8
3. Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam kekeringan dan banjir, sumberdaya air
dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum.
4. Kapasitas dan daya asimilasi dari bahan air. Zat cair memiliki daya larut untuk mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau pencemar tertentu selama
daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air mengarah kepada komoditas yang bersifat umum di mana setiap dapat menganggapnya
sebagai tempat membuang sampah.
5. Penggunaannya dapat dilakukan secara beruntun sequential use. Penggunaan secara beruntun dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan
beruntunnya penggunaan air selama perjalanan alirannya akan mengubah kualitas dan kuantitasnya sehingga sering menimbulkan eksternalitas.
6. Penggunaannya yang serbaguna multiple use. Dengan kegunaanya yang banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan
sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas.
7. Berbobot besar dan memakan tempat bulkiness. Apabila ditambah dengan biaya yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan
menjadikan sumberdaya air bersifat open access.
8. Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat masih mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas
anugerah Tuhan yang tidak patut dikomersilkan sehingga menjadi kendala dalam alokasinya pada sistem pasar.
Sumberdaya air yang bersifat barang umum memberi insentif pada pola pemanfaatan air yang berlebihan sehingga berdampak pada kelangkaan air. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pengembangan sistem penyediaan air bersih agar ketersediaan air bersih tetap terjaga.
2.2 Pemanfaatan Sumberdaya Air
Sumberdaya air yang ada di bumi pada umumnya bersifat barang umum. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memanfaatkan sumberdaya air
secara cuma-cuma untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup masing-masing. Pemanfaatan sumberdaya air yang intensif dan berlebih mengakibatkan
9
berkurangnya kuantitas dan kualitas air yang berdampak pada kelangkaan air. Pada saat sumberdaya air semakin sulit didapat maka seharusnya sumberdaya air
dibayar dengan harga yang mahal oleh karena itu sumberdaya air setidaknya dikelola dengan baik dan efisien dalam pemanfaatanya.
Menurut Wiyono 2007 bahwa perlu pemikiran lebih lanjut bagaimana penggunaan sumberdaya air agar lebih efisien. Salah satu cara yang dilakukan
adalah pendekatan orientasi kebutuhan demand oriented yang memperhatikan kebutuhan nyata akan air yang dapat diukur dari kerelaan pemakai air untuk
membayar. Pendekatan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Memaksa pemberi air untuk memproduksi air secara efisien, sebab jika tidak
pemakai akan menolak untuk membayar. 2. Menumbuhkan kesadaran kepada pemakai air bahwa air itu mempunyai harga
dan mereka harus membayar. Beberapa sebab mengapa para pengelola air pada setiap tingkat baik pada
tingkat nasional, propinsi, dan daerah harus mengendalikan kebutuhan air antara lain: 1 penggunaan air selalu meningkat sedangkan sumberdaya air terbatas; 2
sumberdaya air mudah rusak atau tercemar baik secara kualitas maupun kuantitas; 3 biaya untuk mengembangkan sumberdaya air selalu meningkat; 4
keterbatasan dana sebagai kendala investasi; 5 kekurangan air telah terjadi di seluruh dunia; dan 6 terbatasnya pengembangan sumberdaya air yang tidak
mempengaruhi lingkungan Sanim 2011.
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dapat dilihat bahwa prioritas pemanfaatan air adalah:
1. Air minum kebutuhan rumah tangga dan perkotaan disebut juga air baku, air
bersih, atau air minum. Tingkat konsumsi air tergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang searah dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
2. Pertanian; sumberdaya air yang dibutuhkan dalam lingkup pertanian seperti kebutuhan air pada musim tanam, kualitas air, dan kelembagaan petani
pemakai air.
3. Perikanan; pemanfaatan sumberdaya air untuk kegiatan perikanan air tawar, air payau, dan perikanan di danau dan waduk.
10
4. Ketenagaan; kebutuhan akan listrik menjadikan sumberdaya air sebagai alternatif energi Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA.
5. Industri; sektor industri membutuhkan air dalam proses produksi sebagai input maupun output produksi jumlah air yang dibutuhkan tergantung
besarnya industri, misalnya melalui banyaknya produksi dan banyaknya tenaga kerja.
6. Lalu lintas air; kebutuhan air untuk transportasi merupakan kebutuhan air yang non-konsumtif. Sungai dan saluran dapat berpotensi menjadi prasarana
transportasi yang penting pada beberapa tempat di Indonesia. Perhubungan melalui sungai yang relatif mudah dan murah turut memacu perkembangan
ekonomi.
7. Rekreasi; kebutuhan air untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata relatif kecil tetapi memerlukan kuantitas dan kualitas tertentu juga harus diperhatikan
keberlanjutan pantai maupun danau sebagai objek pariwisata.
2.3 Karakteristik Pengguna Sumberdaya Air