Sistem Informasi Geografi SIG Untuk Wilayah Rawan Longsor
Scoring. hasil penelitian ini adalah terdapat tiga zonasi kawasan rawan bencana longsor dengan zona A, zona B, dan zona C.
22
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Melisa P. Todingan, dkk.
penelitiannya tentang Pemetaan Daerah Rawan Longsor di Wilayah Sub DAS Tondano dengan Sistem Informasi Geografis Tahun 2014. Tujuan penelitian
ini adalah menganalisis daerah rawan longsor di wilayah Sub DAS Tondano untuk mendapatkan informasi tingkat kerawanan dan penyebarannya dalam
bentuk peta dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Penelitian ini dilakukan dengan metode Deskriptif yang terdiri dari survey dan overlay peta,
sedangkan identifikasi daerah rawan longsor dengan menggunakan metode Scoring. Parameter yang diamati adalah jenis tanah, kemiringan lereng,
ketinggian, penggunaan lahan, dan curah hujan. Hasil penelitian ini menunjukkan penyebaran daerah rawan longsor di Sub DAS Tondano terdiri
dari lima kelas kerawanan longsor, yaitu 1 kelas tidak rawan longsor seluas 993,12 Ha; 2 kelas kerawanan rendah seluas 207,59 Ha; 3 kelas
kerawanan sedang seluas 894,19 Ha; 4 kelas kerawanan tinggi seluas 469,23 Ha; dan 5 kelas sangat rawan seluas 1637,23 ha.
23
Penelitian ketiga dilakukan oleh Jefri Andrian Nugroho, penelitiannya tentang Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis Studi Kasus Hutan Lindung Kabupaten Mojokerto Tahun 2008. Tujuan penelitian ini ialah memetakan daerah rawan
terhadap longsor dengan menggunakan penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Data yang digunakan ialah citra satelit SPOT 4 tahun
2008 ditunjang dnegan data lain, seperti data curah hujan, peta jenis tanah, peta kawasan hutan, peta geologi, dan data SRTM. Adapun metode yang
digunakan ialah overlay dan memberikan skor pada masing-masing kriteria dari parameter tersebut. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan kawasan
hutan lindung Kabupaten Mojokerto memilki tingkat kerawanan longsor
22
Agus Sriyono, “Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Longsor di Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, 2012
23
Melisa P. Todingan, “Pemetaan Daerah Rawan Longsor di Wilayah Sub DAS Tondano dengan Sistem Informasi Geografis”, Jurnal Universitas Sam Ratulangi, 2014.
rendah 13,28 Ha, kerawanan longsor sedang 177,24 Ha, dan kerawanan longsor tinggi 427,15 Ha.
24
Penelitian keempat dilakukan oleh Muhammad Sholahuddin dengan judul SIG Untuk Memetakan Daerah Banjir dengan Metode Skoring dan
Pembobotan Studi Kasus Kabupaten Jepara Tahun 2014. Tujuan penelitian ini ialah memberikan informasi tentang pemetaan zonasi rawan banjir
Kabupaten Jepara. Pemetaan daerah rawan longsor ini menggunakan tiga parameter yaitu curah hujan, ketinggian, dan sungai. Masing-masing memiliki
skor dan bobot kemudian dilakukan overlay dengan menggunakan software ArcView 3.3 sehingga menghasilkan peta sebaran daerah rawan banjir. Hasil
dari penelitian ini menyebutkan Kabupaten Jepara tergolong rawan banjir terutama di wilayah pesisir pantai Kabupaten Jepara, dan juga daerah yang
memiliki banyak sungai pada tiap kecamatannya.
25
24
Jefri Ardian Nugroho, “Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis”, Jurnal ITS-Sukolilo, Surabaya, 2008.
25
Muhammad Sholahuddin, “SIG Untuk Memetakan Daerah Banjir dengan Metode Skoring dan
Pembobotan Studi Kasus Kabupaten Jepara ”, Jurnal Unidus, Jawa Tengah, 2014
Tabel 2.2 Penelitian Relevan
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Inti Penelitian
Perbedaan Persamaan
1 Agus Sriyono
2012 Identifikasi Kawasan
Rawan Bencana Longsor Kecamatan Banyubiru,
Kabupaten Semarang Mengetahui sebaran
kawasan bencana longsor di Kecamatan
Banyubiru. Peggunaan data untuk parameter
sangat banyak, diantaranya curah hujan, kemiringan lereng, batuan
penyusun lereng, vegetasi, jenis tanah, tata air lereng, pola tanam,
penggalian dan pemotongan lereng. Pencetakan kolam, drainase lereng,
pembangunan kontruksi, kepadatan penduduk dan mitigasi bencana.
No. Nama
Peneliti Judul
Penelitian Inti
Penelitian Perbedaan
Persamaan
Tahun 2
Melisa P. Todingan,
dkk. 2014 Pemetaan Daerah Rawan
Longsor di Wilayah Sub DAS Tondano dengan
Sistem Informasi Geografis dengan Sistem Informasi
Geografis Untuk mengetahui
tingkat kerawanan longsor di wilayah sub
DAS Tondano. Parameter longsor yang diamati
hanya ada 5 parameter, yaitu jenis tanah, kemiringan lereng, ketinggian,
penggunaan lahan, dan curah hujan.
3 Jefri Ardian
Nugroho 2008
Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
Studi kasus Hutan Lindung Kabupaten Mojokerto
Memetakan daerah rawan longsor di
kawasan hutang lindung Kabupaten Mojokerto.
Penelitiannya dilakukan khusus di hutan lindung, bukan berupa wilayah
administrasi seperti Kecamatan atau kabupaten.
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian
Inti Penelitian
Perbedaan Persamaan