Metode Pengambilan Sampel Batasan Penelitian

26 Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai besarnya nilai WTP masyarakat untuk tetap memperoleh manfaat sumberdaya air dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Data sekunder yang diperlukan meliputi kondisi geografis, lokasi penelitian, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan data harga bahan bangunan. Data ini diperoleh dari kantor Kelurahan Mulyaharja dan Kecamatan Bogor Selatan, Badan Pusat Statistik BPS Kota Bogor, dan Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air Kota Bogor. Jenis dan sumber data dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan sumber data Jenis data Teknik pengambilan data Data yang dibutuhkan Sumber data Primer - Wawancara - Pengisian kuesioner - Survei lapang - Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga - Jumlah pengguna air dalam rumah tangga - Tingkat pendidikan - Usia - Penghasilan - Jenis pekerjaan - Biaya investasi dan - Penerimaan pengembangan sumberdaya air. Masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor Sekunder Wawancara - Demografi - Geografis - Sosial ekonomi - Harga bahan bangunan - BPS Kota Bogor - Kantor Kecamatan Bogor Selatan - Kantor Kelurahan Mulyaharja - Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air

4.4 Metode Pengambilan Sampel

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner yang sudah disiapkan peneliti. Kuesioner ditujukan kepada rumah tangga pengguna sumberdaya air yang berdomisili di Kampung Cibereum Sunting. Sampel yang diambil adalah Kepala Keluarga KK dalam 27 rumah tangga atau orang yang berperan dalam rumah tangga yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling secara sengaja berjumlah 40 responden dari total populasi sebanyak 390 KK. Penentuan jumlah responden tersebut ditetapkan penulis mengacu pada Walpole 1997 yang menyatakan bahwa jumlah 30 responden sudah dapat mewakili populasi karena bila ukuran contohnya lebih besar atau sama dengan 30 responden penarikan contoh tersebut dapat menjamin hasil yang dapat mewakili populasinya.

4.5 Metode Analisis Data

Metode analisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting. Sebaliknya data kuantitatif diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Minitab untuk mengestimasi nilai WTP, menganalisis regresi, dan menganalisis kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Metode analisis data No. Tujuan Data yang diperlukan Sumber data Metode 1 Mengkaji karakteristik masyarakat pengguna air Usia, pendidikan, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air Masyarakat pengguna sumberdaya air Analisis deskriptif 2 Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap ketersediaan air bersih Biaya yang bersedia dikeluarkan masyarakat untuk memperoleh air bersih Masyarakat pengguna sumberdaya air Contingent Valuation Method CVM 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat Usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air Masyarakat pengguna sumberdaya air Ekonometri ka analisis regresi berganda 4 Mengkaji kelayakan pengembangan penampungan sumberdaya air bersih Data Rencana Anggaran Biaya RAB pengembangan penampungan sumberdaya air bersih Toko bangunan dan Dinas Binamarga Kota Bogor Analisis kriteria kelayakan investasi 28

4.5.1 Analisis Deskriptif

Menurut Marzuki 2009, analisis deskriptif merupakan teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis, kemudian menarik inferensi yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi. Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang kaku, selain itu agar penelitian dapat memberikan kesimpulan yang menarik. Analisis deskriptif dalam penelitian digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

4.5.2 Analisis WTP Responden terhadap Jasa Lingkungan

WTP atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar ataupun mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai degan kondisi yang diinginkan. Tahap-tahap untuk menentukan WTP dalam penelitian ini meliputi: 1. Membuat Pasar Hipotetik Setting Up the Hypotetical Market Pasar hipotetik dibentuk atas dasar terjadinya kelangkaan sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Adanya pembangunan perumahan turut memperparah kelangkaan air tanah Kampung Cibereum Sunting. Jalan keluar dari masalah ini adalah menggunakan salah satu instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk upaya konservasi. Pasar hipotetik dibuat dalam bentuk skenario sebagai berikut: Pasar Hipotetik : “Selama ini masyarakat Kampung Cibereum Sunting bergantung pada air tanah sebagai salah satu sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Pada saat ini maupun masa yang akan datang diketahui bahwa akan terjadi penurunan kuantitas air tanah karena berbagai penyebab antara lain: pertumbuhan penduduk dan perumahan di Kampung Cibereum Sunting 29 serta curah hujan yang tidak menentu. Terkait masalah tersebut, apakah masyarakat bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan melalui pengadaan pengembangan sumberdaya air untuk mengatasi kelangkaan air pada saat musim kemarau”. Skenario ini diharapkan mampu membuat masyarakat mengetahui gambaran pasar hipotetik dan apakah masyarakat bersedia membayar sejumlah nominal uang untuk memperbaiki jasa lingkungan tersebut. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya WTP Obtaining Bids Pada tahap ini dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden apakah mereka mau membayar atau tidak sejumlah uang tertentu untuk memperoleh perbaikan jasa lingkungan. Metode ini lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai WTP dalam penelitian ini adalah model referendum atau discrete choice dichotomous choice, responden diberi satu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau tidak. Salah satu model CVM yang paling umum digunakan adalah dikotomous. Pendekatan ini merupakan alternatif terbaik untuk menjawab defisiensi pendekatan Contingent Valuation yang didasarkan pada pertanyaan terbuka maupun bidding games Fauzi 2006. 3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP Calculating Average WTP Tahap ini diduga dengan melakukan nilai rata-rata yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Keterangan: = Dugaan rataan WTP = Nilai WTP ke- i = Frekuensi relatif = Jumlah responden = Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan 30 4. Memperkirakan Kurva WTP Estimating Bid Curve Pendugaan kurva akan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Keterangan: = Nilai WTP masyarakat pengguna air Rp per m³ = Usia masyarakat pengguna air tahun = Penghasilan masyarakat pengguna air Rp per bulan = Jumlah kebutuhan air m³hariKK = Jumlah pengguna air orang per KK 5. Menjumlahkan Data Agregating Data Setelah menduga nilai tengah WTP maka dapat diduga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus: Keterangan: = Total WTP = WTP individu sampel ke-i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP = Jumlah sampel = Jumlah populasi = Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluating the CVM Exercise Tahap ini merupakan penilaian apakah penggunaan CVM telah berhasil atau tidak. Keberhasilan dalam pengaplikasian CVM bergantung pada seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, seberapa baik pasar hipotetik yang digunakan. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTP. Uji yang dilakukan adalah dengan melihat nilai R² dari model OLS WTP. 31

4.5.3 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Responden

Model regresi berganda merupakan pengembangan dari model regresi linear sederhana dengan satu peubah bebas. Pada model regresi berganda multiple regression model Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas XІ, XЇ, XЈ, ………, X k dan komponen sisaan error. Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP pengguna sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Persamaan regresi berganda nilai WTP dalam penelitian ini sebagai berikut: Keterangan: = Nilai WTP masyarakat pengguna air Rp per m³ = Intercept = Koefisien regresi U = Usia masyarakat pengguna air tahun P = Penghasilan rumah tangga Rp per bulan JKA = Jumlah kebutuhan air m³hariKK JPA = Jumlah pengguna air orang per KK = Galat atau error Variabel-variabel di atas ditentukan dan dipilih berdasarkan teori-tori ekonomi yang berlaku dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya WTP bagi penerima manfaat sumberdaya air meliputi: usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air.

4.5.4 Analisis Kelayakan Pengembangan Penampungan Sumberdaya Air Bersih

Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan pemulihannya sulit dilakukan. Dalam rangka mengatasi masalah kelangkaan air pada saat musim kemarau perlu diupayakan penyimpanan air sebesar-besarnya pada musim hujan dengan bangunan-bangunan penampung air yang kemudian dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. 32 Pengembangan prasarana air bersih bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan. Rencana pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor adalah embung kecil. Konsep dasar pengembangan tersebut adalah mensuplai air bersih secara berkesinambungan untuk masyarakat. Pengembangan sumberdaya air akan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: 1. Daya dukung sumberdaya air. 2. Kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat. 3. Kemampuan pembayaran. 4. Kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumberdaya air. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih diawali dengan merangkum kebutuhan masyarakat untuk dirumuskan menjadi tujuan dari penelitian. Sumberdaya air yang tersedia dalam embung kecil dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Pengembangan tersebut dilakukan dengan membangun penampungan air beserta kelengkapannya dalam rangka pemanfaatan sumberdaya air yang selanjutnya disebut sebagai proyek pengembangan sumberdaya air di Kampung Cibereum Sunting. Salah satu analisis penting yang harus dilakukan adalah analisis benefit-cost yang hasilnya dapat digunakan untuk mengukur kelayakan dari suatu rencana atau skenario pengembangan penampungan sumberdaya air bersih dari sudut pandang finansial dan ekonomi. Data-data penerimaan dan pengeluaran terkait pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang diambil dari masyarakat diolah melalui cash flow. Manfaat dan biaya dihitung dengan di- discount factor yang telah memperhitungkan nilai waktu uang time value of money selama umur proyek. Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah NPV, Net BC, dan IRR. 1 Net Present Value NPV merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang arus biaya. NPV juga merupakan penjumlahan nilai sekarang dari manfaat bersih tambahan selama umur proyek. Secara matematis nilai NPV dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 33 Keterangan: = Manfaat pada tahun ke-t = Biaya pada tahun ke-t = Discount factor = Tahun 1, 2, 3, …….., n = Umur proyek NPV ≥ 0, pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak untuk dibangun, sebaliknya NPV ≤ 0, maka pengembangan tersebut tidak layak. 2 Net Benefit-Cost Ratio Net BC merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Secara matematis Net BC dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t = Tahun = Discount rate = Umur proyek Proyek layak dilaksanakan jika nilai Net BC ≥ 1, artinya manfaat yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, nilai Net BC ≤ 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. 3 Internal Rate of Return IRR adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV sama dengan nol. Secara matematis nilai IRR dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 34 Keterangan: = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif = NPV positif = NPV negatif = Selisih i Jika IRR ≥ tingkat diskonto, maka pengembangan penampungan sumberdaya air bersih layak dibangun, sebaliknya, IRR ≤ tingkat diskonto, maka pengembangan penampungan sumberdaya air bersih tidak layak untuk dibangun.

4.5.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas yang dilakukan adalah sensitivitas pada input dan ouput proyek pengembangan penampungan sumberdaya air bersih. Pendekatan sensitivitas tersebut digunakan untuk menghitung sejauh mana kriteria investasi menjadi tidak layak jika terjadi perubahan pada jumlah debit air dan perubahan tarif dasar listrik. Sensitivitas jumlah debit air dihitung berdasarkan jumlah minimum debit air penampungan yang menghasilkan kriteria investasi menjadi tidak layak. Selanjutnya, sensitivitas listrik berdasarkan persentase kenaikan tarif dasar listrik tertinggi oleh PT. Perusahan Listrik Negara PLN.

4.6 Batasan Penelitian

1. Sumberdaya air tanah adalah sumberdaya air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. 2. Lokasi penelitian terletak di Kampung Cibereum Sunting RW 07, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. 35 3. Responden adalah kepala keluarga yang menerima dampak kelangkaan air pada saat musim kemarau, berusia produktif, sudah bekerja, memiliki tanggungan, dan berdomisili di Kampung Cibereum Sunting. 4. Karakteristik pengguna air yang digunakan dalam penelitian adalah usia, penghasilan, jumlah kebutuhan air, dan jumlah pengguna air dalam rumah tangga responden. 5. CVM merupakan metode untuk mengetahui keinginan masyarakat membayar sumberdaya air sedangkan WTP merupakan alat analisisnya. 6. Pengembangan penampungan sumberdaya air bersih yang akan dilakukan di Kampung Cibereum Sunting adalah embung kecil. Pemilihan embung kecil didasarkan pada kesesuaian jumlah populasi penduduk setempat, kondisi geografi dan potensi sumberdaya air, biaya konstruksi bangunan, serta kebutuhan akan jumlah air bersih. 7. Umur proyek adalah umur teknis yang diterapkan terhadap konstruksi bangunan embung kecil. Umur teknis pengembangan penampungan sumberdaya air bersih di Kampung Cibereum Sunting adalah lima tahun. 8. Harga air bersih yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi pengembangan sumberdaya air adalah harga finansial dan harga ekonomi. 9. Harga finansial air bersih adalah harga air bersih PDAM Kota Bogor berdasarkan kategori pelanggan Rumah Tangga Sangat Sederhana RTSS sebesar Rp 1.700 per m³. 10. Harga ekonomi air bersih adalah harga yang diperoleh berdasarkan kemampuan membayar nilai rataan WTP masyarakat pengguna air di Kampung Cibereum Sunting sebesar Rp 149,05 per m³. 11. Kriteria kelayakan finansial dan ekonomi yang digunakan adalah NPV, Net BC, dan IRR. V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Kondisi Geografis Kelurahan Mulyaharja

Dokumen yang terkait

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria: Kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat

0 24 181

Analisis balanced scorecard dalam strategi pengembangan produksi dan pemasaran beras organik pada kelompok tani Cibereum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan. Kota Bogor

0 26 101

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran talas di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat, kota Bogor

20 109 103

Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Taraf Hidup Rumahtangga Petani: Kasus Pembangunan Perumahan X di Kampung Cibeureum Sunting dan Kampung Pabuaran, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

1 6 177

Serasah agroedutourism sebagai sarana pelatihan dan pendampingan manajemen bidang pertanian di pondok pesantren mina 90 kelurahan mulyaharja, kecamatan bogor selatan, bogor

0 2 10

Analisis Dampak Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian terhadap Pendapatan Petani di Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor.

5 40 91

Penilaian ekonomi Situ Gede, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor

2 7 99

Hubungan Tingkat Penggunaan Smartphone Pada Remaja Dengan Interaksi Dalam Keluarga (Kasus Remaja Di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)

2 19 75

Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik Dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 3 190

LPSE Kota Bogor BA gagal Mulyaharja

0 0 1