Kaitan Etika dengan Komunikasi

Perspektif-perspektif lain tentang etika komunikasi mungkin punya pandangan-pandangan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan budaya antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain jelas memperumit penilaian atas etika komunikasi. Apa yang dianggap kebohongan dalam suatu budaya mungkin dianggap sopan santun dalam budaya lainnya. 31 Etika tidak diakui secara global atau menyeluruh, etika memang tidak hadir begitu saja akan tetapi etika hadir di bentuk melalui perkembangan masyarakat tertentu guna meningkatkan kehidupan yang nyata dalam lingkungan sosialnya. Etika yang ada atau timbul sesuai dengan kebudayaan atau kebiasaan yang dianut oleh masyarakat tersebut, seperti cara berfikir, berprilaku dan seluruhnya yang disesuaikan dengan kebiasaan mereka. Secara teoritis, ada etika universal seperti the Ten Commandments, injil atau quran. Namun maslahanya adalaha, seperti ditegaskan Wenburg dan Wilmot, sistem-sistem etika tadi tidak diterima secara universal. Dus secara de facto tidak ada etika universal. Etika memang tidak datang dari ruang hampa, melainkan melalui evaluasi masyarakat yang bersangkutan dalam mengembangkan realitas sosialnya. Dengan kata lain, etika terikat budaya, berkembang secara inheren dalam budaya, tepatnya dalam filsafar atau pandangan hidup suatu masyarakat. 32 Manusia berkomunikasi dimana saja, karena komunikasi manusia itu sulit begitupun dengan etika komunikasi. Ketika kita melihat sebuah etika komunikasi yang berlangsung pada orang lain dan prilaku mereka, kita sering berkomentar dengan hanya melihat selintas saja, tanpa tahu dasar dan lebih dalamnya kenapa mereka bertindak seperti itu. Namun kita selalu merasa etika komunikasi yang 31 Richard Johannesen, Etika Komunikasi, 1996, h. Vi-viii 32 Richard Johannesen, Etika Komunikasi, 1996, h. Vi-viii kita lakukan dan jalani sudah sesuai dengan sebagai mestinya, penilaian yang sesuai dengan niat yang dimiliki. Komunikasi manusia bersifat omnipresent ada dimana-mana. Karena komunikasi manusia itu pelik. Maka etika komunikasi manusia juga pelik. Kita biasanya menilai etika komunikasi kita sendiri berdasarkan niat yang kita miliki. Namun ketika kita menilai etika komunikasi orang lain, kita menilai etika komunikasi mereka berdasarkan tindakan-tindakan mereka yang kasat mata. Etika komunikasi menjadi muskil karena kita sulit menerapkan suatu standar untuk semua situasi komunikasi, pada setiap waktu dan dalam setiap budaya. Dalam konteks inilah muncul perspektif situasional. 33 33 Richard Johannesen, Etika Komunikasi, 1996, h. Vi-viii