usahatani padi anorganik tanpa bahan organik masing-masing sebesar urea 300 Kilogram per Hektar, TSP 50 Kilogram per Hektar, dan KCL 50 Kilogram per
Hektar. Standar penggunaan pupuk usahatani padi semiorganik adalah urea 280 Kilogram per Hektar dan TSP 50 Kilogram per Hektar.
Tabel 3. Rekomendasi Penggunaan Pupuk Propinsi Jawa Barat Kecamatan Cijeruk Tahun 2007
KgHa
Uraian Tanpa Bahan Organik
5 Ton jeramiHa
Urea 300
280 SP-36
50 50
KCL 50
Sumber: Dinas Pertanian Jawa Barat 2007
2.2.2. Perkembangan Pertanian Organik
Perkembangan pertanian organik di Indonesia terus mengalami peningkatan, termasuk permintaan ekspor. Hal ini dilihat dari meningkatnya
jumlah toko organik di Indonesia yang menjual beragam produk organik, seperti sayuran, daging, beras, dan produk perkebunan Sulaeman, 2007. Perkembangan
produksi dan permintaan padi organik di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Proyeksi Produksi dan Pasar Padi Organik di Indonesia Tahun 2005-2009
Kuintal Tahun
Produksi Kebutuhan Pasar
2005 550 300
550 300 2006
557 179 660 360
2007 563 865
792 432 2008
570 519 950 918
2009 577 080
1 141 102
Sumber: Sulaeman 2007
Berdasarkan Tabel 4, produksi padi organik di Indonesia terus mengalami peningkatan, meskipun tidak secara signifikan. Hal ini terlihat bahwa produksi
padi organik pada tahun 2005 sebesar 550 300 Kuintal dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 577 080 Kuintal. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa
produksi padi organik Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dikarenakan permintaan padi organik yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya belum diimbangi dengan peningkatan pada produksi padi organik. Menurut Sulaeman 2007, ada tiga permasalahan dalam pemasaran
produk organik yaitu dari segi supply, pemasaran, dan faktor eksternal. Permasalahan dari segi supply adalah terbatasnya jumlah supplier produk organik
di Indonesia, kurangnya pemahaman filosofi organik di kalangan petani, secara umum masih dikelola secara tradisional dan skala kecil, keaslian produk organik
dibutuhkan sertifikasi, supply tidak konsisten baik kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, penanganan pasca panen yang kurang baik, kurangnya kerjasama
antara supplier, serta kurangnya pengetahuan tentang produk organik. Permasalahan dari segi pemasaran yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman
konsumen tentang produk organik, penampilan produk dan packaging yang kurang menarik, harga lebih mahal, dan kurangnya promosi. Faktor eksternal yang
menjadi permasalahan adalah masuknya produk organik impor yang menjadi pesaing petani organik lokal.
2.3. Faktor Produksi