Tanaman Handeuleum TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Handeuleum

Selain dikenal dengan nama handeuleum, Graptophyllum pictum L. Griff. Acanthaceae juga sering disebut daun ungu, demung, tulak, wungu Jawa; daun temen-temen Sunda, temen Bali; karotong Madura, daun putri, dongora Ambon; dan kobi-kobi Ternate Wibowo 2000. Tanaman ini termasuk perdu yang memiliki batang tegak berukuran kecil dengan tinggi tanaman mencapai 3 m. Daun handeuleum memiliki panjang 10-15 cm dengan bentuk bulat telur memanjang atau elips. Daun handeuleum juga memiliki permukaan yang tipis dan mengkilap serta bagian tepi daun yang cenderung rata. Duduk daun berhadapan- bersilangan. Batang handeuleum berbentuk segitiga tumpul berwarna ungu atau ungu kehijauan, dan berkayu ketika tua. Ciri khas handeuleum adalah kandungan senyawa vomifoliol pada daunnya BPOM 2004; Kristina dan Mardiningsih 2008. Bunga handeuleum berbentuk tabung berwarna ungu kemerahan. Bunga tersebut tersusun pada tandan bunga yang terdapat pada bagian terminal tanaman Sjamsudihajat et al. 1991. Buah handeuleum berbentuk kotak, lonjong, berwarna ungu kecokelatan, sedangkan bijinya berbentuk bulat dan berwarna putih Anonim 2008. Taksonomi tanaman handeuleum adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Asteridae Ordo : Scrophulariales Family : Acanthaceae Genus : Graptophyllum Species : Graptophyllum pictum Graptophyllum hortense Sumber : Anonim, www.plantamor.com 2008. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Khumaida et al. 2008 terhadap masyarakat Papua, Kepulauan Maluku, dan Jawa Barat, tanaman ini ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat. Keragaan tanaman handeuleum ditampilkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Keragaan handeuleum. Daun kiri dan bunga kanan aksesi 1. Sumber: Novita 2008 Handeuleum dapat tumbuh di tempat terbuka, beriklim kering dan lembab Kristina dan Mardiningsih 2008. Meskipun tanaman ini termasuk golongan xeriscape Wong 2008, hasil penelitian Sakya 2006 menunjukkan bahwa pemberian air 30 di bawah kapasitas lapang dapat menurunkan pertumbuhannya. Selain air, Djazuli dan Fathan 2000 melaporkan bahwa produktivitas tanaman tertinggi dicapai bila tanaman handeuleum diberi pupuk kandang dan dipangkas pada umur 2-4 Bulan Setelah Tanam BST. Tanaman handeuleum umumnya dikembangbiakkan menggunakan stek batang karena buah dan biji sulit terbentuk. Wibowo 2000 menyebutkan bahwa handeuleum mampu hidup pada ketinggian di bawah 800 mdpl. Semakin tinggi dataran tersebut, semakin ungu warna daun handeuleum. Hal ini dapat terjadi karena adanya peningkatan senyawa flavonoid yang dikandungnya. Tanaman handeuleum diduga berasal dari Papua Wibowo 2000; MBG 2008. Saat ini, tanaman ini telah tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia. Hasil eksplorasi yang dilakukan Khumaida et al. 2008 didapatkan 38 aksesi handeuleum yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia, 13 aksesi di antaranya memiliki kandungan bioaktif yang dapat digunakan sebagai obat dengan konsentrasi tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Baringbing dan Mardiningsih 2000 hama yang menyerang handeuleum meliputi Coccus Sp., Pseudococcus longispinus, Planococcus lilacinus, Valanga Sp., dan D. bisaltide. Serangga Doleschallia bisaltidae memiliki tingkat penyerangan paling tinggi dibandingkan kelima jenis serangga lainnya. Penurunan kualitas dan kuantitas hasil akibat serangan hama ini dapat mencapai 70. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara mengelola hama tersebut diperlukan untuk menghindari penurunan kualitas dan kuantitas hasil yang terjadi.

2.2 Khasiat Handeuleum Sebagai Tanaman Obat