Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air Contingent Valuation Method CVM

10 4. Ketenagaan; kebutuhan akan listrik menjadikan sumberdaya air sebagai alternatif energi Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA. 5. Industri; sektor industri membutuhkan air dalam proses produksi sebagai input maupun output produksi jumlah air yang dibutuhkan tergantung besarnya industri, misalnya melalui banyaknya produksi dan banyaknya tenaga kerja. 6. Lalu lintas air; kebutuhan air untuk transportasi merupakan kebutuhan air yang non-konsumtif. Sungai dan saluran dapat berpotensi menjadi prasarana transportasi yang penting pada beberapa tempat di Indonesia. Perhubungan melalui sungai yang relatif mudah dan murah turut memacu perkembangan ekonomi. 7. Rekreasi; kebutuhan air untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata relatif kecil tetapi memerlukan kuantitas dan kualitas tertentu juga harus diperhatikan keberlanjutan pantai maupun danau sebagai objek pariwisata.

2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air

Sumberdaya air sebagai salah satu sumberdaya strategis yang dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pertanian, industri, dan kebutuhan rumah tangga dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing pengguna air. Pengguna sumberdaya air juga disebut sebagai konsumen. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Beberapa karakteristik konsumen menurut Engel et al. 1994 dalam Nugroho 2006 sebagai berikut: 1 karakteristik demografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, pendapatan per bulan, dan tempat tinggal, dan 2 karakteristik psikografi merupakan karakteristik konsumen berdasarkan profil gaya hidup sebagian pengunjung. Hal tersebut dilakukan dengan mengadaptasi strategi pemasaran produk dan jasa yang bersangkutan sesuai dengan aktivitas, minat, dan opini konsumen. 11 Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Oleh karena itu, pemasar harus bisa memilih distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam keputusan untuk menerima sesuatu yang baru.

2.4 Contingent Valuation Method CVM

CVM atau metode valuasi kontingensi merupakan metode valuasi SDA dan lingkungan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat selaku konsumen tentang manfaat SDA dan lingkungan yang mereka rasakan. Teknik metode ini adalah dengan wawancara langsung terhadap responden yang memanfaatkan suatu SDA dan lingkungan yang dimaksud. Teknik ini diharapkan mampu menentukan preferensi masyarakat terhadap SDA dan lingkungan dan mengemukakan nilai WTP atau kesanggupan membayar masyarakat dalam bentuk nilai moneter. Metode valuasi kontingensi merupakan suatu metode yang memungkinkan untuk memperkirakan nilai ekonomi dari suatu komoditi yang tidak diperdagangkan dalam pasar non market value. Pada hakikatnya, tujuan dari CVM adalah: 1 WTP dari masyarakat terhadap perbaikan kualitas lingkungan air, udara, dan lain-lain dan 2 Willingness to Accept WTA kerusakan suatu lingkungan Fauzi 2006. WTP adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan atau penghindaran dari kerusakan lingkungan. Pengukuran dengan konsep WTP dapat menerjemahkan nilai suatu ekosistem ke dalam nilai moneter. Nilai WTP juga menggambarkan berapa besar kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan Hanley dan Spash 1993. Pengukuran WTP dapat diterima jika harus memenuhi syarat: 1 WTP tidak memiliki batas bawah 12 yang negatif, 2 batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan, dan 3 harus ada konsistensi antara keacakan pendugaan dan keacakan penghitungnya. CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan menanyakan kepada masyarakat mengenai berapa nilai maksimum yang sanggup diberikan kepada suatu barang dan jasa lingkungan agar fungsi dari barang dan jasa lingkungan tersebut tetap terjaga. Asumsi dari metode CVM adalah bahwa masyarakat atau individu memahami tentang pilihan mereka dan mengetahui kondisi lingkungan yang akan dinilai. Terdapat empat metode dalam penawaran besarnya nilai WTP atau WTA Hanley dan Spash 1993, yaitu: 1. Metode Tawar Menawar Bidding Game Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar atau menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal starting point. Jika “ya” maka besarnya nilai uang diturunkan atau dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati. 2. Metode Pertanyaan Terbuka Open-Ended Question Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan timbul bias titik awal. Kelemahan metode ini adalah kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar variasinya. 3. Metode Kartu Pembayaran Payment Card Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan untuk menerima. Dalam hal ini, responden tersebut dapat memilih nilai maksimal atau nilai minimal yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya, metode ini dikembangkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Untuk meningkatkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Kelebihan 13 metode ini adalah memberikan semacam stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik. 4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi Close-Ended Referendum Metode ini menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh kualitas lingkungan tertentu apakah responden mau menerima atau tidak sejumlah uang tersebut sebagai kompensasi atau diterimanya penurunan nilai kualitas lingkungan. Selanjutnya, beberapa tahap dalam penerapan CVM menurut Hanley dan Spash 1993, yaitu: 1. Membuat Pasar Hipotetik Setting Up the Hypotetical Market Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan pertanyaan mengenai nilai barang atau jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa lingkungan tersebut. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Obtaining Bids Setelah kuesioner selesai dibuat, maka dilakukan kegiatan pengambilan sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, dengan perantara telepon atau surat. 3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP Calculating Average WTP Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah nilai tengah median dan nilai rata-rata mean dari WTP tersebut. 4. Memperkirakan Kurva WTP Estimating Bid Curve Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan kualitas lingkungan. 14 5. Menjumlahkan Data Agregating Data Penjumlahan atau mengagregatkan data merupakan proses ketika rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluating the CVM Exercise Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik, berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang atau jasa lingkungan yang terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat mencakup semua aspek barang atau jasa lingkungan, dan lain- lain pertanyaan sejenis.

2.5 Analisis Regresi Berganda

Dokumen yang terkait

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria: Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat

0 24 181

Analisis balanced scorecard dalam strategi pengembangan produksi dan pemasaran beras organik pada kelompok tani Cibereum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan. Kota Bogor

0 26 101

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran talas di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat, kota Bogor

20 109 103

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Taraf Hidup Rumahtangga Petani: Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 6 177

Serasah agroedutourism sebagai sarana pelatihan dan pendampingan manajemen bidang pertanian di pondok pesantren mina 90 kelurahan mulyaharja, kecamatan bogor selatan, bogor

0 2 10

Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

5 40 91

Penilaian ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

2 7 99

Hubungan Tingkat Penggunaan Smartphone Pada Remaja Dengan Interaksi Dalam Keluarga (Kasus Remaja Di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

2 19 75

Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik Dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 3 190

LPSE Kota Bogor BA gagal Mulyaharja

0 0 1