67 Serangga uji merupakan hasil perbanyakan di rumah kaca. Telur awal
perbanyakan berasal dari percobaan preferensi peletakan telur periode Juni-Juli 2009. Larva instar I hingga instar II dipelihara dalam kotak pemeliharaan. Larva
instar III dipindahkan dalam kurungan kasa berbentuk silinder dengan ukuran 0.25 m
3
. Kurungan tersebut diletakkan dalam rumah kaca yang sama tempat pengujian aktivitas makan larva D. bisaltide dilaksanakan. Imago D. bisaltide yang keluar pada
hari yang sama kemudian dilepaskan ke dalam rumah kaca yang telah berisi tanaman handeuleum. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bias akibat perbedaan umur
serangga uji. Telur yang diletakkan imago kemudian dikumpulkan. Larva instar I yang menetas pada hari yang sama kemudian diinfestasikan pada 13 aksesi
handeuleum yang diujikan. Satu tanaman hanya diinfestasikan satu larva.
5.5.5 Uji Aktivitas Makan Larva D. bisaltide pada 13 Aksesi Tanaman
Handeuleum
Pengujian aktivitas makan larva D. bisaltide dilakukan dengan meletakkan larva instar I pada satu tanaman uji. Larva tersebut diamati setiap hari. Pengamatan
dihentikan bila larva telah menjadi pupa. Agar larva tidak berpindah ke tanaman lainnya, setiap tanaman dikurung menggunakan plastik mika yang bagian atasnya
ditutup dengan kain kassa. Seluruh daun tanaman digambar, baik sebelum dan setelah diberi perlakuan. Tanaman diganti bila daun tanaman hampir habis, agar
larva tidak mengalami fase puasa akibat tidak tersedianya pakan. Pemanenan daun setelah dikonsumsi dilakukan setiap larva berganti instar. Peubah yang diamati
meliputi lama hidup larva dan luas area daun total yang dimakan per larva selama waktu pengamatan.
Luas area daun total dihitung berdasarkan metode gravimetri, dengan prosedur sebagai berikut:
1. Seluruh daun satu tanaman digambar pada kertas milimeter blok merk Kanguru
2. Gambar daun dipotong, kemudian ditimbang
3. Sebagai kontrol, kertas dengan luas 580 cm
2
ditimbang 4.
Berat potongan gambar daun dibandingkan dengan berat kertas, menggunakan persamaan berikut:
68
Luas area daun total yang dikonsumsi dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Luas area daun yang dikonsumsi = Luas area daun total sebelum - setelah dikonsumsi
Kemudian dilakukan perhitungan persentase luas konsumsi terhadap luas daun total sebelum dikonsumsi, perhitungan dilakukan menggunakan persamaan:
persentase luas area konsumsi larva x
Keterangan: Luas area daun total konsumsi dan luas area seluruh daun tanaman merupakan luas daun pada masing-masing aksesi
5.5.6 Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan uji F pada taraf kesalahan 5. Bila hasil uji nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan metode Tukey. Selain analisis
tersebut, juga dilakukan uji korelasi antara aktivitas makan dengan karakter morfologi dan fitokimia tanaman handeuleum. Besar peranan karakter yang
berkorelasi erat dengan aktivitas makan dianalisis melalui sidik lintas. Berdasarkan luas area konsumsi larva, ditentukan kriteria resistensi setiap aksesi. Kriteria tersebut
dikelompokkan menggunakan boxplot Tabel 5.1. Tabel 5.1. Pengelompokan kriteria resistensi tanaman berdasarkan persentase
kerusakan. Luas kerusakan cm
2
Kriteria kerusakan relatif Kriteria resistensi relatif
x = 0 Tidak ada kerusakan
Imun 0 x
≤ 40.69 Kerusakan ringan
Sangat resisten 40.69 x
≤ 337.735 Kerusakan sedang
Resisten 337.735 x
≤ 535.765 Kerusakan agak berat
Moderat 535.765 x
≤ 832.81 Kerusakan berat
Pekarentan 832.81 x
Kerusakan sangat berat Sangat pekarentan
69
5.6 Hasil dan Pembahasan