Gambar 4.24 Lokasi Kejadian Longsor di Kp. Kaung Gading RT 0102
q. Titik 17
Titik kejadian longsor yang terakhir, yaitu di titik 17 terjadi di Kp. Muara Dua RT 0206 desa Cibunian dengan koordinat 06
o
42’36,5” LS dan 106
o
38’00,8”BT. Longsor ini terjadi pada tanggal 21 Desember 2015 dan menimbulkan 47 rumah hancur, jalan raya menuju Sukabumi terputus, namun
tidak ada korban jiwa pada kejadian longsor ini.
Gambar 4.25 Lokasi Kejadian Longsor di Kp. Muara Dua RT 0206
Berdasarkan hasil observasi diatas, banyak ditemukan pemukiman yang dibangun diatas tebing yang cukup curam. Selain itu, faktor hujan deras
menjadi pemicu terjadinya longsor. Ketika hujan turun dengan intensitas yang tinggi, tanah akan menjadi labil. Dari 17 titik kejadian longsor diatas, desa
Cibunian merupakan desa yang paling sering terjadi longsor, salah satunya
ialah longsor yang terbaru terjadi pada tanggal 21 Desember 2015. Longsor tersebut menimbulkan 47 rumah rusak dan jalan raya terputus.Dari hasil
wawancara singkat dengan bapak ketua RT 02 Kp. Muara Dua, longsor tersebut merupakan longsor terbesar yang pernah terjadi di Kecamatan
Pamijahan. Selain curah hujan, kebiasaan warga yang belum bisa ditinggali ialah
membuang sampah di tebing lereng menjadi akibat terjadinya longsor di Kp. Parabakti Pasar desa Ciasmara. Akibatnya, ketika hujan turun dengan deras,
sampah tersebut turun menuruni lereng dan tanah menjadi labil dan terkikis.
2. Peta Tingkat Kerawanan Longsor
Mengacu kepada metodologi penelitian yang telah dijabarkan pada Bab III adalah menggabungkan atau meng-overlay lima peta parameter longsor,
yaitu peta curah hujan, peta kemiringan lereng, peta ketinggian, peta jenis tanah, dan peta penggunaan lahan dengan software ArcGIS 10.1. Penetapan
tingkat kerawanan longsor dilakukan dengan cara memberikan bobot pada setiap parameter penyebab terjadinya longsor.
Porsi pembobotan tiap parameter berbeda, tergantung kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi PVMBG, curah hujan merupakan parameter yang paling tinggi pengaruhnya terhadap longsor, sehingga bobot untuk curah hujan lebih
tinggi dibandingkan dengan parameter lainnya. Dari semua parameter kerawanan longsor, maka didapatkan suatu persamaan untuk menghitung
nilai kerawanan longsor disuatu wilayah sebagai berikut. Skor = 30 x parameter curah hujan + 25 x parameter kemiringan
lereng + 10 x parameter ketinggian + 15 x parameter jenis tanah + 20 x parameter penggunaan lahan
Setelah dilakukan penghitungan total skor parameter kerawanan longsor sesuai dengan nilai bobotnya masing-masing, maka didapatkan hasil tingkat
kerawanan longsor di Kecamatan Pamijahan, yaitu tidak rawan, rawan, dan sangat rawan. Kriteria tingkat kerawanan longsor ini mengacu pada kriteria