umum menganggap candi sebagai bangunan peninggalan budaya pada masa lampau yang terbuat dari bahan batu.
Bahan yang dipergunakan untuk membuat suatu bangunan candi, pada dasarnya selalu menggunakan bahan yang terdapat pada daerah dimana candi
tersebut berada. Masjkuri dan Kutoyo 1982 mengemukakan pembuatan sebuah bangunan candi di daerah Yogyakarta lebih banyak menggunakan batu alam pada
bagian luar candi, batu putih dan batu merah bata pada bagian dalamnya. Kegunaan bangunan candi bermacam- macam. Masjkuri dan Kutoyo 1982
menyatakan bahwa candi ada yang digunakan sebagai makam atau tempat menyimpan abu jenazah. Ada pula yang digunakan sebagai tempat tinggal, tempat
mengajar, tempat menyimpan alat-alat keagamaan serta tempat pemujaan kepada seorang dewi.
2.4 Pelestarian Lanskap Budaya
Kegiatan pelestarian adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam proses pengelolaan. Pelestarian sangatlah diperlukan dalam menjaga suatu
kawasan agar nilai yang terkandung, baik nilai budaya maupun nilai sejarah, dalam suatu lanskap tidak hilang. Nurisjah dan Pramukanto 2001
mendefinisikan pelestarian lanskap sejarah sebagai suatu usaha manusia untuk memproteksi atau melindungi peninggalan atau sisa-sisa budaya dan sejarah
terdahulu yang bernilai dari berbagai perubahan yang negatif dan yang dapat
merusak keberadaannya atau nilai yang dimilikinya.
Pengelolaan dilakukan melalui empat tahap Parker dan Bryan,1989, yaitu : a.
Pengaturan objek lanskap, dalam hal ini adalah kegiatan inventarisasi dan analisis.
b. Perencanaan kegiatan, yaitu rencana yang akan dilakukan pada tapak.
c. Pelaksanakan rencana, perencanaan yang telah dibuat direalisasikan pada
tapak. d.
Pengelolaan dan memperbaharui hal-hal yang perlu diperbaharui sesuai dengan kebutuhan.
Pelestarian pada lanskap sejarah dan budaya dilakukan dengan tujuan menjaga karakter dan identitas yang terkandungan. Nurisjah dan Pramukanto
2001, berpendapat ada lima manfaat yang diperoleh dari pelestarian yang dilakukan, antara lain :
a. Mempertahankan warisan budaya atau sejarah yang dimiliki karakter
spesifik suatu kawasan. b.
Menjamin terwujudnya ragam dan kontras yang menarik dari suatu areal atau kawasan. Adanya areal sejarah atau yang bernilai budaya tinggi di
suatu kawasan tertentu yang relatif moderen akan memiliki kesan visual dan sosial yang berbeda.
c. Kebutuhan psikis manusia. Untuk melihat dan merasakan ekstensi dalam
alur kesinambungan masa lampau, masa kini dan masa depan yang tercermin dalam objek atau karya lanskap untuk selanjutnya dikaitkan
dengan harga diri. d.
Motivasi ekonomi. Peninggalan budaya dan sejarah memiliki nilai yang tinggi apabila dipelihara baik, terutama dapat mendukung perekonomian
kota atau daerah bila dikembangkan sebagai kawasan wisata. e.
Menciptakan simbolisme sebagai manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu.
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian