Area Profan Studi Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Upaya Pelestariannya

kedua terbuat dari batuan induk kecuali ujung utara sepanjang 6 m. Bagian dinding sebelah utara memanfaatkan tebing bukit batu padas yang diratakan. Secara umum, bentukan lahan teras kedua rata dan berada di ketinggian yang sama. Elemen-elemen peninggalan yang tersisa pada teras kedua antara lain, Gapura Utama I, Batur Batu Putih Batur A, pagar, tangga, lantai, saluran air, dan talud. Teras yang terakhir yaitu teras ketiga. Teras ketiga memiliki ukuran 160x160 m. Teras ini letaknya di sebelah timur teras kedua dan memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari teras pertama dan teras kedua. Teras ketiga berupa tanah lapang yang cukup luas dan mengarah ke tenggara menuju kompleks bangunan Pendapa. Di sebelah utara dan timur teras ketiga ini merupakan dinding bukit yang beberapa bagiannya disusun dari batu putih, sedangkan pada bagian selatan dan barat terdapat talud pembatas teras kedua dan teras ketiga. Keadaan permukaan tanah dari permulaan halaman di teras ketiga sampai ke Paseban relatif memiliki ketinggian yang sama meskipun tidak rata. Sisa-sisa benda peninggalan yang masih ada di teras ketiga yaitu Candi Pembakaran, kolam kecil, kolam di timur Candi Pembakaran, umpak-umpak, saluran air, kolam di tenggara Gapura Utama II, pagar, dan Paseban. Bentuk dasar dan ukuran elemen-elemen yang hampir sama pada area transisi mengidentifikasikan bahwa ada dasar tersendiri dari letak bangunan- bangunan tersebut. Yang pertama yaitu bentuk dasar dari kedua Gapura Utama hampir mirip, yang membedakan hanya ketinggian dan jumlah gapura paduraksa. Selain itu ciri khas dari Gapura Utama dan gapura lainnya yang ada di kompleks Situs Ratu Boko yaitu hiasan Ratna hiasan yang berbentuk seperti buah keben di bagian atas gapura. Bahan yang digunakan oleh kedua gapura ini adalah batuan andesit kecuali tangganya yang menggunakan bahan dasar batu putih. Selanjutnya yaitu bentuk dari batur dan lantai yang ada di area transisi. Bentuk yang sama dari dua buah lantai yang terletak di tengah-tengah teras ketiga dengan batur Paseban yang letaknya di sebelah selatannya. Bentuk dari batur dan lantai ini adalah persegi panjang dan tersusun dari bahan yang sama yaitu batu andesit. Yang membedakan adalah orientasinya. Batur Paseban memanjang barat- timur, sedangkan lantai di sebelah utaranya memanjang utara-selatan. Bentuk lain yang serupa adalah bentuk Candi Pembakaran dan Candi Batu Putih. Kedua bentuk candi ini adalah persegi empat. Meskipun memiliki ukuran yang berbeda, namun keduanya diduga sebagai elemen yang digunakan untuk beribadah. Orientasi keduanya juga sama yaitu menghadap ke arah barat. Hal ini dilihat dari adanya tangga di sebelah barat Candi Pembakaran dan Candi Batu Putih. Bentuk serta orientasi yang sama pada beberapa elemen diidentifikasi bahwa elemen-elemen tersebut memiliki fungsi yang sama. Selain itu diduga ada dasar filosofis yang digunakan masyarakat zaman dulu yang namun sampai saat ini masih belum diketahui. b.1 Kelompok Gapura Utama b.1.1 Gapura Utama I Gapura ini terletak di teras kedua. Yang menghubungkan antara struktur jalan dengan Gapura Utama I adalah sebuah tangga di depan gapura. Gapura yang terdepan terdiri dari tiga buah gapura yang berbentuk paduraksa Gambar 20. Puncak gapura tersebut berupa hiasan yang berbentuk Ratna. Bahan dasar dari gapura-gapura tersebut adalah batu andesit, namun lantai, tangga, dan pagarnya terbuat dari batu putih tufa. Gapura yang menghadap ke barat ini terdiri dari tiga buah gapura paduraksa yang tersusun berjajar dan berhimpit mengarah utara ke selatan. Gapura tengah merupakan gapura terbesar karena memiliki ukuran lebar lorong 3,40 m, panjang 4,85 m, dan tinggi 3,40 m. Ukuran pada gapura pengapit yaitu lebar lorong 1,92 m, panjang 3,9 m, dan tinggi 2,5 m. Bahan yang digunakan dalam pembangunan gapura ini adalah batu andesit, namun yang terlihat sekarang batu-batu penyusun atap gapura dalam sudah tidak lengkap lagi. Bentuk dari atap gapura pengapit yaitu berbentuk sisi genta, tersusun atas tiga bagian yang semakin ke atas semakin kecil dan pada puncaknya ada pahatan berbentuk Ratna. Pada gapura ini juga terdapat tangga yang terdiri dari tiga tingkatan dengan lebar masing-masing tangga 1,92 m. Keadaan gapura cukup baik karean sudah beberapa kali dilakukan rekonstruksi. Beberapa bagian batu gapura sudah bukan batu asli dari zaman Boko lagi. Gambar 20 Gapura Utama I b.1.2 Gapura Utama II Gapura ini berdiri di atas batur yang tingginya 2 m. Di sisi batur terdapat tangga yang berjumlah tiga buah. Tangga tengah memiliki lebar 3,83 m dengan jumlah tingkatan 17 buah sedangkan tangga pada gapura lainnya memiliki lebar 2,17 m dan terdiri dari 15 tingkatan. Gapura Utama II ini merupakan gapura yang menghubungkan teras kedua dengan teras ketiga. Gapura tersusun dari batu andesit serta terdiri dari lima buah gapura paduraksa yang berjajar dan berdampingan arah utara selatan dan menghadap ke arah barat. Puncak gapura memiliki hiasan berbentuk Ratna. Gapura tengah merupakan gapura yang paling besar diantara dua gapura lainnya. Gapura ini memiliki ukuran lebar lorong 3,85 m, panjang 5,96 m, dan tinggi 3,70 m. Terdapat tangga yang di depan dan di belakang gapura dengan lebar 3,85 m. Gapura pengapit dalam yang mengapit tepat di sisi kanan dan kiri gapura tengah memiliki ukuran lebar lorong 2,17 m, panjang 4,81 m, dan tingginya 2,17 m. Gapura pengapit luar yang mengapit gapura tengah dan gapura dalam berukuran lebar lorong 1,15 m, panjang 2,33 m, dan tinggi 2 m. Sama halnya dengan Gapura Utama II, keadaan gapura ini juga baik dan terlihat masih kokoh. Pengelola sudah melakukan pemugaran beberapa kali untuk membangun gapura ini. Gambar 21 Gapura Utama II