Etika komunikasi Santri dengan Ustadzahnya dalam kitab Al Akhlaq
مأ ,اًدبأ يمج ىسْنت ضْغت نإف : َ ْخِْا ةدس لْا ةذمْ تلآ
ْيدلا ىلإ لذ ىكتْست , تذ تْسأ تْبدأذإ
Sebagai seorang murid ketika mereka berada di lingkungan sekolah mereka harus patuh dan hormat kepada gurunya. Karena secara tidak langsung seorang
guru telah menggantikan peran orang tua mereka selama di sekolah, dimana seorang guru berperan tidak hanya mengajar saja, akan tetapi sekaligus menjadi
seorang pendidik yang akan menyayangi, membimbing dan mengayomi seoarang murid.
Apalagi seorang santri yang posisinya mereka benar-benar di titipkan dan di lepaskan oleh orangtuanya untuk menuntut ilmu selama dia sekolah di sebuah
pondok pesantren. Mereka harus tinggal secara mandiri dan secara tidak langsung guruustadzahlah yang menggantikan peran orang tua selama santri berada
dipondok pesantren.oleh karena itu seoarng santri di tuntut untuk menghormati dan mematuhi apapun yang diperintahkan oleh ustadzahnya. Namun seorang
santri tidak bisa seenaknya bersikap, akan tetapi harus ada sopan santun selama berhubungan atau berinteraksi. Adapun sopan santun seorang santri atau murid
terhadap gurunya dalam kitab al akhlaq lil banat.akan di bahas dibawah ini :
Sopan santun Siswi terhadap Gurunya 1.
Sesungguhnya engkau mencintai ayah dan ibumu, karena keduanya mendidikmu di rumah. Maka cintailah ibu gurumu, karena ia
mendidikmu di sekolah. Ia mendidik akhlakmu dan mengajarimu ilmu yang berguna bagimu serta menasihatimu dengan nasihat-nasihat yang
bermanfaat. Ia sangat mencintaimu dan berharap agar engkau menjadi seorang anak yang pandai dan baik budi pekertinya.
2. Hormatilah ibu gurumu sebagaimana engkau menghormati kedua
orang tuamu, dengan duduk sopan di depannya dan berbicara kepadanya dengan penuh hormat. Apa bila ia berbicara, maka
janganlah memutuskan pembicaraannya, tetapi tunggulah hingga ia selesai darinya. Dengarkanlah pelajaran-pelajaran yang diberikannya.
Apabila engkau tidak memahami sesuatu masalah, maka tanyakanlah kepada ibu gurumu tentang itu dengan lemah lembut dan hormat.
Pertama-tama acungkan jari telunjukmu yang kanan sampai ia mengizinkan engkau bertanya. Janganlah enkau bertanya kecuali
tentang isi pelajaran. Jika ia bertanya kepadamu tentang sesuatu, maka berdirilah dan jawablah pertanyaan dengan baik. Hendaklah engakau
menjawab dengan baik. Hendaklah engkau menjawab dengan suara keras dan sesuai dengan pertanyaan, janganlah engkau menjawab jika
ia bertanya kepada anak lain, ini tidak sopan. 3.
Apabila engkau ingin dicintai ibu gurumu, maka lakukanlah kewajiban-kewajibanmu. Yaitu engkau selalu hadir setiap hari pada
waktu yang telah ditentukan. Maka jangan absen tidak masuk dari sekolah dan jangan terlambat masuk kecuali karena alsan yang benar.
Hendaklah engkau segera memasuki kelas setelah istirahat dan jangan suka terlambat. Apanila ibu guru menegurmu, janganlah
engkau beralasan di hadapannya dengan alasan-alasan yang tidak benar. Hendaklah engkau memahami seluruh pelajaranmu dan selalu
menghafal serta mempelajarinya. Engkau perhatikan buku-buku dan alat-alatmu, dan menertibkannya. Hendaklah engkau tunduk kepada
perintah-perintah ibu guru dari lubuk hatimu, bukan karena takut hukuman.
Janganlah marah, jika ia menghukummu, karena ia tidak menghukummu kecuali agar engkau melaksanakan kewajiban-
kewajiban. Hal itu mendatangkan manfaat bagimu dan engkau akan berterima kasih kepadanya atas hal itu kelak jika engkau sudah besar.
4. Tidaklah diragukan bahwa meskipun ibu gurumu menghukummu, ia
tetap mencintaimu dan berharap bahwa hukuman ini akan berguna bagimu. Oleh karena itu berterima kasihlah kepadanya atas
keikhlasannya dalam mendidikmu dan jangan melupakan kebaikannya selama-lamanya. Adapun murid yang buruk akhlaknya, maka ia pun
akan marah bila dihukum oleh ibu gurunya dan mengadukan hal itu kepada ayah dan ibunya.
6
6
Al ustadz Umar bin Achmad Baradja, Bimbingan Akhlak Bagi Putri-Putri Anda, Yayasan Perguruan Islam Al Ustadz Umar Baradja:Surabaya, 1992, hal.63-65
73
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA A.
Implementasi etika komunikasi dari kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam berkomunikasi antara santri dengan ustadzah di pondok pesantren
al Washilah Jakarta
Komunikasi tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, semua orang pasti berkomunikasi setiap harinya. Begitupun dalam kehidupan sehari-hari seorarng
santri di dalam pondok pesantren, dari bangun tidur sampai tidur lagi selama 24 jam mereka selalu berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-teman dan
ustadzahnya guru. Akan tetapi mereka tidak bisa sembarangan dan seenaknya ketika berkomunikasi dengan teman dan ustadzah, apalagi bagi seoarang santri
yang berada di pondok pesantren yang pastinya di pondok pesantren memiliki berbagai aturan dan etika yang harus diikuti oleh seoarng santri. Semua pondok
pesantren pasti memiliki berbagai aturan yang beragam agar santrinya bersikap tertib, sopan, berakhlak mulia dan menjadi pribadi yang lebih baik untuk
kedepannya.
Namun pondok pesantren al Washilah dalam menggunakan aturan atau etika berkomunikasi yang diterapkan kepada anak santrinya yaitu merujuk kepada kitab
Al Akhlak Lil Banat, mereka menganggap sikap yang baik seoarang santri itu apabila sudah sesuai dengan apa yang disampaikan oleh ustadzahnya dari kitab Al
Akhlak Lil Banat tersebut.
Jika ada satu tindakan yang buruk dilakukan maka tidak terlalu diukur dari akibatnya, namun akan dilihat dari sifat yang dihasilkannya, sehingga itu kembali
pada diri sendiri. Seorang santri yang berbicara dengan nada keras ketika berbicara dengan ustadzahnya maka itu disebut tidak sopan, akibat dari tindakan
ini tidak akan dipermasalahkan, akan tetapi seorang guru hanya akan kecewa kenapa dia berbuat seperti itu, dan yang akan dipermasalahkan adalah berarti
selama ia belajar tentang aturan-aturan menghormati guru tidak dia amalkan.
Peraturan dan tindakan ini menjadi kewajiban moral yang harus dipatuhi.
Tindakan dan aturan tersebut dirumuskan pada waktu dan tempat tertentu, dan peraturan ini tidak bersifat peraturan umum. Peraturan ini diterapkan hanya
untuk para santri yang berada dipondok pesantren al Washilah saja, tidak untuk santri yang lain. Namun aturan tentang kaidah dan moral tindakan baik dan buruk
itu diukur dari aturan yang berlaku secara universal, dan bersifat mutlak yaitu aturan yang ada di Agama Islam.
Adapun etika komunikasi antara santri dengan ustadzahnya di pondok pesantren al Washilah Jakarta Barat yaitu :