Evaluasi ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dan bersemangat Uu juga terlihat ketika dia ditanya oleh teman- temannya dan ditertawakan karena dia akan melanjutkan kuliah di
jurusan sejarah dan akan menjadi seorang ahli sejarah. Konsep diri terbagi menjadi konsep diri positif dan konsep diri
negatif. Remaja yang meiliki konsep positif akan sangat memiliki konsep diri positif akan sangat mengenali dirinya, kelebihan dan juga
kelemahannya disamping itu ia tidak terpaku pada kelemahannya. Ia dapat mengakui dan menerima kelemahannya tersebut tanpa rasa
rendah diri dan hal itu justru memacunya untuk menjadi individu yang lebih baik dengan cara mengembangkan kelebihannya, dan remaja
dengan konsep diri positif akan lebih percaya diri dan merasa yakin bahwa dirinya memiliki andil terhadap segala sesuatu yang terjadi
pada dirinya. Akibatnya akan lebih bersemangat untuk berusaha mencapai segala tujuaannya.
Sedangkan pada remaja yang memiliki konsep diri negatif, ia hanya akan terpaku pada kelemahannya dan menjadi rendah diri.
Konsep diri yang negatif membuat remaja cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, sehingga sulit
menemukan hal-hal positif dan pantas dihargai dalam dirinya. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa konsep diri mempunyai
pengaruh besar dalam kehidupan remaja. Konsep diri yang baik dapat berakibat baik pada diri yang buru dapat berdampak negatif pada diri
remaja. b.
Perkembangan Kognitif Kematangan
kognitif sangat
erat kaitannya
dengan kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor individu yang
mempengauhi orientasi masa depan. Perkembangan kognitif juga berhubungan
dengan meningkatnya
kemampuan berpikir,
memecahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan, serta bakat. Dalam tahap ini kemampuan metakognisi Uu berkembang dan
kemampuan ini sangat memungkinkan Uu untuk memikirkan
kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan memberikan solusi.
Perubahan kemampuan Uu telah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berpikir mengenai situasi secara hipotesis,
memikirkan sesuatu yang belum terjadi tetapi akan terjadi. Ia pun telah mampu berpikir tentang konsep-konsep yang abstrak seperti
pertemanan, demokrasi, moral. Ia pun telah mampu berpikir secara logis tentang kehidupannya seperti kehidupan apa yang akan ia
tempuh dikemudian hari. Ia sudah merencanakan dengan matang ketika lulus sekolah, ia akan melanjutkan kuliah jurusan sejarah dan
akan menjadi seorang ahli sejarah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan di bawah ini:
“Uu : Ya. Suatu hari Uu jadi ahli sejarah. Sebab itu besok Uu akan ujian baik-baik. Dan begitu lulus Uu akan
masuk Jurusan Sejarah. ”
57
Minat ini berfokus pada gagasan motivasi internal Uu untuk menjadi seorang ahli sejarah. Persepsi mengenai penyebab
keberhasilan atau kegagalan, khususnya persepsi bahwa usaha merupakan faktor penting. Kemampuan Uu untuk berpikir secara
hipotesis dan untuk mengevaluasi apa yang ideal mengarahkan Uu untuk melakukan protes karena keinginan ia tidak didukung oleh
keluarga besar terutama oleh ayah. Faktor Eksternal
a. Jenis Kelamin
Faktor eksternal yang memepengaruhi orientasi masa depan adalah jenis kelamin. Jelas terlihat antara laki-laki dan perempuan
berbeda, baik dari perubahan fisik sampai perubahan sosial. Begitu pun dilihat dari minat masing-masing yakni minat teman sebaya,
minat rekreasi, minat pekerjaan,minat pendidian, dan masih bnyak faktor lain. Karena anak perempuan diharapkan berperilaku feminin
57
Ibid., h. 4
dan anak laki-laki diharapkan maskulin, tidaklah mengherankan bahwa minat anak perempuan sangat berbeda dari minat anak laki-laki
selama masa remaja. Penulis akan lebih fokus membahas tentang minat pekerjaan
antara laki-laki dan perempuan.Anak laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa memperhatikan
kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh pekerjaan. Mereka juga menginginkan
pekerjaan yang bermartabat tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit dari pada pelbagai pekerjaan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak
anak laki-laki dari keluarga yang statusnya rendah berharap mencapai status sosial yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya anak
perempuan memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu.
“
Bapak: Zaman sekarang tidak mau membedakan lagi mana perempuan mana laki-laki, palagi soal pendidikan.
Jangan berpikiran kolot dong. Ibu
: Saya kira saya tidak kolot Coba saja misalnya Uu betul-betul jadi ahli sejarah, yang kata kamu tidak
komersil dan tidak menghasilkan uang itu, apa akan merubah nasibnya sebagai seorang istri
kelak?”
58
Dalam dialog di atas menjelaskan meskipun Uu sebagai perempuan dan memilih menjadi seorang ahli sejarah, itu tidak akan
merubah nasibnya sebagai perempuan dan istri kelak ketika dia dewasa. Dan bahwa pekerjaan apapun dan setinggi apapunn
pendidikannya tidak akan merubah nasib kodrat sebagai perempuan, dia akan tetap menjadi istri, mengandung, melahirkan, mengurus anak,
dan melakukan pekerjaan ibu rumah tangga lainnya. Pada masa remaja minat pada karir seringkali menjadi sumber
pikiran. Begitu juga bagi Uu¸ namun karena dia berjenis kelamin perempuan lebih memilih pekerjaan yang tidak banyak menuntut
58
Ibid., h. 6
waktu dan memberikan rasa aman, menurutnya pekerjaan itu adalah sebagai ahli sejarah. Dia berpikir dengan menjadi seorang ahli sejarah
tidak akan banyak merugikan orang lain dan karena sesuai dengan minat pada pelajaran yang dia sukai yakni pelajaran sejarah,
disamping itu juga UU sangat suka dengan dongeng-dongeng. b.
Status Sosial Ekonomi Keluarga sebagai institusi merupakan kelompok sosial kecil
yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak. Namun kerap kali keluarga itu tidak hanya terdiri atas suami istri dan anak-anak,
melainkan juga nenek, kakek, paman, bibi, kemenakan dan saudara- saudara. Dalam tiap keluarga biasanya terdapat tipe yang berbeda-
beda. Tipe keluarga Jerman misalnya Ayah adalah yang berkuasa, sedangkan keluarga negro ibulah yang berkuasa. Begitu juga di
Indonesia, peran ayah yang berkuasa dalam keluarga. Masyarakat pada mulanya terdiri keluarga kecil, yaitu suatu
keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anaknya. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi, dan lebih
banyak diperhatikan oleh orang tuanya. Bossard mempelajari kelas- kelas sosial yang ada hubungannya dengan cara mendidik anak.
Bahwa kelas-kelas sosial dapat dibedakan menjadi 3 macam:
59
1. Upper class : dalam kelas ini sikap terhadap anak adalah bangga
dan menaruh penghargaan. Anak diharapkan untuk membantu keluarganya, mereka berjuang agar
mereka dapat mendidik anak sebaik mungkin, baik secara jasmani, sosial maupun intelektual.
2. Middle class : di sini tidak diadakan penyelidikan.
3. Lower class : di sini keinginan-keinginan seperti upper class itu
kurang karena alasan-alasan ekonomi dan sosial. Anak-anak dari lower class biasanya disiplinnya itu ditandai
dengan ciri fisik, jika marah biasanya bersifat badaniah yaitu
59
Abu Ahmadi, Sosilogi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 110
memukul atau meninju. Sedangkan pada midle class tidak dengan cara fisik, tetapi dengan cara kompetisi misalnya dalam pertandingan olah
raga. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kedudukan keluarga di masyarakat, maka orang tua lebih banyak berharap terhadap anak terutama dalam segi pendidikan. Pada
keluarga Upper class, orang tua akan lebih banyak ikut andil dalam pendidikan anak dan masa depan anak, tujuannya agar meingkatkan
nilai sosial strata keluarga. Dibandingkan dengan keluarga lower class, biasanya orang tua akan menyerahkan sepenuhnya kepada anak.
Anak dibebaskan untuk memilih pendidikannya bahkan bebas menentukan masa depannya, karena dalam keluarga lower class orang
tua tidak akan mempermasalahkan minat dan bakat anak. Dalam naskah lakon AAIIUU terlihat bahwa latar keluarga
dari keluarga upper class, dimana orang tua menaruh harapan terhadap anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga. Terlihat bahwa
ayah Uu menaruh harapan besar terhadap Uu untuk bisa melanjutkan kuliah di jurusan yang memiliki nilai komersialnya lebih tinggi,
contohnya jurusan ekonomi ataupun kedokteran. Ayah Uu menganggap bahwa di zaman sekarang adalah jamannya pedagang.
Jika dilihat jurusan sejarah dengan jurusan ekonomi, jurusan ekonomi dinilai memiliki keuntungan komersil lebih tinggi dibandingkan
jurusan sejarah yang hanya dianggap sebagai tukang khayal. Posisi kelas seseorang mungkin juga dievaluasi secara berbeda
oleh para tetangga, rekan sekerja, kerabat, dan lain-lain. Masyarakat memiliki pemahaman sendiri mengenai sistem kelas, mengenai
jenjang prestis dan mengenai cara kekuasaan. “10.Ext. Jalan Thamrin, siang
Lalu lintas yang ramai sekali1 dan cepat sekali Dan pencakar-pencakar langit. Dan salah satunya adalah
kantor tokoh kita zoom in jendelanya” “11. Int. Kantor Rustam, ruang administrasi, siang.
Shot-shot scene ini harus melukiskan dan sekaligus melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin rapi
dan dingin. Tersusun namun kehilangan perasaan”
60
Kutipan-kutipan di
atas pada
naskah lakon
AAIIUUmencerminkan masyarakat Indonesia secara tidak langsung tertindas zaman. Melalui naskah ini Arifin mencerminkan pandangan
terhadap kondisi sosial di Indonesia pada tahun 1990-an. Pada saat itu pemikiran masyarakat, khususnya para orang tua memandang bahwa
pendidikan yang mampu mengahasilkan pekerjaan dengan nilai komersial tinggi lebih baik dibandingkan dengan pendidikan
humaniora maupun sejarah. Dan kelas sosial mempengaruhi pemikiran orang tua terhadap masa depan serta pendidikan anak.
Terlihat dari ayah Uu yang seorang pedagang, maka ia berpandangan bahwa anak-anaknya harus memiliki pendidikan yang memiliki nilai
komersil atau keuntungan lebih tinggi sama halnya dengan berdagang, karena ia menganggap hanya uang yang memiliki
kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa saja dan segi pendidikan akan dipandang dari segi keuntungan dagang. Pandangan
keliru inilah yang dikritis oleh Arifin C. Noer melalui tokoh “Uu” dalam karyanya yang dibuat pada tahun 1994 tersebut.
c. Usia
Awal masa remaja remaja berlangsung kira-kira tiga belas sampai tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 17
tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat
singkat. Awal masa remaja biasa
nya disebut sebagai “usia belasan” kadang bahkan disebut “usia belasan yang tidak menyenangkan”.
Meskipun remaja yang lebih tua biasanya masih tergolong “anak belasan tahun” sampai ia mencapai usia dua puluh satu tahun, namun
60
Arifin C. Noer, op.cit. h. 50-51
istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola perilaku khas remaja muda jarang dikenakan pada remaja yang lebih
tua. Biasanya disebut pemuda atau pemudi atau malah disebut kawula muda yang menunjukkan bahwa masyarakat saat belum adanya
perilaku yang matang selama awal masa remaja. “Bapak : Uu.. umur kamu berapa?
Uu : heran Jalan delapan belas tahun. Papa kan tahu.
Bapak : Uu suka dongeng-dongen? Uu
: Suka. Papa juga tahu Uu suka sekali baca buku- buku cerita sejak dulu.
Bapak : Tuh Itulah sebabnya kenapa Uu ingin masuk jurusan sejarah. Uu sangat dupengaruhi dongeng-
dongeng Otak UU bagaikan diliputikabut yang menggelapi istana-
istana jaman dahulu.”
61
Usia Uudalam naskah lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer digambarkan usia 17 tahun sedang jalan 18 tahun, usia yang terbilang
remaja. Usia dimana sebagai masa periode perubahan. Perubahan terhadap minat, peran, emosi, sampai ke dalam bentuk fisik. Bagi
sebagian besar anak muda berependapat merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan
perkembangan. “Uu : Ya, suatu hari UU akan jadi ahli sejarah. Sebab itu
besok UU akan ujian sebaik-baiknya dan begitu lulus UU akan masuk jurusan sejarah.”
62
Minat Uu terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat pada pekerjaan. Karena memang anak sekolah menengah atas mulai
memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh, terbukti tokoh Uu sangat kekeh dalam pendiriannya dan dia akan bersungguh-
sungguh melakukan segala apapun agar cita-citanya tercapai. Disebut jg sebagai masa mencari identitas, sama halnya dengan tokoh Uu yang
sedang mencari jati dirinya di usianya yang sudah menginjak masa
61
Ibid., h. 18
62
Ibid., h. 3
dewasa. Dia memikirkan cara untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan.
Dengan Ia berminat pada mata pelajaran sejarah dan relevansinya mata pelajaran tersebut ketika masa depan. Karena Uu
suka dengan dongeng-dongen sedari kecil, dia pun berniat ingin melanjutkan kuliah ke jurusan sejarah agar cita-cita menjadi seorang
ahli sejarah dapat terwujud, karena dengan berfikir dia masuk ke jurusan itu maka pekerjaan yang dia inginkan akan terwujud.
Termaasuk dimulai dia sangat bersungguh-sungguh dalam menjalani ujian dan dia lulus, lalu melanjutkan kuliah di jurusan yang dia
anggap sebagai jembatan masa depan dia. Pada umumnya anak perempuan memilih pekerjaan yang memeberikan rasa aman dan yang
tidak banyak menuntut waktu. d.
Teman Sebaya Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
teman-teman sebaya sebagai kelompok. Maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda,
yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan
memperbaiki konsep dirinya, di sinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi-
sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. “Ketua : Kamu tahu kenapa kita ketawa?
UU : Nggak.
Ketua : Karena tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu
sebagai teman akan meningkatkan jumlah orang- orang mi
skin di negeri kita.”
63
Di dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan di situ pulalah ia
63
Ibid., h. 16
dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya bertinndak sebagai
pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Namun dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer tokoh Uu tidak mendapatkan
dukungan oleh teman sebayanya tentang pilihannya. Uu dicibir dan dikatakan gila oleh teman-temannya. Seorang teman yang seharusnya
memberikan dukungan, mereka justru menghakimi Uu bahwa pilihannya adalah pilihan yang gundul dan menambah orang miskin
di Indonesia. e.
Hubungan dengan Orang Tua Orang tua tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan sehubungan
dengan pertentangan yang berkembang antara mereka dan anak remaja mereka. Remaja muda adalah anak yang paling tidak
bertanggung jawab, paling sulit dihadapi, paling tidak dapat diramal dan paling menjengkelkan. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
dengan orang tua semakin memperbesar kesenjangan antara mereka. Orang tua sulit menerima keengganan remaja untuk mengikuti
larangan-larangan yang dipandang penting, dan mereka tidak sabar menghadapi kegagalan remaja memikul tanggung jawab yang sesuai
dengan usia remaja. Sumber-sumber kejengkelan ini biasanya mencapai puncaknya antara usia empat belas dan lima belas tahun,
setelah itu biasanya hubungan orang tua mulai membaik. “Ibu
:Pa... Bapak : Ma, lama-lama Uu juga akan insyaf. Dengar Uu
Uu : Pokoknya Papa tidak setuju, begitu kan?
Bapak :Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan mengizinkan.
Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri
dal am kamar dan mogok makan”
64
Pada dialog lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer di atas menjelaskan bahwa banyak remaja merasa bahwa orang tua tidak
64
Ibid., h. 18
“mengerti mereka” dan bahwa standar perilaku orang tua dianggap kuno. Hal ini lebih disebabkan karena kesenjangan budaya, seperti
sudah dijelaskan dan bukan karena perbedaan dalam usia. “Bapak : Uu. Ini suara Papa. Dengar tidak, Uu?
Uu : os Dengar.
Bapak : Kalau begitu buka pintunya dong.
Uu : os Tidak mau. Kecuali kalau Papa setuju Uu
masuk jurusan sejarah. Bapak
: Kita berunding dulu sayang. Uu
: osTidak ada perundingan. Soalnya kita sama- sama keras kepala.
Bapak : Betul-betul kartu mati dia. Penyakit keras kepala
itu betul- betul gampang menular.”
65
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota keluarga,
terutama sama anak. Kalau hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan
remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangankan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Terlihat adanya pertentangan
antara Uu dan ayah, yang mengakibatkan Uu tidak merasa aman pada keluarganya sendiri. Seorang anak memerlukan bimbingan dan
bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja, agar dapat lebih bisa mengontrol emosi dan lebih matang dalam
mengambil sikap. “Tante : Uu sayang
Uu : Ya tante
Tante : Keluar dong
Uu : Setuju dulu dong Uu masuk jurusan sejarah.
Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak mungkin
sayang.Itu akan mencelakakan masa depan. Uu
: Ini masalah hak azazi.”
66
“Ibu : Uu Uu Bangun, sayang Uu : terjaga Ogah UU tetap mau jurusan sejarah
65
Ibid., h. 24-25
66
Ibid., h. 32
Ibu : Iyaa sayang. Semua sekarang setuju UU masuk jurusan sejarah, jurusan apapun asal UU emmang
punya cita-cita. Uu : Papa?
Ibu : Semua Uu : Ma
Ibu : Sayang
Lalu mereka berpelukan dan selesai.”
67
Dalam dialog di atas mencerminkan hubungan remaja dan orang tua yang membaik bermula ketika orang tua mulai menyadari
bahwa anak-anak mereka bukan anak kecil lagi. Meskipun awalnya ada pertentangan dengan keluarga, dalam naskah lakon AAIIUU karya
Arifin. C. Noer terlihat Uu dan tante beradu keinginan namun setelah itu mereka menyadari sikap mereka terlalu mengekang anak dan
membatasi kreatifitas anak. Orang tua memberi lebih banyak keistimewaan kepada anak dan sekaligus mengharapkan tanggung
jawab yang lebih besar sertaprestasi kerja yang lebih baik. Selanjutnya hubungan orang tua dan anak lebih menyenangkan pada saat orang tua
berusaha untuk mengerti remaja dan nilai budaya-budaya baru dari kelompok remaja. Hubungan antara remaja dengan anggota-anggota
keluarga cenderung merosot pada awal masa remaja meskipun hubungan-hubungan ini seringkali membaik menjelang berakhirnya
masa remaja, terutama hubungan remaja-remaja putri dengan keluarganya.