Ukuran Baik dan Buruk

a. Tidak ada hal di dunia ini yang bisa dianggap baik tanpa kualifikasi kecuali kemauan baik. Kepandaian, kearifan, penilaian, dan bakat lainnya bisa merugikan kalau tidak didasarkan pada kemauan baik. b. Dengan menekankan kemauan baik, menurut Kant, tindakan yang baik adalah tindakan yang tidak saja sesuai dengan kewajiabn melainkan tindakan yang dijalankan demi kewajiban. Sedangkan etika teleologis mengukur baik buruknya sebuah prilaku sesuai dengan keinginan yang ingin di capai dengan prilaku tersebut, atau merujuk pada dampak yang ada karena prilaku tersebut. Sebuah prilaku akan dianggap baik jika memiliki sesuatu tujuan yang baik, dan tujuan tersebut dapat dicapai. Etika ini justru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu. 27

4. Dimensi-Dimensi Etika

Etika komunikasi bukan membahas tentang perbuatan atau sikap seorang komunikator pelaku komunikasi saja, tidak ada batasan baginya. Etika komunikasi berkaitan dengan semua bidang seperti praktek isntitusi, hukum, kelompok, sosial, politik bahkan dunia bisnis yang berhubungan dengan ekonomi. Sesuatu yang ingin dicapai, perlengkapan, dan aktor serta proses berlangsungya komunikasi tersebut merupakan dimensi etika komunikasi yang tidak bisa di pisahkan sat sama lain. 27 Burhanudin Salam, Etika Sosial Asas dalam Kehidupan Manusia , Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, cet. 1. Hal 71 Etika komunikaasi tidak hanya berhenti pada masalah perilaku aktor komunikasi wartawan, editor, agen iklan, dan pengelola rumah produksi. Ia tidak dibatasi hanya pada deontologi jurnalisme. Etika komunikasi berhubungan juga dengan praktek institusi, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan ekonomi. Maka aspek sarana atau etika strategi dalam bentuk regulasi sangat perlu.Etika komunikasi memiliki tiga dimensi yang terkait satu dengan yang lain, yaitu tujuan, sarana, dan aksi komunikasi itu sendiri. 28

5. Kaitan Etika dengan Komunikasi

Komunikasi tidak dapat lepas dari semua bidang dalam kehidupan manusia, setiap kegiatan yang terjadi pasti memiliki atau terdapat proses terjadinya komunikasi. Mereka selalu berusaha bagaimana caranya pertukaran informasi berjalan dengan baik sehingga tujuan yang diinginkan berjalan dengan baik, dapat terpenuhi dan memberikan pengaruh. Filsuf H.P Grice memandang percakapan sehari-hari sabagai salah satu jenis prilaku manusia yang bertujuan dan rasional. Ia berusaha menyingkapkan beberapa harapan dasar yang perlu dipenuhi supaya percakapan, baik saling menukar informasi maupun berusaha untuk mempengaruhi, memadai. 29 Ilmu etika yang selama ini kita pelajari dan berusaha untuk kita terapkan sebenarnya semua merujuk kepada kebudayaan dan ajaran Agama sendiri. Dimana komunikasi yang baik adalah komunikasi yang berjalan secara baik dan benar. Bahkan jika dilihat dari ajaran Agama Islam kita sebagai umat manusia harus menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, menjalankan kebaikan dan menghinrai keburukan atau sikap tercela, dan kita sebagai umat islam harus 28 Etika Komunikasi, Yogyakarta:Kanisius anggota IKAPI, 2007. Cet. 1. Hal 43-44 29 Richard Johanesen, Etika Komunikasi,penerjemah: Dedy Djamaludin Malik, Bandung:IKAPI, 1996, cet ke-1, h. 150-151 memiliki pondasi yang kuat yaitu iman dan takwa, agar proses kehidupan yang kita jalani bisa berjalan dengan baik, begitupun proses komunikasi yang kita jalani akan berjalan dengan baik. Kalau etika dikaitkan dengan komunikasi, maka itu berarti bahwa komunikasi harus berlangsung secara baik dan benar. Di sini kemudian etika komunikasi dilihat dari segi kebudayaan dan Agama, sehingga etika komunikasi menjadi jelas bahwa komunikasi itu berlangsung secara baik dan benar menurut nilai-nilai budaya atau Agama yang dianut oleh suatu masyarakat. Kemudian kalau dilihat dari segi etika Islam Komunikasi itu harus didasarkan pada iman dan takwa serta diarahkan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar atau memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan. 30

6. Implementasi Etika Komunikasi

Kita hidup di dalam dunia yang memiliki banyak Agama dan banyak kebudayaan, sehingga secara otomatis masing-masing dari kita mempunyai agama, budaya, bahkan pola pikir yang berbeda. Sesuatu yang dianggap baik oleh kita belum tentu itu dianggap baik oleh Agama dan budaya lain, begitupun sesuatu yang kita anggap buruk belum tentu menurut Agama dan budaya lain itu buruk. Persoalan ini yang menjadi permasalahn yang harus kita pelajari dan pahami, agar etika komunikasi yang kita jalankan atau kita lakukan ketika berhadapan dengan sesorang yang memiliki Agama dan budaya berbeda dengan kita bisa berjalan dengan baik dan lancar, bahkan bisa mencapai tujuan yang diinginkan oleh bersama.Tidak hanya itu, bisa saja sopan santun yang kita 30 Sudirman Tebba, Filsafat dan Etika Komunikasi, 2008, cet ke-1, h.7-8