Area Transisi Studi Tatanan Lanskap Situs Ratu Boko, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Upaya Pelestariannya

Gambar 20 Gapura Utama I b.1.2 Gapura Utama II Gapura ini berdiri di atas batur yang tingginya 2 m. Di sisi batur terdapat tangga yang berjumlah tiga buah. Tangga tengah memiliki lebar 3,83 m dengan jumlah tingkatan 17 buah sedangkan tangga pada gapura lainnya memiliki lebar 2,17 m dan terdiri dari 15 tingkatan. Gapura Utama II ini merupakan gapura yang menghubungkan teras kedua dengan teras ketiga. Gapura tersusun dari batu andesit serta terdiri dari lima buah gapura paduraksa yang berjajar dan berdampingan arah utara selatan dan menghadap ke arah barat. Puncak gapura memiliki hiasan berbentuk Ratna. Gapura tengah merupakan gapura yang paling besar diantara dua gapura lainnya. Gapura ini memiliki ukuran lebar lorong 3,85 m, panjang 5,96 m, dan tinggi 3,70 m. Terdapat tangga yang di depan dan di belakang gapura dengan lebar 3,85 m. Gapura pengapit dalam yang mengapit tepat di sisi kanan dan kiri gapura tengah memiliki ukuran lebar lorong 2,17 m, panjang 4,81 m, dan tingginya 2,17 m. Gapura pengapit luar yang mengapit gapura tengah dan gapura dalam berukuran lebar lorong 1,15 m, panjang 2,33 m, dan tinggi 2 m. Sama halnya dengan Gapura Utama II, keadaan gapura ini juga baik dan terlihat masih kokoh. Pengelola sudah melakukan pemugaran beberapa kali untuk membangun gapura ini. Gambar 21 Gapura Utama II b.1.3 Candi Batu Putih Batur ini terletak di sisi utara teras kedua. Sesuai dengan namanya, batur ini disusun dari batu putih dan berbentuk bujur sangkar. Belum diketahui fungsinya, namun diperkirakan digunakan sebagai tempat ibadah. Yang tersisa dari bangunan ini hanya tinggal baturnya sampai dengan kaki candi. Ukuran candi ini yaitu 20x20 m. Gambar 22 Candi Batu Putih b.1.4 Pagar Terdapat dua buah pagar pada teras kedua. Pagar pertama terletak di sebelah utara dan sebelah selatan Gapura Utama I. Pagar ini merupakan pemisah halaman di teras kedua dan tersusun atas batu putih dengan lebar 1,50 m. Namun yang tersisa hanya pondasinya saja. Pagar yang kedua merupakan pagar pemisah antara dua saluran yang terletak di sebelah timur teras kedua. Pagar ini bersambungan dengan batur Gapura Utara II. Sama halnya dengan pagar yang pertama, pagar ini tersusun dari batu putih namun dengan lebar sekitar 1 m. Kedua pagar ini memanjang arah utara selatan. b.1.5 Talud Talud yang terletak di sebelah timur teras kedua ini merupakan elemen yang memisahkan teras kedua dengan teras ketiga. Talud ini memanjang dari arah utara ke selatan. Talud dibuat dengan tujuan mengurangi tingkat erosi lahan dan digunakan dalam pengelolaan air. Talud ini bersambungan dengan talud lain yang terletak di sebelah selatan teras ketiga yang memanjang timur-barat. Bahan utama talud ini merupakan batu putih. Bentukan talud tidak lagi sempurna sejak awal ditemukan. Gambar 23 Talud 2 b.1.6 Tangga Tangga ini terletak di sisi selatan Gapura Utama II. Tangga memiliki lebar tangga ini kurang lebih 2 m dan dapat menghubungkan teras kedua dengan teras ketiga. Tangga menghadap ke barat dan tersusun dari batu putih. b.1.7 Saluran Air Terdapat beberapa saluran air pada area transisi ini. Saluran pertama terletak di sebelah timur teras kedua, di sisi luar talud. Saluran ini mengarah utara selatan dan terbagi menjadi tiga bagian yaitu di sebelah utara Gapura Utama II dan pada tangga di sebelah selatan. Terdapat dua buah saluran air di sebelah utara Gapura Utama II, yaitu saluran di sebelah timur pagar dan saluran yang terletak di sebelah barat pagar. Saluran yang terletak di sebelah timur pagar mempunyai lebar 1,5 m dan disusun dari batu putih pada lantai dan pada dindingnya. Saluran yang terletak di sebelah barat pagar memiliki ukuran 68 cm dan dipahat langsung di batuan induk. Saluran ini dipisahkan oleh pagar dan terletak sejajar. Kedua saluran ini dihubungkan oleh saluran air tertutup yang terletak di sebelah selatan dan sebelah utara Gapura Utama II. Hanya terdapat satu saluran air yang terletak di sebelah selatan tangga, yaitu di sebelah timur pagar. Saluran ini memiliki lebar 1,5 m dan berada di sisi luar talud yang mengarah ke utara selatan. Dinding dan lantainya tersusun dari batu putih sedangkan saluran tertutup yang ditemukan di ujung selatan saluran air tersusun dari batu andesit. Saluran air lainnya terletak di sisi luar talud sebelah selatan paseban. Saluran ini memanjang dari timur ke barat dan terletak tepat di depan tangga talud selatan yang merupakan pembatas teras kedua dengan teras ketiga. Di sebelah barat, saluran air ini berhenti pada tanah yang belum digali, sedangkan di sebelah timur saluran ini berhenti pada bagian yang melebar sehingga membentuk kolam kecil. Saluran air ini dibuat dalam dan sempit dengan lebar sekitar 50 cm dan dipahat langsung pada batuan induk. Terdapat lagi saluran air di sebelah utara Gapura Utama II dengan jarak 53 cm dari gapura tersebut. Saluran ini mengarah dari teras ketiga ke arah bawah dan berhenti di atas saluran sebelah barat pagar. Saluran ini memiliki lebar 29 cm dan terbuat dari batu putih. Saluran air lain terletak di bagian selatan kolam kecil di tenggara Candi Pembakaran dan di sebelah utara pagar. Saluran ini memanjang dari timur ke barat, di sebelah baratnya terdapat susunan batu yang membentuk saluran air. Saluran ini dipahat langsung di batuan induknya. Saluran yang mengarah ke barat memiliki lebar 40 cm dan kedalaman 16 cm. Di ujungnya berhenti dan menembus talud pembatas teras kedua dengan teras ketiga. Pada saluran yang mengarah ke sisi timur berhubungan dengan kolam besar sebelah timur Candi Pembakaran. b.1.8 Candi Pembakaran Candi ini dianggap sebagai tempat pembakaran atau penyimpanan abu jenazah pada masa lampau. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan abu di sumur candi. Selain sebagai tempat penyimpanan abu jenazah, di Candi Pembakaran ini juga dilakukan beberapa ritual keagamaan seperti ritual pembakaran jenazah yang dilakukan oleh semua anggota kerajaan dan masyarakat kerajaan lainnya. Candi yang berada di sebelah timur laut Gapura Utama II dan di sebelah utara pagar pemisah halaman ini memiliki bentuk tapak segi empat dengan ukuran 26 x 26 cm dan tinggi 3 m. Di tengah candi terdapat perigi atau sumur yang berukuran 4x4 m dengan kedalaman 2,30 m dan terbuat dari batu andesit. Candi ini dilengkapi dengan tangga yang lebarnya 2 m dan terdiri dari 15 anak tangga. Bentuk Candi Pembakaran menyerupai piramida yang terpotong bagian atasnya. Saat ditemukan, candi ini tidak memiliki tubuh dan atap. Batu putih dan batu andesit merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan Candi Pembakaran. Saat ini sedang dilakukan pemugaran terhadap Candi Pembakaran. Gambar 24 Candi Pembakaran b.1.9 Kolam dan Bak Air Bak dan kolam ini berfungsi untuk menampung air. Bak air pertama yaitu bak yang terletak di sebelah tenggara Candi Pembakaran. Bak air ini terlihat dari adanya pemahatan pada batuan induk di sisi barat dan selatan kolam sehingga membentuk dinding. Sedangkan bibir kolamnya terbuat dari batuan andesit. Bak air ini dulunya dimanfaatkan untuk menanam padi oleh masyarakat sekitar namun pada bulan Maret 1993 mulai dilakukan pemugaran dan pemeliharaan agar identitasnya tidak hilang Soenarto, Subroto, dan Santoso, 1993. Bak air yang berukuran 1 x 1 m ini merupakan sebuah mata air dulunya dan sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Bak ini memiliki kedalaman air 2,7 m di bawah permukaan tanah. Air yang tertampung di bak air ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat agama Hindu dalam ritual keagamaan perayaan hari raya Nyepi dan di bawa ke Candi Pembakaran untuk dilakukan ritual selanjutnya. Kolam ketiga yang ada pada teras ketiga ini yaitu kolam yang terletak di barat alun-alun atau di sebelah tenggara Gapura Utama II. Kolam yang berbentuk segi empat dan berukuran 3 x 4 m ini sangat mendukung sistem drainase di alun- alun. Kolam ini juga dibuat dengan cara memahat langsung batuan induknya. Gambar 25 Bak Air di Tenggara Candi Pembakaran b.2 Kelompok Paseban b.2.1 Pagar Ada dua buah pagar yang terletak di teras ketiga ini. Pagar yang pertama adalah pagar yang memisahkan halaman 1 Candi Pembakaran, kolam kecil, dan kolam sebelah timur Candi Pembakaran dengan halaman lainnya yang berada di sebelah selatan, sering disebut alun-alun. Pagar lainnya adalah pagar yang mengelilingi teras ketiga. Pagar ini hanya tersisa sebagian kecil yang letaknya di sebelah utara Gapura. Pagar ini merupakan pahatan yang langsung dipahat di batuan induk dan dibentuk menjadi pagar. b.2.2 Lantai Lantai pada teras ketiga ini hanya ditemukan sebagian kecil, yaitu di sebelah timur laut Gapura Utama II. lantai yang letaknya di area transisi ini memanjang dari timur ke barat. Lantai ini tersusun atas balok-balok batu putih. Diduga dahulunya lantai ini merupakan dasar sebuah bangunan yang terdiri dari dari tiang-tiang dan dinding. Bukti adanya tiang-tiang yaitu adanya umpak- umpak di dasar yang tertanam di tanah. Fungsi umpak-umpak yaitu sebagai landasan tiang penyangga. Umpak-umpak yang tersusun dari batuan andesit ini terletak di sebelah utara Paseban dan di bagian timur teras ketiga. Elemen ini berbentuk persegi panjang dengan susunan tiga deretan ke timur barat. Masing- masing deretan umpak terdiri dari sembilan buah. Umpak-umpak memiliki ukuran 32 x 32 cm. Gambar 26 Lantai di Teras Ketiga b.2.3 Paseban Paseban ini terdiri dari dua buah batur yang terletak secara berdampingan. Paseban berada pada bagian selatan teras ketiga dan terletak 175 m di sebelah tenggara Gapura Utama II. Terdapat tangga sebagai penghubung antara teras kedua dan teras ketiga di sebelah selatan Paseban. Fungsi dan penggunaannya sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga dulunya Paseban berfungsi sebagai tempat pertemuan dengan para raja. Hal ini dikarenakan yang tersisa dari paseban ini hanya batur-batur dan susunan batuan yang tidak teratur. Bahan dasar dari paseban adalah batu andesit. Lantai yang berada di sebelah timur memiliki ukuran panjang 25 m, lebar 12 m, dan tinggi 0,33 m. Pada sebelah barat terdapat pula lantai dengan ukuran yang berbeda, yaitu panjang 15 m, lebar 12 m, dan tinggi 0,33 m. Dalam Miksic 1996 diduga Paseban dulunya digunakan sebagai tempat penerimaan tamu. Gambar 27 Paseban

c. Area Sakral

Bagian terakhir yaitu bagian yang letaknya di atas atau di sebelah timur sampai tenggara kawasan situs. Area ini adalah area sakral. Pada area sakral keadaan lahannya berlereng-lereng dan cukup curam di sebelah utara meskipun permukaan di sebelah selatan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan area di sebelah utaranya. Batas dari area ini, yaitu pada sebelah selatan, barat, dan timur dibatasi oleh lereng-lereng, sedangkan pada sebelah utara dibatasi oleh perbukitan. Area sakral letaknya paling atas dan paling belakang. Pada area sakral kegiatan lebih banyak dilakukan karena area ini berfungsi sebagai permukiman dan peribadahan. Area sakral dimulai dari Pendapa, Keputren, sampai dengan gua. Area ini dibagi dua, yaitu area ibadah dan area pribadi yang letaknya turun ke bawah tepatnya di bagian tenggara. Area ibadah terletak di sebelah timur dan naik ke atas. Pada area ini hanya terdapat gua yang digunakan oleh masyarakat zaman dahulu untuk beribadah dan bertapa. Dua buah gua yang ada di area sakral ini yaitu Gua Lanang dan Gua Wadon. Area yang kedua adalah area pribadi. Di area ini terdapat bangunan-bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana untuk mendukung kehidupan sehari-hari. Di area pribadi, elemen yang ada di dalamnya antara lain, Pendapa, Keputren, kolam, miniatur candi, dan lain-lain. c.1 Area Ibadah Kelompok Gua Area ibadah terletak di sebelah utara area pribadi. Untuk mencapai kawasan ini perlu berjalan melewati jalan yang curam. Bentuk tatanan dari kelompok timur ini yaitu tebing bukit yang permukaannya tidak rata karena tapaknya yang berteras. Tapak ini dikelilingi oleh lereng di sebelah timur, selatan, dan barat. Sedangkan di sebelah utara dibatasi oleh tebing. Di bagian ini tidak banyak sisa peninggalan yang ada, hanya terdapat dua buah gua, yaitu Gua Lanang dan Gua Wadon. Dari area ini, kawasan di sebelah selatannya atau area pribadi dapat terlihat jelas. Maka diduga selain untuk kesakralan, dibangunnya gua di tempat yang tinggi juga untuk dapat memantau keadaan di daerah pribadi. Keadaan pada area ibadah ini cenderung gersang. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya vegetasi yang ada serta keadaan suhu sekitar yang kurang nyaman, yaitu sekitar 29°C. Bentuk kedua gua relatif sama, namun yang membedakan hanya jumlah relung serta peletakannya yang berada pada ketinggian yang berbeda. Belum diketahui alasan pembangunan kedua gua yang memiliki perbedaan ketinggian dan perbedaan jumlah relung. Kedua gua ini juga dibuat oleh manusia zaman dulu dan dipahat langsung di batuan induk. c.1.1 Gua Lanang Dua gua yang terdapat di kelompok Timur ini, yaitu Gua Lanang dan Gua Wadon. Gua Lanang terletak lebih tinggi dari Gua Wadon. Gua ini memiliki ukuran pada pintu masuknya, yaitu lebar 1,5 m, tinggi 1,15 m, dan kedalaman gua 1,5 m. Di dalam gua terdapat lagi sebuah relung dengan lebar 50 cm, panjang, 2,15 m, dan tinggi 60 cm. Gua Lanang ini mengahadap ke arah selatan. Ukuran dari Gua Lanang lebih kecil dibandingkan dengan Gua Wadon. Selain itu, hanya terdiri dari sebuah relung maka diperkirakan Gua Lanang hanya dapat digunakan oleh satu orang saja. Gambar 28 Gua Lanang c.1.2 Gua Wadon Gua lainnya terletak di sebelah tenggara Gua Lanang. Gua ini dinamakan Gua Wadon. Gua Wadon juga mengahadap ke arah selatan. Gua yang memiliki empat buah relung di dalamnya berukuran lebar 3 m, kedalaman gua 3,5 m, dan tinggi 1,5 m. Empat buah relung ini terletak di sisi yang berberda. Dua buah relung terletak di dinding utara gua dan terletak berjajar. Relung ini berukuran masing-masing lebar 1 m, panjang 1,5 m, dan tinggi 60 cm. Sebuah relung dipahatkan di dinding sebelah barat dengan lebar 59 cm, panjang 1,5 m, dan tinggi 86 cm. sedangkan relung lainnya dipahat di sisi timur dinding gua dengan lebar 57 cm, panjang 1,2 m, dan tinggi 65 cm. Ada bagian lain yang merupakan sisa peninggalan dari kerajaan Boko, yaitu sebuah undakan atau tangga dan dinding. Undakan ini terletak di sebalah barat gua dan menghadap ke arah selatan. Keduanya dipahat langsung di batuan induk. Gambar 29 Gua Wadon

c.2 Area Pribadi Kelompok Pendapa dan Kelompok Keputren

Area pribadi terletak di sebelah selatan. Ketinggian area pribadi relatif lebih rendah dibandingkan area ibadah. Namun ketinggian kompleks kolam dan Keputren lebih rendah dibandingkan dengan Kelompok Pendapa. Selain itu, permukaan tanahnya relatif rata. Elemen sejarah yang terdapat di area pribadi antara lain, Pendapa, batur Pringgitan, miniatur candi, kompleks kolam, dan Keputren. Jika dilihat dengan seksama, bentuk dari elemen-elemen yang ada pada area pribadi ini juga hampir sama, antara lain bentuk dari batur Pendapa dan batur Pringgitan. Bentuknya yaitu persegi panjang dan memanjang dari utara ke selatan. Bangunan Pendapa ini diduga mengahadap ke arah barat dilihat dari gapura masuknya yang ada di sebelah barat berjumlah dua buah berbeda dengan gapura yang terletak di sisi lainnya yang hanya berjumlah satu. Selain itu, pada gapura masuk Pendapa ini terdapat hiasan Ratna yang juga ada pada Gapura Utama di area transisi. Berbeda dengan bentuk batur pada kompleks Pendapa, bentuk batur Keputren yaitu persegi empat yang berjumlah dua buah dan berdampingan utara- selatan. Diduga orientasi dari bangunan Keputren ini juga menghadap ke arah barat. c.2.1.Pendapa Pendapa adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal raja. Adapula yang mengatakan bahwa Pendapa adalah tempat berkumpulnya anggota kerajaan Miksic,1994. Pendapa ini terletak di bagian barat Kelompok Tenggara dengan batas dinding bukit pada utara, lalu lereng di sebelah barat dan selatan, dan di sebelah timur dibatasi oleh talud yang membatasi kompleks Pendapa dengan kolam. Pendapa terletak di teras yang paling tinggi di antara kompleks Keputren dan kolam. Bangunan Pendapa disusun dari batuan andesit pada bagian baturnya, sedangkan pada bagian atasnya tersusun dari batu putih. Tinggi batur ini sekitar 1,5 m dan dikelilingi oleh tembok yang memiliki hiasan berbentuk ratna di bagian atasnya. Bangunan Pendapa dapat dilihat di Gambar 30. Tembok yang mengelilingi Pendapa mempunyai bentuk persegi panjang dengan ukuran 3,6 x 40 m. Bahan dasar pembangunan tembok ini adalah batu andesit, tetapi pada bagian tengah terdapat susunan batu putih. Pada bagian atas tembok dihiasi dengan kemuncak yang yang mengelilingi tembok. Pada tembok ini juga terdapat tiga buah gapura masuk Gambar 31, yaitu terletak di sebelah utara Gapura 1, barat Gapura 2, dan selatan Gapura 3. Gapura masuk yang terletak di dalam tembok juga terbuat dari batuan andesit dan berbentuk paduraksa. Gapura yang terletak di