dengan penggunaan pestisida pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf
α = 0.20 pestisida tidak memiliki pengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.
7.2.8. Tenaga Kerja Setara Laki-laki TKSL
Total tenaga kerja setara laki-laki TKSL merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani dengan membandingkan upah tenaga
kerja laki-laki dan upah tenaga kerja perempuan yang dinyatakan dalam satuan hari orang kerja HOK. Hasil analisis fungsi produksi usahatani padi anorganik
menunjukkan nilai koefisien TKSL sebesar 0.084, artinya penambahan satu Persen TKSL akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar
0.084 Persen dengan faktor lain dianggap tetap ceteris paribus. Koefisien TKSL sebesar 0.084 menunjukkan elastisitas 0 Ep 1, terlihat bahwa penggunaan
TKSL berada pada daerah rasional daerah II. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan TKSL pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum
atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20, TKSL tidak berpengaruh
terhadap produksi usahatani padi anorganik.
7.2.9. Dummy D
1
Variabel dummy menyatakan status keanggotaan petani padi responden dalam KKT-LK 1 = anggota KKT-LK, 0 = non anggota KKT-LK. Hasil analisis
fungsi produksi usahatani padi anorganik menunjukkan nilai koefisien atau elastisitas dummy D
1
sebesar 0.009, artinya produksi usahatani padi anorganik anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi anorganik non
anggota KKT-LK. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 dummy tidak berpengaruh
terhadap produksi usahatani padi anorganik.
Nilai elastisitas fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan nilai koefisien dari variabel independen, sedangkan penjumlahan nilai elastisitas untuk menduga
skala usaha. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik memiliki penjumlahan koefisien regresi sebesar 1.043 dan 1.191. Jumlah elastisitas fungsi
produksi usahatani padi semiorganik maupun anorganik lebih dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi semiorganik dan anorganik berada pada
daerah increasing return to scale. Artinya penambahan satu persen faktor produksi pada usahatani padi semiorganik maupun anorganik akan meningkatkan
produksi masing-masing sebesar 1.043 dan 1.191 Persen.
VIII. PENDAPATAN USAHATANI PADI 8.1.
Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik
Pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik bertujuan untuk membandingkan besarnya pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik.
Rata-rata pendapatan usahatani padi semiorganik dan anorganik per Musim Tanam dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Tabel 30.
Tabel 30. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Semiorganik dan Anorganik RpHaMT
No. Uraian
Usahatani Padi Semiorganik
Anorganik
1. Penerimaan
13 057 428.24 10 445 730.91
2. Total biaya tunai
9 674 713.78 9 230 571.61
3. Total biaya diperhitungkan
1 873 715.38 1 811 489.35
4. Biaya total 2+3
11 548 429.15 11 042 060.96
5. Pendapatan atas biaya tunai 1-2
3 382 714.46 1 215 159.30
6. Pendapatan atas biaya total 1-4
1 508 999.08 -596 330.05
7. RC ratio atas biaya tunai 12
1.35 1.13
8. RC ratio atas biaya total 14
1.13 0.95
Sumber: Data Diolah 2012
Berdasarkan Tabel 30, pendapatan atas total biaya tunai usahatani padi semiorganik menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari total
biaya tunai, sedangkan RC ratio atas total biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara finansial usahatani padi semiorganik
menguntungkan. Pendapatan atas biaya total usahatani padi semiorganik menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari biaya total,
sedangkan RC ratio atas biaya total menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara ekonomi usahatani padi semiorganik menguntungkan.
Pendapatan atas total biaya tunai usahatani padi anorganik menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari total biaya tunai, sedangkan RC
ratio atas total biaya tunai menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu atau secara finansial usahatani padi anorganik menguntungkan. Pendapatan atas biaya