Evaluasi ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dan bersemangat Uu juga terlihat ketika dia ditanya oleh teman- temannya dan ditertawakan karena dia akan melanjutkan kuliah di jurusan sejarah dan akan menjadi seorang ahli sejarah. Konsep diri terbagi menjadi konsep diri positif dan konsep diri negatif. Remaja yang meiliki konsep positif akan sangat memiliki konsep diri positif akan sangat mengenali dirinya, kelebihan dan juga kelemahannya disamping itu ia tidak terpaku pada kelemahannya. Ia dapat mengakui dan menerima kelemahannya tersebut tanpa rasa rendah diri dan hal itu justru memacunya untuk menjadi individu yang lebih baik dengan cara mengembangkan kelebihannya, dan remaja dengan konsep diri positif akan lebih percaya diri dan merasa yakin bahwa dirinya memiliki andil terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Akibatnya akan lebih bersemangat untuk berusaha mencapai segala tujuaannya. Sedangkan pada remaja yang memiliki konsep diri negatif, ia hanya akan terpaku pada kelemahannya dan menjadi rendah diri. Konsep diri yang negatif membuat remaja cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, sehingga sulit menemukan hal-hal positif dan pantas dihargai dalam dirinya. Dari uraian diatas, jelaslah bahwa konsep diri mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan remaja. Konsep diri yang baik dapat berakibat baik pada diri yang buru dapat berdampak negatif pada diri remaja. b. Perkembangan Kognitif Kematangan kognitif sangat erat kaitannya dengan kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor individu yang mempengauhi orientasi masa depan. Perkembangan kognitif juga berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan, kecerdasan, serta bakat. Dalam tahap ini kemampuan metakognisi Uu berkembang dan kemampuan ini sangat memungkinkan Uu untuk memikirkan kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan memberikan solusi. Perubahan kemampuan Uu telah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berpikir mengenai situasi secara hipotesis, memikirkan sesuatu yang belum terjadi tetapi akan terjadi. Ia pun telah mampu berpikir tentang konsep-konsep yang abstrak seperti pertemanan, demokrasi, moral. Ia pun telah mampu berpikir secara logis tentang kehidupannya seperti kehidupan apa yang akan ia tempuh dikemudian hari. Ia sudah merencanakan dengan matang ketika lulus sekolah, ia akan melanjutkan kuliah jurusan sejarah dan akan menjadi seorang ahli sejarah. Hal ini dibuktikan dalam kutipan di bawah ini: “Uu : Ya. Suatu hari Uu jadi ahli sejarah. Sebab itu besok Uu akan ujian baik-baik. Dan begitu lulus Uu akan masuk Jurusan Sejarah. ” 57 Minat ini berfokus pada gagasan motivasi internal Uu untuk menjadi seorang ahli sejarah. Persepsi mengenai penyebab keberhasilan atau kegagalan, khususnya persepsi bahwa usaha merupakan faktor penting. Kemampuan Uu untuk berpikir secara hipotesis dan untuk mengevaluasi apa yang ideal mengarahkan Uu untuk melakukan protes karena keinginan ia tidak didukung oleh keluarga besar terutama oleh ayah. Faktor Eksternal a. Jenis Kelamin Faktor eksternal yang memepengaruhi orientasi masa depan adalah jenis kelamin. Jelas terlihat antara laki-laki dan perempuan berbeda, baik dari perubahan fisik sampai perubahan sosial. Begitu pun dilihat dari minat masing-masing yakni minat teman sebaya, minat rekreasi, minat pekerjaan,minat pendidian, dan masih bnyak faktor lain. Karena anak perempuan diharapkan berperilaku feminin 57 Ibid., h. 4 dan anak laki-laki diharapkan maskulin, tidaklah mengherankan bahwa minat anak perempuan sangat berbeda dari minat anak laki-laki selama masa remaja. Penulis akan lebih fokus membahas tentang minat pekerjaan antara laki-laki dan perempuan.Anak laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang bermartabat tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit dari pada pelbagai pekerjaan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak anak laki-laki dari keluarga yang statusnya rendah berharap mencapai status sosial yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya anak perempuan memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu. “ Bapak: Zaman sekarang tidak mau membedakan lagi mana perempuan mana laki-laki, palagi soal pendidikan. Jangan berpikiran kolot dong. Ibu : Saya kira saya tidak kolot Coba saja misalnya Uu betul-betul jadi ahli sejarah, yang kata kamu tidak komersil dan tidak menghasilkan uang itu, apa akan merubah nasibnya sebagai seorang istri kelak?” 58 Dalam dialog di atas menjelaskan meskipun Uu sebagai perempuan dan memilih menjadi seorang ahli sejarah, itu tidak akan merubah nasibnya sebagai perempuan dan istri kelak ketika dia dewasa. Dan bahwa pekerjaan apapun dan setinggi apapunn pendidikannya tidak akan merubah nasib kodrat sebagai perempuan, dia akan tetap menjadi istri, mengandung, melahirkan, mengurus anak, dan melakukan pekerjaan ibu rumah tangga lainnya. Pada masa remaja minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Begitu juga bagi Uu¸ namun karena dia berjenis kelamin perempuan lebih memilih pekerjaan yang tidak banyak menuntut 58 Ibid., h. 6 waktu dan memberikan rasa aman, menurutnya pekerjaan itu adalah sebagai ahli sejarah. Dia berpikir dengan menjadi seorang ahli sejarah tidak akan banyak merugikan orang lain dan karena sesuai dengan minat pada pelajaran yang dia sukai yakni pelajaran sejarah, disamping itu juga UU sangat suka dengan dongeng-dongeng. b. Status Sosial Ekonomi Keluarga sebagai institusi merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu dan anak. Namun kerap kali keluarga itu tidak hanya terdiri atas suami istri dan anak-anak, melainkan juga nenek, kakek, paman, bibi, kemenakan dan saudara- saudara. Dalam tiap keluarga biasanya terdapat tipe yang berbeda- beda. Tipe keluarga Jerman misalnya Ayah adalah yang berkuasa, sedangkan keluarga negro ibulah yang berkuasa. Begitu juga di Indonesia, peran ayah yang berkuasa dalam keluarga. Masyarakat pada mulanya terdiri keluarga kecil, yaitu suatu keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anaknya. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi, dan lebih banyak diperhatikan oleh orang tuanya. Bossard mempelajari kelas- kelas sosial yang ada hubungannya dengan cara mendidik anak. Bahwa kelas-kelas sosial dapat dibedakan menjadi 3 macam: 59 1. Upper class : dalam kelas ini sikap terhadap anak adalah bangga dan menaruh penghargaan. Anak diharapkan untuk membantu keluarganya, mereka berjuang agar mereka dapat mendidik anak sebaik mungkin, baik secara jasmani, sosial maupun intelektual. 2. Middle class : di sini tidak diadakan penyelidikan. 3. Lower class : di sini keinginan-keinginan seperti upper class itu kurang karena alasan-alasan ekonomi dan sosial. Anak-anak dari lower class biasanya disiplinnya itu ditandai dengan ciri fisik, jika marah biasanya bersifat badaniah yaitu 59 Abu Ahmadi, Sosilogi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 110 memukul atau meninju. Sedangkan pada midle class tidak dengan cara fisik, tetapi dengan cara kompetisi misalnya dalam pertandingan olah raga. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kedudukan keluarga di masyarakat, maka orang tua lebih banyak berharap terhadap anak terutama dalam segi pendidikan. Pada keluarga Upper class, orang tua akan lebih banyak ikut andil dalam pendidikan anak dan masa depan anak, tujuannya agar meingkatkan nilai sosial strata keluarga. Dibandingkan dengan keluarga lower class, biasanya orang tua akan menyerahkan sepenuhnya kepada anak. Anak dibebaskan untuk memilih pendidikannya bahkan bebas menentukan masa depannya, karena dalam keluarga lower class orang tua tidak akan mempermasalahkan minat dan bakat anak. Dalam naskah lakon AAIIUU terlihat bahwa latar keluarga dari keluarga upper class, dimana orang tua menaruh harapan terhadap anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga. Terlihat bahwa ayah Uu menaruh harapan besar terhadap Uu untuk bisa melanjutkan kuliah di jurusan yang memiliki nilai komersialnya lebih tinggi, contohnya jurusan ekonomi ataupun kedokteran. Ayah Uu menganggap bahwa di zaman sekarang adalah jamannya pedagang. Jika dilihat jurusan sejarah dengan jurusan ekonomi, jurusan ekonomi dinilai memiliki keuntungan komersil lebih tinggi dibandingkan jurusan sejarah yang hanya dianggap sebagai tukang khayal. Posisi kelas seseorang mungkin juga dievaluasi secara berbeda oleh para tetangga, rekan sekerja, kerabat, dan lain-lain. Masyarakat memiliki pemahaman sendiri mengenai sistem kelas, mengenai jenjang prestis dan mengenai cara kekuasaan. “10.Ext. Jalan Thamrin, siang Lalu lintas yang ramai sekali1 dan cepat sekali Dan pencakar-pencakar langit. Dan salah satunya adalah kantor tokoh kita zoom in jendelanya” “11. Int. Kantor Rustam, ruang administrasi, siang. Shot-shot scene ini harus melukiskan dan sekaligus melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin rapi dan dingin. Tersusun namun kehilangan perasaan” 60 Kutipan-kutipan di atas pada naskah lakon AAIIUUmencerminkan masyarakat Indonesia secara tidak langsung tertindas zaman. Melalui naskah ini Arifin mencerminkan pandangan terhadap kondisi sosial di Indonesia pada tahun 1990-an. Pada saat itu pemikiran masyarakat, khususnya para orang tua memandang bahwa pendidikan yang mampu mengahasilkan pekerjaan dengan nilai komersial tinggi lebih baik dibandingkan dengan pendidikan humaniora maupun sejarah. Dan kelas sosial mempengaruhi pemikiran orang tua terhadap masa depan serta pendidikan anak. Terlihat dari ayah Uu yang seorang pedagang, maka ia berpandangan bahwa anak-anaknya harus memiliki pendidikan yang memiliki nilai komersil atau keuntungan lebih tinggi sama halnya dengan berdagang, karena ia menganggap hanya uang yang memiliki kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa saja dan segi pendidikan akan dipandang dari segi keuntungan dagang. Pandangan keliru inilah yang dikritis oleh Arifin C. Noer melalui tokoh “Uu” dalam karyanya yang dibuat pada tahun 1994 tersebut. c. Usia Awal masa remaja remaja berlangsung kira-kira tiga belas sampai tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 17 tahun sampai delapan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat. Awal masa remaja biasa nya disebut sebagai “usia belasan” kadang bahkan disebut “usia belasan yang tidak menyenangkan”. Meskipun remaja yang lebih tua biasanya masih tergolong “anak belasan tahun” sampai ia mencapai usia dua puluh satu tahun, namun 60 Arifin C. Noer, op.cit. h. 50-51 istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola perilaku khas remaja muda jarang dikenakan pada remaja yang lebih tua. Biasanya disebut pemuda atau pemudi atau malah disebut kawula muda yang menunjukkan bahwa masyarakat saat belum adanya perilaku yang matang selama awal masa remaja. “Bapak : Uu.. umur kamu berapa? Uu : heran Jalan delapan belas tahun. Papa kan tahu. Bapak : Uu suka dongeng-dongen? Uu : Suka. Papa juga tahu Uu suka sekali baca buku- buku cerita sejak dulu. Bapak : Tuh Itulah sebabnya kenapa Uu ingin masuk jurusan sejarah. Uu sangat dupengaruhi dongeng- dongeng Otak UU bagaikan diliputikabut yang menggelapi istana- istana jaman dahulu.” 61 Usia Uudalam naskah lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer digambarkan usia 17 tahun sedang jalan 18 tahun, usia yang terbilang remaja. Usia dimana sebagai masa periode perubahan. Perubahan terhadap minat, peran, emosi, sampai ke dalam bentuk fisik. Bagi sebagian besar anak muda berependapat merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. “Uu : Ya, suatu hari UU akan jadi ahli sejarah. Sebab itu besok UU akan ujian sebaik-baiknya dan begitu lulus UU akan masuk jurusan sejarah.” 62 Minat Uu terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat pada pekerjaan. Karena memang anak sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh, terbukti tokoh Uu sangat kekeh dalam pendiriannya dan dia akan bersungguh- sungguh melakukan segala apapun agar cita-citanya tercapai. Disebut jg sebagai masa mencari identitas, sama halnya dengan tokoh Uu yang sedang mencari jati dirinya di usianya yang sudah menginjak masa 61 Ibid., h. 18 62 Ibid., h. 3 dewasa. Dia memikirkan cara untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Dengan Ia berminat pada mata pelajaran sejarah dan relevansinya mata pelajaran tersebut ketika masa depan. Karena Uu suka dengan dongeng-dongen sedari kecil, dia pun berniat ingin melanjutkan kuliah ke jurusan sejarah agar cita-cita menjadi seorang ahli sejarah dapat terwujud, karena dengan berfikir dia masuk ke jurusan itu maka pekerjaan yang dia inginkan akan terwujud. Termaasuk dimulai dia sangat bersungguh-sungguh dalam menjalani ujian dan dia lulus, lalu melanjutkan kuliah di jurusan yang dia anggap sebagai jembatan masa depan dia. Pada umumnya anak perempuan memilih pekerjaan yang memeberikan rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu. d. Teman Sebaya Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok. Maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, di sinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat memaksakan sanksi- sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. “Ketua : Kamu tahu kenapa kita ketawa? UU : Nggak. Ketua : Karena tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu sebagai teman akan meningkatkan jumlah orang- orang mi skin di negeri kita.” 63 Di dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan di situ pulalah ia 63 Ibid., h. 16 dapat menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya bertinndak sebagai pemimpin apabila ia mampu melakukannya. Namun dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer tokoh Uu tidak mendapatkan dukungan oleh teman sebayanya tentang pilihannya. Uu dicibir dan dikatakan gila oleh teman-temannya. Seorang teman yang seharusnya memberikan dukungan, mereka justru menghakimi Uu bahwa pilihannya adalah pilihan yang gundul dan menambah orang miskin di Indonesia. e. Hubungan dengan Orang Tua Orang tua tidak dapat sepenuhnya dipersalahkan sehubungan dengan pertentangan yang berkembang antara mereka dan anak remaja mereka. Remaja muda adalah anak yang paling tidak bertanggung jawab, paling sulit dihadapi, paling tidak dapat diramal dan paling menjengkelkan. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan orang tua semakin memperbesar kesenjangan antara mereka. Orang tua sulit menerima keengganan remaja untuk mengikuti larangan-larangan yang dipandang penting, dan mereka tidak sabar menghadapi kegagalan remaja memikul tanggung jawab yang sesuai dengan usia remaja. Sumber-sumber kejengkelan ini biasanya mencapai puncaknya antara usia empat belas dan lima belas tahun, setelah itu biasanya hubungan orang tua mulai membaik. “Ibu :Pa... Bapak : Ma, lama-lama Uu juga akan insyaf. Dengar Uu Uu : Pokoknya Papa tidak setuju, begitu kan? Bapak :Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan mengizinkan. Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri dal am kamar dan mogok makan” 64 Pada dialog lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer di atas menjelaskan bahwa banyak remaja merasa bahwa orang tua tidak 64 Ibid., h. 18 “mengerti mereka” dan bahwa standar perilaku orang tua dianggap kuno. Hal ini lebih disebabkan karena kesenjangan budaya, seperti sudah dijelaskan dan bukan karena perbedaan dalam usia. “Bapak : Uu. Ini suara Papa. Dengar tidak, Uu? Uu : os Dengar. Bapak : Kalau begitu buka pintunya dong. Uu : os Tidak mau. Kecuali kalau Papa setuju Uu masuk jurusan sejarah. Bapak : Kita berunding dulu sayang. Uu : osTidak ada perundingan. Soalnya kita sama- sama keras kepala. Bapak : Betul-betul kartu mati dia. Penyakit keras kepala itu betul- betul gampang menular.” 65 Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota keluarga, terutama sama anak. Kalau hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangankan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Terlihat adanya pertentangan antara Uu dan ayah, yang mengakibatkan Uu tidak merasa aman pada keluarganya sendiri. Seorang anak memerlukan bimbingan dan bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja, agar dapat lebih bisa mengontrol emosi dan lebih matang dalam mengambil sikap. “Tante : Uu sayang Uu : Ya tante Tante : Keluar dong Uu : Setuju dulu dong Uu masuk jurusan sejarah. Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak mungkin sayang.Itu akan mencelakakan masa depan. Uu : Ini masalah hak azazi.” 66 “Ibu : Uu Uu Bangun, sayang Uu : terjaga Ogah UU tetap mau jurusan sejarah 65 Ibid., h. 24-25 66 Ibid., h. 32 Ibu : Iyaa sayang. Semua sekarang setuju UU masuk jurusan sejarah, jurusan apapun asal UU emmang punya cita-cita. Uu : Papa? Ibu : Semua Uu : Ma Ibu : Sayang Lalu mereka berpelukan dan selesai.” 67 Dalam dialog di atas mencerminkan hubungan remaja dan orang tua yang membaik bermula ketika orang tua mulai menyadari bahwa anak-anak mereka bukan anak kecil lagi. Meskipun awalnya ada pertentangan dengan keluarga, dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin. C. Noer terlihat Uu dan tante beradu keinginan namun setelah itu mereka menyadari sikap mereka terlalu mengekang anak dan membatasi kreatifitas anak. Orang tua memberi lebih banyak keistimewaan kepada anak dan sekaligus mengharapkan tanggung jawab yang lebih besar sertaprestasi kerja yang lebih baik. Selanjutnya hubungan orang tua dan anak lebih menyenangkan pada saat orang tua berusaha untuk mengerti remaja dan nilai budaya-budaya baru dari kelompok remaja. Hubungan antara remaja dengan anggota-anggota keluarga cenderung merosot pada awal masa remaja meskipun hubungan-hubungan ini seringkali membaik menjelang berakhirnya masa remaja, terutama hubungan remaja-remaja putri dengan keluarganya.

4.2.3 Peranan sosial keluarga

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Oleh karenanya pentingnya peranan keluarga dalam proses berfikir dan sosialisasi anak. Orang tua memberikan kesempatan yang unik kepada anak untuk menyadari dan memperkuat nilai kepribadiannya. Dalam keluarga individu memproleh kebebasan yang luas untuk menampakkan kepribadiannya. 67 Ibid., h. 107 Institusi sosial pada hakikatnya kumpulan dari norma atau struktur sosial yang telah diciptakan untuk melaksanakan suatu fungsi dari masyarakat. Banyak yang memandang keluarga sebagai suatu kelompok sosial tetapi tidak boleh mengacaukan konsep ini dengan keluarga, sebagai suatu institusi sosial. Sebagai institusi sosial keluarga bukanlah sebuah kelompok melainkan serangkaian pola tingkah laku yang berhubungan dengan fungsi untuk melahirkan keturunan dan berfungsi sebagai perlengkapan masyarakat di dalam membentuk warga yang mencerminkan identitas setempat. Keluarga sebagai sebuah kelompok sosial menjalankan banyak fungsi institusi yang berhubungan dengan institusi sosial di luar keluarga. Adapun mengenai susunan keluarga, Probbins membagikan menjadi 3 macam, yaitu: 68 1. Keluarga yang bersifat otoriter: di sini perkembangan anak semata-mata ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter biasanya suka menyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu di dalam semua tindakan, serta lambat berinisiatif. 2. Keluarga demokrasi: di sini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya fleksibel, dapat menguasai diri, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab. 3. Keluarga yang liberal: di sini anak-anak bebsa bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini biasanya agressif, tak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kuran gstabil serta mempunyai sifat selalu curiga. Dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer digambarkan bentuk keluarga yang otoriter, yakni keinginan anak semua ditentukan oleh orang tua. Mulai dari perkawinan, pergaulan, pendidikan, sampai pekerjaan. Tokoh Uu dalam menentukan masa depannya ditentukan oleh 68 Abu Ahmadi, op.cit, h. 112 orang tuanya terutama oleh ayahnya. Padahal Uu memliki harapan sendiri, dia ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah karena dia bercita-cita ingin menjadi ahli sejarah, namun itu ditentang oleh ayahnya karena dia berpikir dengan Uu kuliah dijurusan sejarah akan menyengsarakan hidupnya kelak di masa depan. Dari perilaku orang tuanya seperti itu, mengakibatkan si Uu menjadi kemunduran dalam kematangan emosinya, terbukti dia menjadi tidak mampu mengendalikan emosinya. Dia memutuskan untuk mengunci diri di kamar dan mogok makan, dan tidak mendengarkan nasihat apapun. Dialog yang menunjukkan keluarga Rustam merupakan keluarga yang otoriter terbukti dalam dialog di bawah ini: “Bapak : Tuh Itulah sebabnya kenapa Uu ingin masuk jurusan sejarah. Uu sangat dipengaruhi dongeng-dongeng Otak Uu bagaikan diliputi kabut yang menggelapi istana- istana jaman dahulu. Ibu : Pa.. Bapak : Ma, lama-lama Uu juga akan insyaf. Dengar Uu Uu : Pokoknya Papa tidak setuju, begitu kan? Bapak : Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan mengizinkan. Uu : Kalau semua tidak setuju UU akan mengunci ciri dalam kamar dan mogok makan” 69 Perlawanan dilakukan Arifin C. Noer terhadap pola asuh yang yang otoriter dalam mengasuh anak. Pola asuh yang didasari pada otoritarisasi orang tua, bukan didasarkan pada pemikiran dan perasaan juga logika dan naluri orang tua. Pola asuh yang yang didasarkan pada materi. Hal ini menunjukkan bahwa kasih sayang yang dicurahkan orang tua terhadap anaknya atas dasar hitung-hitungan untung rugi. Biaya yang dikeluarkan orang tua untuk menyekolahkan anak harus sebanding dengan pendapatan yang nanti diperoleh setelah selesai sekolah. Keluarga yang seharusnya selalu menjadi entitas yang di dalamnya berlangsung banyak aktivitas diantaranya produksi ekonomi, konsumsi bersama, berketurunan, sosiali anak dan kegiatan rekreasi. Keluarga 69 Ibid., h. 18 sebuah sistem tindakan yang terdiri dari pelaku-pelaku purposif yang saling berhubungan. Namun, dalam beberapa kapasitas keluarga boleh dianggap sebagai pelaku purposif, karena keluarga adalah entitas dalam hal mempunyai kepentingan-kepentingan yang dirasakan sebagai dasar tindakan pelaku orang. Misalnya ada kalanya orang berkata dirinya sedang bertindak untuk “menegakkan kehormatan keluarga” dan dalam kasus tertentu keluarga memang bertindak sebagai satu unit untuk mencapai tujuan-tujuan yang dapat disebut sebagai tujuan atau sasaran keluarga itu.

4.3 Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah Menengah Atas Kelas XII

Analisis orientasi masa depan tokoh remaja dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah yaitu melalui materi unsur intrinsik dan ekstrinsik lakondrama. Melalui pembelajaran unsur-unsur tersebut maka siswa akan mempelajari apa saja yang terdapat dalam lakondrama yang ditujukan untuk skenario film. Tujuan pengajaran sastra tentulah merupakan bagian dari tujuan pendidikan keseluruhannya, karena proses belajar dan mengajarkan sastra merupakan bagian dari proses pendidikan agar si terdidik dapat menghayati nilai-nilai luhur. Si terdidik siap melihat dan mengenal nilai dengan tepat dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik. Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2013, yaitu: 1 agar peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, 2 peserta didik menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 70 Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut, peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuannya. Jika peserta didik dapat menghargai kebudayaan dan warisan intelektual berupa karya sastra. Dalam pembelajaran sastra, peserta didik tidak hanya diberikan ilmu begitu saja, tetapi dituntut untuk mengapresiasikan berbagai jenis karya sastra baik puisi, novel, drama, maupun film. Melalui media karya sastra, guru dapat menyelipkan pembelajaran mengenai kepribadian dan watak sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam karya sastra tersebut pada dirinya. Melalui keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Guru harus 70 Wahyudi Siswanto, op.cit, h. 170 berperan aktif untuk menumbuhkan kecintaan terhadap pembelajaran sastra dengan metode bervariasi. Hal ini agar memudahkan siswa menangkap pesan-pesan positif dalam karya sastra yang ia baca atau pelajari. Naskah lakonAAIIUU karya Arifin C. Noer ini dijadikan sebagai sumber untuk pembelajaran di SMA kelas XII semester 2. Dalam silabus terdapat SK yang harus dikuasai oleh peserta didik yaknimemahami pembacaan naskah drama. Kemudian KD yang harus dicapai ialah menemukan unsur-unsur intrinsik naskah lakon yang didengar melalui pembacaan. Guru bahasa dan sastra Indonesia dituntut untuk kreatif menggunakan berbagai strategi, pendekatan dan metode dalam menyampaikan materi pelajaran. Semua ini harus diupayakan dengan baik agar siswa menguasai materi tersebut dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Jika dikaitkan dengan kompetensi dasar, naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer dapat dijadikan bahan pembelajaran dari setiap dialog yang dihadirkan tiap tokoh. Selain itu lakon AAIIUU juga menceritakan tentang tokoh ramaja yakni Uu yang tidak mengenal putus asa untuk mencapai cita- citanya sebagai ahli sejarah. Meski banyak yang menentang dengan keputusannya, namun Uu tetap meyakinkan orang tua serta keluarga besarnya bahwa apa yang menjadi pilihannya tidak salah. Karena semua ilmu pengetahuan memiliki kelebihan masing-masing dan janganlah mengukur nilai pendidikan dari segi komersil. Siswa diharapkan dapat terus bersemangat dalam menuntut ilmu setinggi mungkin, dan bekerja keras dalam mencapai cita-cita. Dalam lakon ini, bukan hanya memberikan pesan terhadap siswa, melainkan terhadap para orang tua atau guru agar memberikan dukungan terhadap anak untuk menggapai cita-citanya selama impian mereka tidak merugikan banyak orang.Guru juga harus dapat menggunakan metode pembelajaran bervariatif agar siswa tidak merasa bosan di setiap pertemuan. Dengan adanya variasi metode ini diharapkan siswa dapat lebih nyaman dan antusias dalam menerima pelajaran, sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran dapat ditangkap dengan baik oleh siswa. Jika dikaitkan pula dengan indikator pencapaian kompetensi yakni menemukan unsur-unsur instrinsik teks drama yang didengar melalui pembacaan dan mendiskusikan unsur instrinsik teks drama yang didengar. Guru dapat mendeskripsikan perilaku tokoh, materi tersebut terdapat dalam pembahasan unsur intrinsik. Guru dapat mengajarkan bagaimana tokoh remaja berjuang demi mencapai cita-cita meskipun ditentang oleh kedua orang tua. Guru juga dapat mengajarkan kepada peserta didik bahwa untuk mencapai suatu cita-cita tidaklah semudah membalikkan kedua tangan, banyak terjadi rintangan. Maka sebagai seorang guru sudah seharusnya memberikan semangat siswa untuk terus berusaha mewujudkan setiap mimpi dan cita-cita yang diinginkan agar menuai kesuksesan di masa depan. Melalui lakonini guru juga dapat menceritakan bagaimana keadaan masyarakat di perkotaan besar pada tahun 1994-an khususnya pemikiran orang tua terhadap orientasi masa depan anak terutama dalam bidang pekerjaan.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dianalisis, dari lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer , maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut, 1. Penjabaran orientasi masa depan pada tokoh remaja dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer, bahwa proses pembentukan orientasi masa depan pada tokoh Uu meliputi 3 tahap, yakni pertama motivasi internal dan eksternal. Motivasi internal didorong karena Uu memiliki minat besar di bidang literasi baca-tulis, maka dari itu Uu menyukai pelajaran sejarah. Motivasi eksternal di antaranya karena Uu sedari kecil sudah akrab dengan dongeng-dongeng. Kedua perencanaan positif dan negatif. Perencanaan positif itu ia tunjukkan ketika hendak mengikuti ujian sekolah. Pada malam harinya ia belajar dengan sungguh-sungguh hingga larut malam. perencanaan negatif itu, ia mengancam akan merencanakan mogok makan dan mengurung diri di kamar jika semua keluarganya tidak mendukung atas cita-citanya. Ketiga Evaluasi, proses evaluasi tokoh Uu melibatkan casual atribution yakni mengenai kesempatan yang dimiliki tokoh dalam mewujudkan keinginannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan terdiri dari faktor internal meliputi konsep diri dan kognitif. Konsep diri dalam tokoh Uu memiliki kesenjangan antara extant self dan desire self besar, dikarenakan dia memiliki keinginan yang kuat dan besar dalam dirinya yang memiliki cita-cita sebagai seorang ahli sejarah, sehingga setelah lulus sekolah nanti dia ingin melanjutkan ke jurusan sejarah. Kognitif, kemampuan metakognisi Uu berkembang dan kemampuan ini sangat memungkinkan Uu untuk memikirkan kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan memberikan solusi. faktor eksternal meliputi jenis kelamin, karena Uu berjenis kelamin perempuan sehingga lebih memilih pekerjaan yang tidak banyak menuntut waktu dan memberikan rasa aman, menurutnya pekerjaan itu adalah sebagai ahli sejarah. Kedua status sosial ekonomi, dalam naskah lakon AAIIUU terlihat bahwa latar keluarga dari keluarga upper class, dimana orang tua 112

Dokumen yang terkait

Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 75 106

Perilaku Mayarakat Urban dalam Drama Mega,Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Sastra di SMA

14 70 139

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

0 32 311

DESKRIPSI LATAR DAN FUNGSINYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

2 31 72

Kritik Sosial dalam Naskah Drama Cannibalogy Karya Benny Yohanes dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

52 294 162

Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Kelas XII Program Studi IPA-IPS Aliyah

3 172 182

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KELAS XII KURIKULUM 2013.

0 2 24

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

0 3 13

PENDAHULUAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

5 41 30

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel 5cm Karya Donny Dirgantoro dan Relevansi Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas XII Sekolah Menengah Atas (Kajian Psikologi Sastra).

0 0 15