2.5.1 Resistensi langsung
Resistensi langsung merupakan sistem resistensi yang langsung berpengaruh terhadap herbivora. Sistem resistensi ini dilakukan tanaman dengan
memproduksi senyawa yang dapat mengganggu pencernaan harbivora. Sifat resistensi langsung dapat berupa morfologi, seperti lapisan lilin, duri, atau trikoma
sehingga mempersulit herbivora untuk mengkonsumsi bagian tertentu. Metode lainnya adalah dengan adanya getah pada batang atau daun sehingga hama
terperangkap di dalamnya Price 1997. Mekanisme resistensi lainnya adalah dengan memproduksi metabolit
sekunder. Umumnya senyawa metabolit sekunder nonvolatil bersifat deterrent bagi serangga. Produksi senyawa tersebut dapat bersifat konstitutif, namun
umumnya bersifat inducible, sehingga agar senyawa tersebut diproduksi diperlukan elicitor, seperti saliva herbivora D’Auria et al. 2002. Berdasarkan
penelitian, saliva herbivora banyak mengandung senyawa golongan konjugat asam lemak dan asam amino. Salah satu komponen saliva herbivora adalah
glucose oksidase. Glucose oksidase berperan mengubah gula glukosa sederhana menjadi asam gluconat dan hidrogen peroksida www.farmingfirst.org 2002;
GMO Compass 2008. Senyawa ini memberikan informasi kepada gen untuk mensintesis asam jasmonat. Asam jasmonat merupakan penanda bagi gen dalam
genom tanaman untuk mensintesis senyawa yang dapat menghidrolisis glucose oxidase
, sehingga tanaman dapat bertahan dari serangan herbivora. Senyawa metabolit sekunder digolongkan menjadi empat bagian, yaitu
nitrogen alkaloid, cyanogenic glycosides, dan glusinolate, terpenoid, fenolik, dan senyawa asetilenik Schoonhoven et al. 2005. Tanaman resisten biasanya
juga mengandung unsur kalsium dalam persentase tinggi. Unsur ini merupakan salah satu penyusun CaOx. Menurut Schwachtje dan Baldwin 2008 kadar CaOx
yang tinggi pada daun tanaman dapat menyebabkan mandibel herbivora menjadi tumpul. Selain itu, senyawa ini juga menurunkan efisiensi pencernaan makanan.
CaOx terdapat pada vakuola sel di sekitar jaringan pembuluh vaskular. Selain repellent dan deterrent, tanaman juga memiliki senyawa bersifat atraktan. Proporsi
senyawa yang bersifat atraktan dan repellent dalam tubuh tanaman akan sangat menentukan preferensi serangga terhadap tanaman tertentu Gambar 2.5.
G
2
m b
k b
h
2
a p
f t
p Gambar 2.5
2.5.2 Resist