Latar Belakang Analisis Ekonomi Pemanfaatan dan Pengembangan Sumberdaya Air (Studi Kasus: Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah sumberdaya alam utama yang penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Pasal 4 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air menyatakan bahwa, sumberdaya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Jelas bahwa masalah kelangkaan sumberdaya air baik dari sisi kuantitas maupun kualitas dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, sosial maupun ekonomi. Pada dasarnya sumberdaya air dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kegiatan konsumsi, sanitasi, rekreasi, dan lain sebagainya. Selain sebagai kebutuhan dasar air diperlukan sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi, pertanian, pariwisata, dan industri. Berdasarkan keseluruhan air yang ada di bumi sebagian besar berada di laut yaitu sebesar 97 persen dan air tawar hanya 3 persen. Air tawar yang relatif sedikit sebagian besar berada di kutub sebagai es yaitu sebesar 75 persen, sedangkan air yang berada di sungai, danau, dan air tanah adalah 25 persen, yang terbagi atas air permukaan yang hanya 1,2 persen dan air tanah sebesar 98 persen Wiyono 2007. Air tanah merupakan komponen dari suatu siklus hidrologi hydrology cycle yang meliputi berbagai aspek biologi, geologi, dan fisika yang sangat menentukan ketersediaan air tanah disuatu daerah. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari peredaran air di permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan atmosfir, baik dalam bentuk uap air maupun bentuk cair Wiyono 2007. Air merupakan hak asasi manusia hal ini dipertegas pada Pasal 5 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air yang menyatakan bahwa, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air sebagai kebutuhan pokok minimal sehari- hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Inti dari undang-undang tersebut adalah bahwa setiap manusia di muka bumi memiliki hak dasar yang sama dalam pemanfaatan dan akses sumberdaya air. Air merupakan barang publik public goods sehingga memberikan insentif bagi setiap individu untuk memanfaatkannya secara berlebihan yang akan berdampak pada kelangkaan sumberdaya air. Pola pemanfaatan air secara intensif 2 dan berlebihan menimbulkan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air. Masalah air yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia disebabkan oleh tingginya pertumbuhan penduduk, sementara sumberdaya air yang dapat diperbaharui tidak mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan kebutuhan air meningkat melebihi ketersediaanya sehingga dalam jangka panjang air dengan cepat menjadi sumberdaya yang semakin langka. Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,2 persen per tahun, sehingga pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 250 juta orang yang tinggal di Indonesia. Tingkat urbanisasi di Indonesia diproyeksikan akan mencapai 68 persen pada tahun 2025 dan empat propinsi di Jawa tingkat urbanisasinya akan mencapai di atas 80 persen, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Banten. Hal ini menunjukan bahwa tingkat urbanisasi di propinsi Pulau Jawa sudah lebih tinggi dari Indonesia secara total 1 . Tingginya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan lahan semakin besar untuk tempat tinggal, khususnya di kota besar seperti Kota Bogor. Akibatnya daerah resapan air yang mempengaruhi sumberdaya air tanah menjadi semakin berkurang luasnya. Selain itu, jumlah kebutuhan akan air bersih oleh masyarakat tidak semuanya disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum PDAM selaku public service sehingga masyarakat memanfaatkan air tanah sebagai alternatif penyediaan air bersih untuk kebutuhannya sehari-hari. Meningkatnya aktivitas rumah tangga dan pembangunan di perkotaan tidak hanya berdampak pada pola pemanfaatan air tanah secara berlebihan tetapi juga memberikan dampak negatif terhadap kondisi air tanah yang dicirikan dengan turunnya permukaan air tanah, kuantitas maupun kualitasnya. Kelurahan Mulyaharja merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, dengan luas wilayah 4,79 km². Kelurahan Mulyaharja memiliki jumlah penduduk terbanyak dari 16 kelurahan lainnya yaitu 18.739 jiwa dan kepadatan penduduknya 3.912 jiwakm². Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk di Kecamatan Bogor Selatan dapat dilihat pada Tabel 1. 1 http:www.datastatistik-indonesia.comcontentview923939 diakses pada tanggal 23 April 2012. 3 Tabel 1 Luas kelurahan, jumlah penduduk, dan kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Selatan Tahun 2011 No. Kelurahan Luas km² Jumlah penduduk jiwa Kepadatan jiwakm² 1 Mulyaharja 4,79 18.739 3.912 2 Pamoyanan 2,45 13.605 5.553 3 Ranggamekar 1,48 13.374 9.036 4 Genteng 1,73 7.814 4.517 5 Kertamaya 3,60 5.721 1.589 6 Rancamaya 2,00 6.395 3.198 7 Bojongkerta 2,76 9.162 3.320 8 Harjasari 1,49 14.295 9.594 9 Muarasari 1,54 9.931 6.449 10 Pakuan 1,04 5.676 5.458 11 Cipaku 1,74 12.925 7.428 12 Lawanggintung 0,61 7.687 12.602 13 Batutulis 0,66 10.315 15.629 14 Bondongan 0,68 13.486 19.832 15 Empang 0,79 17.270 21.861 16 Cikaret 3,45 17.941 5.200 Jumlah 30,81 168.793 135.178 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2011 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kelurahan Mulyaharja merupakan kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dan luas lahan terbesar. Menurut BPS Kota Bogor 2011, jumlah Kepala Keluarga KK di Kelurahan Mulyaharja yang belum mendapatkan layanan PDAM berjumlah 3.385 KK dari jumlah total 4.446 KK yang berdomisili di kelurahan tersebut. Data ini menunjukan bahwa masih banyak jumlah rumah tangga yang belum mendapatkan layanan air bersih dari PDAM. Kurangnya penyediaan air minum oleh PDAM berimplikasi pada penggunaan air tanah secara tidak terkendali, baik oleh masyarakat maupun perumahan. Kelurahan Mulyaharja merupakan kelurahan yang strategis. Letaknya berada di bawah kaki Gunung Salak dengan pemandangan dan udara yang sejuk menjadikan wilayah ini memiliki nilai ekonomi tinggi bagi pihak pengembang bisnis properti. Oleh karena itu, pihak pengembang secara besar-besaran mengkonversi lahan di wilayah tersebut. Dampak perubahan tersebut dirasakan oleh warga masyarakat Kampung Cibereum Sunting yang tinggal berbatasan langsung dengan perumahan tersebut. Adanya pengembangan perumahan maka 4 timbul persaingan antara pihak perumahan dan masyarakat setempat dalam memanfaatkan air. Masyarakat Kampung Cibereum Sunting saat ini telah mengalami kelangkaan sumberdaya air khususnya air tanah. Debit pasokan air tanah mengalami penurunan bahkan habis pada saat musim kemarau. Keadaan tersebut merupakan dampak dari adanya aktivitas pembangunan beberapa perumahan di sekitar wilayah Kampung Cibereum Sunting yang turut memanfaatkan air tanah untuk kebutuhannya. Sumberdaya air sebagai jasa lingkungan memiliki keterbatasan dalam hal kuantitas dan kualitasnya. Pemanfaatan yang berlebihan dan pengelolaan sumberdaya air yang kurang bijak pada akhirnya akan menjadikan air sebagai barang yang langka. Kelangkaan air di Kampung Cibereum Sunting seharusnya mengubah pandangan masyarakat setempat bahwa air bukan lagi sebagai barang murah melainkan barang yang memiliki nilai ekonomi intrinsik intrinsic value yang didasarkan pada asumsi adanya keterbatasan dan kelangkaan. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dikelola, dikembangkan, dan dimanfaatkan secara lestari sehingga keberlanjutan dari pemanfaatan sumberdaya air tetap terjaga dengan baik.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria: Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat

0 24 181

Analisis balanced scorecard dalam strategi pengembangan produksi dan pemasaran beras organik pada kelompok tani Cibereum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan. Kota Bogor

0 26 101

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran talas di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat, kota Bogor

20 109 103

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Taraf Hidup Rumahtangga Petani: Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 6 177

Serasah agroedutourism sebagai sarana pelatihan dan pendampingan manajemen bidang pertanian di pondok pesantren mina 90 kelurahan mulyaharja, kecamatan bogor selatan, bogor

0 2 10

Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

5 40 91

Penilaian ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

2 7 99

Hubungan Tingkat Penggunaan Smartphone Pada Remaja Dengan Interaksi Dalam Keluarga (Kasus Remaja Di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

2 19 75

Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik Dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 3 190

LPSE Kota Bogor BA gagal Mulyaharja

0 0 1