No Desa
DusunKampung Waktu
Kejadian Kerugian
13 Gunung Sari
Kp. Lebaksari RT 0101
8 April 2014 -
14 Cibunian
Cibunian, RW 7 28 Agustus
2014 -
15 Gunung
Picung Kp. Pasar Kemis
RT 0203 1 Desember
2014 -
16 Cibitung
Kulon Kp. Kaung Gading
Rt 0102 28 Desember
2014 -
17 Cibunian
Kp. Muara Dua RT 0206
21 Desember 2015
47 rumah hancur, jalan raya menuju
Sukabumi terputus
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Bogor tahun 2015
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, sebanyak 17 kejadian longsor di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Desa Cibunian merupakan desa terbanyak yang
mengalami longsor. Contohnya, pada tanggal 24 November 2013 memakan korban jiwa sebanyak 27 orang, rumah rusak sedang sebanyak 10 rumah dan
rusak berat sebanyak 2 rumah. Selain itu, terjadi longsor pula pada 21 Desember 2015 yang merupakan longsor terbesar selama kurun 5 tahun.
Kejadian longsor tersebut menyebabkan 47 rumah warga rusak dan jalan raya menuju Sukabumi rusak parah, namun tidak ada korban jiwa. Selain Desa
Cibunian yang mengalami longsor yang memakan kerugian banyak, desa Ciasihan, Purwabakti, Ciasmara, Gunung Sari, Gunung Menyan, dan desa
Gunung Bunder 1 juga mengalami longsor yang banyak memakan korban jiwa dan berbagai kerugian lainnya. Sehingga hampir dari setiap kejadian
longsor di 17 titik tersebut mengalami kerugian baik korban jiwa, sarana prasarana, dan kerusakan lingkungan.
Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah daerah untuk mengurangi terjadinya longsor. Dari berbagai upaya dilakukan
juga harus mendapat suatu pengarahan serta persetujuan dari badan pusat
pelaksanaan. Salah satu upaya tersebut ialah melakukan sebuah mitigasi bencana alam longsor. Tujuan dari mitigasi bencana ialah mengurangi resiko
terjadinya korban bencana serta meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan, terutama pada masyarakat yang tinggal pada lokasi atau daerah
rawan longsor. Oleh karena itu, perlu adanya peta rawan longsor di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor agar masyarakat dapat bersiap siaga
untuk mencegah dan mengurangi korban jiwa dan kerusakan sarana serta prasarana umum akibat longsor.
Dari permasalahan bencana longsor diatas, maka diperlukan suatu input data berbasis komputer dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis
SIG. SIG adalah pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer mesin. Wilayah rawan longsor akan lebih mudah diketahui
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis tingkat kerawanan wilayah longsor mudah
diketahui karena Sistem Informasi Geografis mampu menampilkan rekaman kondisi permukaan bumi yang didapat tanpa adanya kontak langsung.
8
Selain itu, lebih mudah untuk dilakukan suatu perubahan apabila terdapat
pembaruan data, sehingga dapat dihasilkan informasi yang lebih cepat dan akurat.
Sistem Informasi Geografis sangat berfungsi dalam memvisualisasikan data spasial berupa atributnya dan mudah menghasilkan peta-peta tematik.
9
Penggunaan Sistem Informasi Geografis sangat bermanfaat diakarenakan keunggulannya dapat menyadap informasi tanpa harus dilakukan kontak
langsung dengan medan ataupun daerah penelitian dan tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk
pengolahan data parameter lahan untuk memperoleh daerah tingkat kerawanan longsor dan dapat digunakan sebagai pengendalian dan upaya
untuk meminimalisasi gaya pemicu longsor serta berbagai kerugian yang ditimbulkan oleh longsor.
8
Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh, Jakarta: UIN Jakarta, 2015 h. 32.
9
Dede Sugandi, hand out SIG Bandung: Fakultas PIPS-Geografi UPI, 2009 h. 6.
Penelusuran secara akademik tentang kejadian longsor cukup strategis untuk ditelaah dengan menggunakan metode survei, overlay peta, dan
skoring, sehingga dengan metode tersebut dapat ditemukan wilayah-wilayah rawan longsor. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul
“Studi Tingkat Kerawanan Wilayah Longsor di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan. Diantaranya:
1. Telah terjadi longsor di Kecamatan Pamijahan sebanyak 17 kali dari
tahun 2011-2015. 2.
Terdapat lereng yang terjal dan berbukit di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, sehingga menimbulkan kerawanan longsor.
3. Kurangnya basis data atau peta pemodelan wilayah rawan longsor di
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. 4.
Penggunaan Sistem Informasi Geografis dalam pembuatan peta masih minim.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, dapat dibatasi permasalahan, yaitu terjadinya longsor di Kecamatan Pamijahan sebanyak 17 kali dan kurangnya
basis data atau peta pemodelan tingkat kerawanan longsor di Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah sebaran titik terjadinya longsor di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor?
2. Bagaimanakah tingkat kerawanan longsor di Kecamatan Pamijahan
Kabupaten Bogor?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui sebaran titik terjadinya longsor di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis tingkat kerawanan longsor di Kecamatan Pamijahan
Kabupaten Bogor.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis sebagai
berikut:
1. Untuk menambah khazanah kajian tentang bencana longsor.
2. Untuk memberikan panduan terhadap kegiatan penelitian selanjutnya.
Manfaat praktis:
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi
beberapa pihak.
a.
Bagi peneliti:
Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan menjadi salah cara untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
b. Bagi masyarakat:
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang wilayah rawan longsor dan memberikan peringatan kepada masyarakat untuk selalu siap
siaga dalam menghindari serta mengurangi resiko bencana longsor di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
c. Bagi Institusi terkait:
Sebagai rujukan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan perencanaan dalam pengelolaan wilayah longsor dan bahaya longsor di
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik
1. Pengertian Longsor
Longsor atau gerakan tanah merupakan salah satu bencana geologis yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor non alam. Tanah longsor
landslide adalah bentuk erosi pemindahan massa tanah yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terprjadi pada suatu saat secara
tiba-tiba dalam volume yang besar sekaligus.
1
Menurut Plummer, “Mass Wasting is movement in which bedrock,
rock debris, or soil moves downslope in bulk, or as a mass, because of the pull of gravity
”
2
. Plummer menjelaskan bahwa longsor itu bergeraknya lapisan tanah, runtuhan batu, atau tanah bergerak miring ke bawah dalam
jumlah banyak atau sebagai sebuah massa, karena adanya tarikan gravitasi.
Menurut Hardiyatmo, “tanah longsor landslide adalah salah satu bencana
alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis. Gerakan massa atau longsor umunya disebabkan oleh gaya garvitasi dan kadang-
kadang getaran atau gempa menjadi pemicu terjadinya longso r”
3
. Varnes, D.J. dalam buku Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor
mendefinisikan “gerakan tanah ialah perpindahan material pembentuk
lereng, yaitu batuan asli, tanah dan bahan timbunan, atau campuran material-material tersebut, bergerak ke arah bawah dan keluar lereng
”
9
.
Dari beberapa pengertian longsor menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa longsor ialah pergerakan massa tanah yang disebabkan oleh adanya
gaya gravitasi dalam jumlah yang besar.
1
Paimin, Teknik Mitigasi Banjir dan Longsor, Tropenbos International Indonesia Programme, 2009 h.14.
2
Plummer, Physichal Geology 11
th
Edition, New York: McGraw-Hill, 2007 h. 224.
3
Hary Christiady Hardiyatmo, Tanah Longsor dan Erosi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012 h. 1.
2. Faktor-faktor Penyebab Longsor
Tanah longsor terjadi dikarenakan adanya gangguan keseimbangan gaya yang bekerja pada lereng yaitu gaya penahan shear strength dan
gaya peluncur shear stress. Gaya penahan massa tanah pada lereng dipengaruhi oleh kandungan air, berat massa tanah itu sendiri dan berat
beban bangunan. Ketidakseimbangan gaya yang bekerja pada lereng menyebabkan lereng menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut
menyebabkan massa tanah atau batuan bergerak turun. Faktor penyebab longsor dipicu oleh dua faktor utama, yaitu faktor
alam dan faktor ulah manusia.
a. Faktor Alam
1 Geomorfologi
Geomorfologi merupakan karakteristik, keadaan, dan bentuk muka bumi. Secara umu, wilayah perbukitan atau pegunungan yang
memiliki kemiringan lereng yang terjal dapat menimbulkan longsor.
2 Geologi
Geologi merupakan struktur batuan penyusun lereng. Faktor yang mempengaruhi struktur geologi ialah sifat fisik tanah dan batuan,
tanah pelapukan semakin tebal, dan patahan. Zona patahan merupakan zona lemah yang mengakibatkan
kekuatan batuan berkurang sehingga menimbulkan banyak retakan yang memudahkan air meresap
4
. 3
Keairan Intensitas curah hujan yang tinggi menjadi salah satu pemicu
terjadinya longsor. tata lahan persawahan yang menggunakan banyak air pada lereng yang terjal, erosi yang menggerus lereng,
dan abrasi gelombang laut yang menghantam tebing pantai juga sering menyebabkan terjadinya longsor.
4
Surono dalam Ahmad Danil Effendi, “ Identifikasi Kejadian Longsor Dan Penentuan Faktor- Faktor Utama Penyebabnya Di Kecamatan Babakan Madang Kabup
aten Bogor”, Skripsi pada IPB, Bogor, 2008 , h. 20, tidak dipublikasikan