2 Area Pribadi Kelompok Pendapa dan Kelompok Keputren
beberapa bekas sekat di lantai batur yang mencirikan bahwa pernah ada ruang yang bersekat-sekat di atas batur ini.
Terdapat beberapa batur lain dengan ukuran yang lebih kecil dan letaknya di sebelah selatan bale-bale. Salah satu baturnya terdapat candi kecil atau miniatur
candi Gambar 33. Miniatur candi ini terletak di sebelah selatan bale-bale atau di bagian tenggara tembok keliling Pendapa. Berjumlah tiga buah dan masing-
masing candi memiliki tangga masuk pada sisi barat. Miniatur candi utama memiliki ukuran 1,30 x 1,30 m dengan tinggi 1,48 m. Bagian atap candi utama ini
sudah hilang. Sedangkan ukuran dua candi lainnya yaitu 1 x 1 m dengan tinggi 1,58 m. Puncak atap candi ini juga sudah hilang. Di depan miniatur candi terdapat
bak air. Bak air ini memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran 1,90 x 1,26 m dan kedalaman 1,25 m. Batuan andesit merupakan bahan yang digunakan dalam
membuat bak air ini. Di sebelah utara bale-bale, terdapat sebuah kolam yang berbentuk bujur
sangkar. Kolam ini langsung dipahat pada batuan induk, tetapi bagian atasnya diperkuat dengan batuan putih. Kolam lain terdapat di sebelah utara tembok
keliling Pendapa. Berbeda dengan kolam di atas, kolam ini berbentuk bulat dan masih tertimbun tanah. Kolam ini juga dibuat dengan langsung memahat batuan
induk. Kompleks Pendapa ini dilengkapi dengan saluran air. Saluran air ini berada
di sepanjang sisi luar sebelah barat dasar talud dan di sebelah selatan Pendapa. Saluran air yang terletak di sebelah utara dan sebelah selatan Gapura 1 memiliki
sistem saluran terbuka. Saluran ini mempunyai lebar 60 cm dan dibuat dengan cara langsung memahat pada batuan induk. Saluran ini juga diperkuat dengan batu
putih pada dinding dan lantai saluran. Saluran lainnya, yaitu yang terletak di sebelah selatan Gapura 2. Saluran ini memiliki sistem saluran tertutup dan
merupakan kelanjutan saluran air tertutup yang berada di sebelah barat Pendapa. Di sebelah barat saluran air ini terdapat sebuah pagar. Namun, disayangkan pagar
ini sudah runtuh dan yang tersisa hanya pondasinya saja. Pagar ini memanjang dari utara ke selatan, sejajar dengan saluran air.
Gambar 30 Pendapa Gambar 31 Gapura Masuk
Gambar 32 Batur Pendapa Gambar 33 Miniatur Candi
c.2.2 Keputren Keputren adalah tempat tinggal para putri dan ratu Gambar 34. Bangunan
ini terletak di sebelah timur kompleks kolam. Batas dari Keputren ini adalah pada bagian utara, timur, dan selatan dibatasi oleh lereng, sedangkan di sebelah barat
dibatasi oleh talud yang membatasi Keputren dengan kompleks kolam. Beberapa elemen peninggalan yang tersisa di kompleks Keputren antara lain, dua buah
batur, pagar, kolam, dan saluran air. Batur Keputren terdiri dari dua buah batur yang disusun dari batu andesit.
Sebagian batur sudah rusak, namun batur lainnya masih cukup lengkap. Batur ini memiliki denah segi empat dengan ukuran 20 x 20 m. Terdapat umpak-umpak
yang berjumlah 28 buah dengan ukuran 32 x 32 cm. Umpak ini disusun berderet mengikuti denah batur, yaitu persegi empat.
Gambar 34 Keputren
c.2.3 Kompleks Kolam Disebelah barat Keputren atau disebelah timur Pendapa terdapat kompleks
kolam Gambar 35. Kompleks kolam ini berada pada lahan yang lebih rendah dari pada Pendapa dan sejajar dengan Keputren. Kolam ini terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kolam bundar dan kelompok kolam persegi. Dari hasil pengamatan dan literatur kelompok kolam bundar terdiri dari 14 buah kolam
bundar berukuran besar dan 14 kolam bundar berukuran kecil. Namun menurut pengelola situs, kolam bundar ini terdiri dari 17 kolam besar dan 23 kolam kecil.
Kolam bundar besar memiliki diameter 2,5 m dan kolam bundar kecil berukuran 1,5 m. Pola kolam bundar ini teratur dan membentuk pola huruf L. Kolam-kolam
ini dihubungkan dengan saluran air dengan tujuan air dapat saling mengalir antar kolam dan tidak adanya pengahamburan air. Kolam ini dibuat dengan cara
langsung memahat pada batuan induknya. Kelompok kolam lainnya yaitu kelompok kolam persegi. Letak dari kelompok kolam persegi ini yaitu di sebelah
utara kelompok kolam bundar. Kelompok kolam persegi terdiri dari lima buah kolam persegi besar dan dua buah kolam persegi kecil. Kolam terbesar memiliki
ukuran 9x5 m dan kolam terkecil berukuran 1x1 m. Sama halnya dengan kelompok kolam bundar, kolam-kolam persegi ini juga dihungkan dengan saluran
air utama. Saluran air ini mengarah dari uatar ke selatan. Di ujung selatan, saluran air menembus pagar dan dihubungkan dengan kelompok kolam bundar. Di
sekeliling pinggir kolam terdapat lubang-lubang pada batuan induk dan letaknya tidak teratur. Rata-rata lubang ini berdiameter 20 cm.
Bak air pada kompleks Keputren ini letaknya di sebelah barat batur pendapa Gambar 36. Bak air ini memiliki bentuk persegi panjang. Terdapat tangga
menuju dasar kolam yang berjumlah 9 tingkat. Elemen lain yang ditemukan di Keputren ini adalah pagar. Sebagian besar
pagarnya sudah runtuh. Dari sisa-sisa pada bagian bawahnya, peneliti memperkirakan bahwa bangunan ini adalah sebuah pagar. Diduga pagar ini
dibangun mengelilingi Keputren. Elemen yang paling penting yang ada di Keputren ini yaitu saluran air. Saluran air ini terletak di sebelah utara kolam
Keputren. Saluran mengarah ke bawah dan menempel pada talud. Saluran lain yang ditemukan yaitu saluran yang terletak di timur pagar yang memisahkan
kolam dengan batur. Saluran ini dimanfaatkan untuk mengalirkan air hujan dari sebelah selatan pagar ke luar pagar. Selain itu juga ditemukan bak air di sebelah
utara kompleks pemandian. Fungsinya adalah untuk menampung air hujan.
Gambar 35 Kompleks Kolam Pemandian
Gambar 36 Bak Air 5.1.4 Strategi Pemanfaatan Lahan dan Pengelolaan Air pada Zaman Dahulu
Dengan keadaan lahan yang berlereng dan berteras-teras, masyarakat Boko pada zaman dulu mengantisipasinya dengan beberapa hal. Hal tersebut membuat
kerajaan ini dapat berdiri kokoh di atas kedaan lahan yang kurang baik. Strategi yang dilakukan masyarakat Ratu Boko untuk bertahan dalam lingkungan yang
seperti ini yaitu dengan ditemukannya beberapa bukti, seperti talud, bekas penambangan tanah, dan sisa pemangkasan lapisan batuan induk. Talud adalah
salah satu elemen yang khas di Situs Ratu Boko. Talud dibuat dari tatanan batu dan pemangkasan batuan induk. Talud-talud tersebut secara fungsional terkait
dengan masalah keadaan tanah yang tidak rata. Tanah yang tidak rata ini juga menjadi salah satu masalah dalam pendirian
bangunan. Masyarakat Ratu Boko menyikapinya dengan strategi pengurugan. Mereka mengurug tanah dari bagian lain kompleks situs dan hingga saat ini masih
ada bekas penggaliannya. Tanah urug ini memiliki sifat yang sama yaitu mudah
tererosi dan lahan yang di urug terdiri dari lereng-lereng yang curam. Untuk menanggulangi masalah ini maka dibuatlah talud-talud tersebut. Tujuannya adalah
agar tanah tidak longsor yang disebabkan oleh aliran air yang tidak terkendali. Dari pengelolaan lahan yang baik inilah maka terbentuk lahan yang rata dan
sesuai dalam perencanaan pendirian bangunan. Untuk bertahan hidup, diduga masyarakat Kerajaan Boko memanfaatkan air
hujan dan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut dilihat dari penemuan-penemuan kolam dan saluran air yang tertanam di dalam tanah. Kolam-
kolam tersebut digunakan untuk menampung air hujan dan dihubungkan dengan saluran-saluran air antar satu kolam dengan kolam lainnya. Lapisan batuan induk
semen yang menjadi bahan dasar kolam memiliki sifat tidak mudah meloloskan dan menyerap air.
Air di dalam kompleks situs ini selain dimanfaatkan sebagai kebutuhan memasak, minum, dan mandi, juga dimanfaatkan dalam ritual keagamaan. Hal itu
terlihat dari kolam-kolam dan saluran air yang ditemukan di sekitar Candi Pembakaran. Selain itu pemanfaatan air untuk ritual keagamaan juga terlihat di
Miniatur Candi. Diduga air yang digunakan untuk membasuh candi dapat ditampung di bak air yang letaknya di depan Miniatur Candi untuk digunakan
dalam ritual selanjutnya. Pengelolaan air dengan baik juga diterapkan di kompleks kolam yang terletak di sebelah timur Keputren. Antara satu kolam dengan kolam
lainnya dihubungkan oleh saluran. Dengan saluran ini maka apabila air yang tertampung di satu kolam penuh, akan teralirkan ke kolam lainnya. Hal ini
menyebabkan tidak akan ada air yang terbuang dengan percuma. Masalah terakhir yang menjadi perhatian adalah jenis tanah di kawasan ini yang sebagian besar
berupa lapisan padas yang ditutupi tanah. Lapisan tanah yang menutupi batu padas kesuburannya rendah dan tidak cocok untuk penanaman. Namun untuk
masalah ini belum diketahui strategi penanggulangan masalahanya.