Tokoh dan Penokohan HAKIKAT LAKONDRAMA
pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang, akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra.
Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan
teks berupa drama. film maupun prosa. Jatman dalam bukunya Suwardi Endaswara berpendapat bahwa karya sastra dan psikologi memang
memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional.
59
Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi
gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Pada dasarnya psikologi sastra dibangun atas dasar asumsi-asumsi
genesis, dalam kaitannya dengan asal-usulnya karya, artinya psikologi sastra dianalisis dalam kaitannya dengan psiko dengan aspek-aspek
kejiwaan pengarang. Secara definitif tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung di dalam suatu karya
melalui pemahaman terhadap para tokoh, misalnya masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan lain
yang terjadi di masyarakat, khususnya yang terkait dengan psike. Ada tiga cara yang dilakukan untuk memahami hubungan antara
psikologi dengan sastra, yaitu: a memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, biasa disebut dengan pendekatan ekspresif. b
memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam karya sastra, biasa disebut pendekatan tekstual. c memahami unsur-unsur kejiwaan
pembaca, biasa disebut pendekatan reseptif-pragmatik.
60
Daya tarik psikologi sastra ialah masalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam
sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman
pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain.
59
Ibid., h. 97
60
Albertine Minderop, Psikologi Sastra karya sastra, metode, teori dan contoh kasus, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, h. 54
Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Kecerdasan sastrawan yang
sering melampaui batas kewajaran mungkin bisa dideteksi lewat psikologi sastra. Itulah sebabnya pemunculan psikologi sastra perlu mendapat
sambutan. Setidaknya sisi lain dari sastra akan terpahami secara proporsional dengan penelitian psikologi sastra.
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer sarat dengan masalah-masalah psikologi, terutama konsep tokoh remaja UU dan naluri
kehidupan sebagai ungkapan untuk mempertahankan hidup. Analisis psikologis sastra dalam naskah lakon ini menggunakan pendekatan tekstual
yakni memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam skenario. Pemaparan perwatakan para tokoh disampaikan melalui metode
showing yakni memperlihatkan pengarang menempatkkan diri di luar kisahan dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk
menampilkan perwatakan mereka melalui dialog dan action.
61