Setting atau Latar HAKIKAT LAKONDRAMA

disebut sebagai plot lurus, maju atau juga dinamakanprogresif, sedang yang kedua adalah sorot-balik, mundur, flash-back, atau dapat juga disebut sebagai regresif. 49 Plot lurus, progresif. Plot sebuah dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis. Plot sorot-balik, flash-back. Urutan kejadian yang dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak bersifat kronologis. Pola struktur naratif dalam naskah lakon secara umum dibagi menjadi tiga tahapan yakni permulaan, pertengahan, serta penutupan. 1. Tahap Permulaan Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis dalam sebuah cerita film karena dari sinilah segalanya bermula. Pada titik inilah ditentukan aturan permainan cerita film. Pada tahap ini biasanya telah ditetapkan pelaku utama dan pendukung, pihak protagonis dan antagonis, masalah dan tujuan, serta aspek ruang dan waktu cerita eksposisi. 50 Jika seorang pelaku cerita baik protagonis maupun antagonis membutuhkan apapun, pada tahap inilah tuntutan tersebut biasanya dipenuhi. Kadang pada tahap ini terdapat sekuen pendahuluan atau prolog yang merupakan latar belakang cerita film. Prolog bukan merupakan bagian dari alur cerita utama namun adalah peristiwa yang terjadi sebelum cerita sebenarnya terjadi. Prolog sering ali digunakan untuk memperkuat figur sosok protagonis atau bisa pula antagonis. 2. Tahap Pertengahan Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh utama atau protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah yang telah ditentukan pada tahap permulaan. Pada tahap inilah alur cerita mulai berubah arah dan biasanya disebabkan oleh aksi 49 Burhan Nurgiyantoro, op.cit, h. 153 50 Himawan, op.cit, h. 45 di luar perkiraan yang dilakukan oleh karakter utama atau pendukung. 51 Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya konflik. Konflik sering kali berisi konfrontasi fisik antara pihak protagonis dengan antagonis. Pada tahap ini juga umumnya karakter utama tidak mampu begitu saja menyelesaikan masalahnya karena terdapat elemen-elemen kejutan yang membuat masalah menjadi lebih sulit atau kompleks dari sebelumnya. Pada tahap inilah tempo cerita semakin meningkat hingga klimaks cerita. Pada tahap ini hinggga menjelang klimaks, tokoh utama sering kali mengalami titik terendah putus asa baik dari segi fisik maupun mental. 3. Tahap Penutupan Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari konflik atau konfrontasi akhir. Pada titik inilah cerita film mencapai titik ketegangan tertinggi. Setelah konflik berakhir maka tercapailah penyelesaian masalah, kesimpulan cerita, atau resolusi. Tokoh utama berhasil mencapai tujuannya dan bisa pula tidak. Mulai titik inilah tempo cerita makin menurun hingga cerita berakhir.

5. Tokoh dan Penokohan

Dalam hal penokohan, di dalamnya termasuk hal-hal yang berkaitan dengan penamaan, pemeranan, keadaan fisik tokoh aspek psikologis_, keadaan sosial tokoh aspek sosialogi, serta karakter tokoh. 52 Hal-hal yang termasuk di dalam permasalahan penokohan ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan- permasalahan atau konflik-konflik kemanusiaan yang merupakan persyaratan utama drama. 51 Ibid., h. 45 52 Hassanuddin WS, op.cit, h. 76 Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh statis tak berkembang dan tokoh berkembang. 53 Tokoh-tokoh di dalam drama telah dipersiapkan sebelumnya, maka hal-hal yang melekat pada seorang tokoh dapat dijadikan sumber data atau sinyal informasi guna membuka selubung makna drama secara keseluruhan. Aspek-aspek penokohan ini akan saling berhubungan dan berkaitan dalam upaya membentuk dan membangun permasalahan dan konflik di dalam drama. Dalam penggambaran watak tokoh, seorang pengarang dapat melakukannya dengan dua cara; cara eksposisi dan cara dramatik. Cara penggambaran dikatakan eksposisi apabila pengarang menerangkam secara langsung sifat-sifat watak itu baik yang bersifat batiniah maupun lahiriah. Pengarang menggambarkan secara langsung kondisi badannya, umurnya, kesukaannya, kesopanannya, dan sebagainya. Cara penggambaran dikatakan dramatik apabila pengarang tidak secara langsung menjelaskan secara langsung sifat- sifat watak tokoh, tetapi hanya memberikan gambaran tindakan- tindakan atau gerak-gerak setiap tokoh. 54 Dengan penggambaran gerak dapat disimpulkan bagaimana sifat watak tokoh, karena cara ini merupakan gambaran watak secara tidak langsung. Maka cara inilah yang paling sukar dikerjakan oleh pengarang.

6. Gaya Bahasa

Bahasa adalah bahan mentah sastrawan. 55 Pembicaraan tentang gaya bahasa menyangkut kemahiran pengarang mempergunakan bahasa sebagai medium drama. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat guna adegan yang seram, adegan 53 Burhan Nurgiyantoro, op.cit. h. 188 54 A. Hayati dan Winarno Adiwardoyo, Latihan Apresiasi Sastra, Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990, h. 12 55 Rene Wellek Austin Warren, Teori Kesusastraan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1993, h. 217

Dokumen yang terkait

Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 75 106

Perilaku Mayarakat Urban dalam Drama Mega,Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Sastra di SMA

14 70 139

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

0 32 311

DESKRIPSI LATAR DAN FUNGSINYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

2 31 72

Kritik Sosial dalam Naskah Drama Cannibalogy Karya Benny Yohanes dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

52 294 162

Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Kelas XII Program Studi IPA-IPS Aliyah

3 172 182

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KELAS XII KURIKULUM 2013.

0 2 24

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

0 3 13

PENDAHULUAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

5 41 30

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel 5cm Karya Donny Dirgantoro dan Relevansi Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas XII Sekolah Menengah Atas (Kajian Psikologi Sastra).

0 0 15