borobudur in Photographs Past and Present. University of Leiden.
Anonim. 2012. Borobudur. [terhubung berkala]: http:id.wikipedia.orgwikiBorobudur [26 Feb 2012]
Arifin HS, N Arifin HS. 2000. Pemeliharaan Taman. Jakarta: Penebar Swadaya. Ayuati MS, Gatut EN. 2003. Menapak Jejak Kepurbakalaan Ratu Boko.
Yogyakarta: Laporan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman.
2007. Yogyakarta: Kecamatan Prambanan Dalam Angka. [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman.
2008. Yogyakarta: Kabupaten Sleman Dalam Angka. [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman.
2008. Yogyakarta: Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Prambanan. Behrend TE. 1989. Kraton and Cosmos in Traditional Java. [thesis]. Madison:
Wisconsin University. [BP3] Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. 1995. Yogyakarta: Rencana
Pengembangan Kawasan Ratu Boko. David F. 2005. Strategic Management. Di dalam; Dewi NK, editor. Nature of
Strategy Analysis and Choice. [terhubung berkala]:
http:akusukamenulis.wordpress.com. [7 Jan 2012]. Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Direktorat Jendral Pariwisata
Proyek Pengembangan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. 1996. Yogyakarta: Laporan Awal Rencana Detil Teknis Kawasan Ratu Boko.
Geldern H. 1968. The Cosmological Foundation of South Asian Architecture. Singapore: Journal of The Historical Society University of Singapore.
Goodchild PH. 1990. Some Priciples For The Conservation of Historic Landscape. Draft Document for Discussion Purpose. Canada: Icomos UK
Historic Gardens and Landscape Comittee.
Harris CW, Dines NT. 1988. Time Saver Standards for Landscape Architecture. New York: Mc Graw Hill, inc.
Hartono T. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Arkeologis: Pelestarian dan Pengembangan Situs Ratu Boko. [thesis]. Program Studi Arkeologis.
Bidang Ilmu Humaniora. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Kinnear TC, Taylor JR. 1991. Riset Pemasaran Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga.
Masjkuri, Kutoyo S. 1982. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Miksic J. 1996. Indonesian Heritage, Ancient History. Singapore: Buku Antar Bangsa for Grolier International
Nurisjah S, Pramukanto Q. 2009. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Bogor: Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Parker J, Bryan P. 1989. Landscape Management and Maintenance. England:
Gower Publishing Company. Platcher H, Rossler M. 1995. Cultural Landscape of Universal Value. New York:
Gustav Fischer Verlag. Robson S. 2003. The Kraton Selected Essay on Javanese Courts. Leiden:
KITLV Press. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Side Planning and
Design. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. Soekmono R. 2005. Candi Fungsi dan Pengertiannya. Jakarta: Jendela Pustaka.
Soemarsaid M. 1981. State and Statecraft in Old java; A Study of The Late Mataram Period, 16th to 19th century. Ithaca, New York: Modern
Indonesia Project, Southeast Asia Program, Cornell University.
Soenarto TA, P. Subroto, Dukut S. 1993. Ratu Boko yang Terlupakan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta.
Subroto P. 1989. Identifikasi Unsur-Unsur Bangunan pada Situs Ratu Boko. [Laporan Penelitian]. Fakultas Sastra. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Widayati MT. 1994. Sistem Pengelolaan Air di Kompleks Kraton Boko. [skripsi]. Fakultas Sastra. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Yulianto F. 2004. Studi Karakteristik Spasial Multi Sistem Akuifer di Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
[skripsi]. Fakultas Geografi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner Persepsi Pengunjung Terhadap Situs Ratu Boko
LEMBAR KUISIONER
Selamat pagisiangsoremalam. Perkenalkan nama saya Bulan Ramafriani. Saya mahasiswi semester 8, program studi Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian
Bogor. Saya sedang melakukan penelitian mengenai Studi Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko. Oleh karena itu, saya mohon bantuan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dibawah ini dengan sebenar-benarnya. Terima kasih.
Data Pribadi Responden
1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan 2.
Umur :
a. 18-22 thn
b. 23-30 thn c. 31-40 thn d. 41-50 thn e. 51-60 thn
f. 60 thn 3. Pekerjaan;
a. Pelajar
b. Mahasiswa
c. Karyawan Swasta
d. PNS
e. Wiraswasta
f. Lainnya……………………
4. Alamat DesaKecamatan : ………………………………………………….
5. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Akademik
f. Sarjana
g. Lainnya……………………
6. Berapa kali datang ke Candi Ratu Boko :
a. 1 kali
b. 1-3 kali
c. 4-6 kali
d. 6 kali
7. Tujuan dan aktivitas datang :
a. Rekreasi
b. Meneliti
c. Interpretasi
d.Lainnya………………
Pertanyaan
1. Dari mana anda mengatahui informasi mengenai Candi Ratu Boko?
a. Teman
b. Keluarga
c. Media cetak
d. Media elektronik
e. Lainnya….
2. Apakah anda mengetahui sejarah dari Candi Ratu Boko ini?
a. Tahu
b. Tidak tahu
3. Apakah anda tahu karaktersitik dari Candi Ratu Boko?
a. Ya
b. Tidak
4. Jika ya, apa karakteristiknya?
a. Candi
b. Keraton
c. Lainnya….
5. Apakah anda mengetahui tentang tatanan lanskap?
a. Ya
b. Tidak 6.
Apakah lingkungan sekitar ruang terbuka merupakan bagian kesatuan dari Candi Ratu Boko?
a. Ya
b. Tidak 7.
Menurut anda, apakah citra kawasan wisata ini? a.
IndahTidak Indah b.
UnikTidak unik c.
TeraturSemerawut d.
Bernilai sejarahTidak bernilai sejarah e.
Memperhatikan kepentingan wargatidak memperhatikan 8.
Menurut anda, apakah yang paling menarik? a.
Tata Letak Situs b.
Bangunan candikeratonsumur pemandian c.
Pemandangan 9.
Apakah Candi Ratu Boko perlu dilesetarikan? a.
Ya b.
Tidak 10.
Jika ya, apa bentuk pelestariannya?