20 caricature plant accessions. D. bisaltide attack influences composition of plant
pigments, alkaloids, tannin, triterpenoid, flavonoids, steroid, glycosides, saponin; CN ratio, calcium, and cellulose of 13 accessions. Tannin, alkaloids, and glycosides
were produced constitutively, while triterpenoid, flavonoids, saponin, and steroid were produced inducible. There are significant correlation value between
anthocyanin, chlorophyll, and carotenoid; N and CN ratio; and also between triterpenoids and steroid.
Key words: phytochemical composition, morphology, caricature plant
3.2 Pendahuluan
Interaksi herbivora-tumbuhan umumnya bersifat antagonis, yakni tumbuhan berupaya mencegah herbivora datang dan mengkonsumsi bagian tubuh tumbuhan.
Schoonhoven et al. 1998 menyatakan mekanisme tersebut berupa morfologi dan kimiawi tumbuhan, atau dikenal dengan istilah resistensi. Van Zandt dan Agrawal
2004 menyatakan bahwa resistensi tanaman terhadap herbivora meliputi perubahan komposisi senyawa yang bersifat toksik dan antinutrisi bagi herbivora, serta
penampakan morfologi, seperti kekerasan daun, kerapatan trikoma, duri, dan bulu pada tumbuhan.
Senyawa toksik pada tumbuhan umumnya terkait dengan komposisi metabolit sekunder. Menurut Fraenkel 1969 metabolit sekunder merupakan
mekanisme resistensi utama pada tumbuhan. Lebih lanjut Fraenkel menyatakan bahwa komposisi kandungan metabolit sekunder menentukan tingkat penerimaan
spesies herbivora tertentu terhadap tanaman tertentu, termasuk serangga. Schwachtje dan Baldwin 2008 menyatakan bahwa metabolit primer juga berperan sebagai
antinutrisi bagi serangga. Oleh karena itu, identifikasi kandungan fitokimia tumbuhan yang berperan sebagai mekanisme resistensi terhadap serangan herbivora
sangat diperlukan. Banyak penelitian yang telah mengungkapkan beberapa jenis metabolit sekunder yang umum ditemui pada berbagai tanaman budidaya, di
antaranya alkaloid Adler et al. 2001; Anizewski 2007, saponin Papadopoulou et al.
1999; Saha et al. 2010, triterpenoid Tholl et al. 2004, steroid, flavonoid, tanin, dan glikosida Papadopoulou et al. 1999.
Rhoades 1979 menyatakan serangga spesialis umumnya lebih resisten terhadap senyawa toksik tanaman dibandingkan serangga generalis. Hal ini
21 dikarenakan adanya dual peranan metabolit sekunder tanaman, baik deterrent
ataupun stimulan, bagi serangga. Peranan tersebut bergantung pada spesialisasi serangganya. Panda dan Kush 1995; Schoonhoven et al. 2005; serta Alotaiba dan
Elsayed 2007 menyatakan bahwa metabolit sekunder umumnya bersifat deterrent bagi serangga generalis, namun justru merupakan stimulan bagi serangga spesialis.
Sebagai contoh, iridoid glikosida bersifat deterrent bagi Locusta migratoria Orthophtera: Acridae, tetapi senyawa ini merupakan stimulan bagi Euphydryas
editha Lepidoptera: Nymphalidae. Panda dan Kush 1995 menyatakan hal ini
dikarenakan serangga spesialis umumnya dapat mendetoksifikasi senyawa yang bersifat toksik.
Hasil penelitian Khumaida et al. 2008 pada 38 aksesi tanaman handeuleum menunjukkan bahwa 38 aksesi tersebut memiliki karakter morfologi yang serupa,
sedangkan kandungan saponin, tanin, alkaloid, glikosida, flavonoid, steroid, dan triterpenoid bervariasi. Tiga belas aksesi di antaranya memiliki kandungan fitokimia
tinggi. Secara teori, penerimaan serangga terhadap tanaman inangnya bergantung pada perbandingan komposisi senyawa kimia yang bersifat stimulan dan deterrent;
serta morfologi tanaman tersebut Panda dan Kush 1995; Schoonhoven et al. 2005. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis lebih lanjut terhadap beberapa
karakter morfologi serta kandungan fitokimia sebagai langkah identifikasi awal mekanisme resistensi 13 aksesi handeuleum terhadap Doleschallia bisaltide
Lepidoptera: Nymphalidae.
3.3 Tujuan