e.
Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing.
f. Banyaknya mata airrembesan air pada tebing disertai longsoran-
longsoran kecil.
g.
Adanya aliran sungai di dasar lereng.
Faktor utama karakteristik wilayah longsor ialah kemiringan lereng lebih dari 20 derajat. Indonesia memiliki banyak wilayah pegunungan dan
tanah yang berbukit-bukit dengan kemiringan lereng yang landai hingga curam. Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor berada di wilayah kaki
gunung Salak sehingga kelerengannya cukup terjal dengan kemiringan lereng lebih dari 20
. Dengan demikian, lereng yang terjal sangat rentan
terjadinya longsor.
Negara kita juga yang beriklim tropis dengan curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan batuan pembentuk bukit menjadi terlapukkan.
Tingginya tingkat perlapukan batu yang akhirnya menjadi tanah ini ditunjukkan dengan tebalnya lapisan tanah pembentuk lereng. Lapisan
tanah yang tebal ini apabila di bawahnya terdapat lapisan batu yang kedap air menyebabkan tanah lapisan batu yang kedap air tadi menjadi bidang
gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor. Lapisan tanah yang tebal di atas lereng ini menjadi tanda kawasan rawan tanah longsor dan
masyarakat harus jeli melihatnya.
Selanjutnya faktor ketiga yaitu, buruknya sistem drainase di bawah lereng dan tata guna lahan yang buruk juga menjadi tanda-tanda suatu
kawasan yang mengalami tanah longsor. Sistem tata air yang buruk ini menyebabkan air hujan yang masuk ke dalam lereng ketika hujan turun
mengendap disana sehingga menambah beban lereng dan terakhir
terjadilah tanah longsor.
Faktor yang keempat hampir sama dengan faktor ketiga diatas. Lereng yang tidak ditumbuhi pepohonan dan tidak ditutup dengan lapisan penutup
menyebabkan air hujan langsung masuk ke dalam lereng. Faktor kelima yaitu Kawasan yang sudah retak berbentuk tapal kuda di atas tebing
mengindikasi bahwa tebing tersebut sudah mulai bergerak. Keadaan ini akan diperparah apabila turunnya hujan dalam waktu yang lama. Selain
itu, rembesan air yang banyak di lereng sebuah tebing menunjukkan tebing tersebut sudah sangat jenuh air atau sudah terpenuhi oleh air. Banyaknya
air dalam lereng seperti yang dijelaskan pada faktor ketiga bisa menyebabkan terjadinya tanah longsor.
Faktor selanjutnya ialah pembangunan rumah dan bangunan lain di atas lereng bisa menambah beban terhadap lereng. Ketika sebuah lereng
awalnya stabil namun karena beban di atasnya terlalu besar maka lama- kelamaan lereng tersebut akan tidak stabil lagi dan lambat laun bisa
menyebabkan bencana longsor.
Hampir sebagian besar kejadian longsor yang terjadi di negara kita adalah longsoran yang diakibatkan pemotongan lereng yang terjal untuk
kepentingan pembangunan jalan. Hampir setiap musim penghujan bisa dipastikan akan ada lereng-lereng di sepanjang jalan perbukitan akan
longsor.
Perubahan fungsi dan tata guna lahan yang dilakukan manusia membawa potensi besar terhadap terjadinya longsor. Semakin besar usaha
atau aktifitas manusia diatas lahan yang miring untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka akan meningkatkan resiko wilayah rawan
longsor. Karakteristik yag menjadi faktor yang dapat menyebabkan longsor salah satunya adalah aktifitas manusia yang terkait dengan
berbagai macam penggunaan lahan, seperti pembuatan jalan, pemotongan
tebing untuk pembuatan bangunan rumah, dan penggalian batuan dasar.
6. Sistem Informasi Geografi SIG Untuk Wilayah Rawan Longsor
Sistem Informasi Geografis disingkat SIG bahasa Inggris: Geographic Information System adalah sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial bereferensi keruangan.
17
Informasi spasial yang dicari ialah untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka
bumi tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab
17
Gigih Prastyo Indrasmoro, “Geographic Information System GIS Untuk Deteksi Daerah
Rawan Longsor Studi Kasus Di Kelurahan Karang Anyar Gunung Semarang”, Jurnal Universitas
Dian Nuswantoro Semarang tahun 2013, h. 2
atau menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang bersangkutan. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pengumpulan,
penataan, pengolahan, penganalisisan, dan penyajian data-data atau fakta- fakta yang ada atau terdapat dalam ruang muka bumi tertentu. Datafakta
yang ada terdapat dalam muka bumi tersebut, sering disebut juga data faktageografis atau datafakta spasial. Hasil analisisnya disebut informasi
geografis atau informasi spasial. Dengan kata lain SIG adalah rangkaian kegiatan pengumpulan, penataan, pengolahan dan penganalisisan
datafakta atau spasial sehingga diperoleh informasi spasial untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatu masalah dalam ruang muka bumi
tertentu. Beberapa definisi dari para ahli mengenai SIG adalah sebagai berikut:
18
a. Definisi SIG menurut Rhind SIG is a computer system for collecting,
checking, integrating, and analyzing information related to the surface of the earth.
b. Definisi SIG menurut Purwadhi SIG merupakan suatu sistem yang
mengorganisir perangkat keras hardware, perangkat lunak software dan data serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan,
pengolahan, maupun analisis data secar simultan sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan.
c. Definisi SIG menurut Anon SIG adalah suatu informasi yang dapat
memadukan antara data grafis spasial dengan data teks atribut objek yang dihubungkan secara geografis di bumi geoference.
d. Definisi SIG menurut Demers SIG adalah sistem komputer yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis
informasi-informasi yang
berhubungan dengan
permukaan bumi. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa SIG adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat
geografi dengan seperangkat operasi kerja. Definisi-definisi diatas maka SIG dapat diuraikan menjadi beberapa
subsistem, yaitu: a.
Data Input
18
Dede Sugandi, Modul SIG, h. 4.
Data input merupakan proses identifikasi dan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
19
Data input ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial
dan atributnya dari berbagai sumber. Proses ini terdiri dari pengumpulan data, pemformatan ulang, georeferensi, kompilasi dan
dokumentasi data. Komponen masukan data mengubah dari data mentah atau bentuk asli ke suatu bentuk yang dapat digunakan SIG.
Data yang diperlukan untuk suatu kegiatan umumnya tersedia dalam berbagai bentuk yang berbeda seperti: peta analog, tabel,
grafikdiagram, set data digital asli, peta, foto udara, citra satelit, hasil pengukuran lapangan dan format digital dari sumber lain.
b. Data Output
Subsistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan keluaran, termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki, baik
secara keseluruhan maupun sebagian basis data spasial. c.
Data Management Subsistem ini bertugas untuk mengorganisasikan baik data spasial
maupun tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data dengan menggunakan Database Management System DBMS
sehingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, di-update, dan di- edit.
d. Data Manipulation Analysis
Subsistem ini bertugas untuk menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. selain itu, bertugas untuk melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang di harapkan.
Dengan demikian, SIG diharapkan dapat memberikan kemudahan- kemudahan yang diinginkan, yaitu:
Penanganan data geospasial menjadi lebih baik dalam format baku
19
Jefri Ardian Nugroho, “Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis”, Jurnal ITS-Sukolilo, Surabaya, 2008.