BAB II Kajian Teori
2.1 Orientasi Masa Depan
2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan
Orientasi masa
depan merupakan
bagaimana seseorang
merumuskan dan menyusun visi ke depan dengan membagi orientasi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Di mana representasi
mental tentang masa depan, yang dibangun oleh individu pada titik-titik tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh kontekstual
pribadi sosial. Menurut Nurmi 2004, ia memaparkan “future orientation during
this second decade of life is important because crucial decisions concerning education and occupation must be made. Although young
people usually make these decisions during late adolescence or early adulthood, much of their earlier preoccupation relates to similar concerns,
e.g., school work and their parent lifestyle. ”
1
Orientasi masa depan merupakan kemampuan seorang individu untuk merencanakan masa depan
yang merupakan salah satu dasar dari pemikiran manusia. Orientasi masa depan menggambarkan bagaimana seseorang memandang dirinya di masa
yang akan datang, gambaran tersebut membantu individu dalam menempatkan dan mengambil keputusan karirnya. Orientasi tentang
pekerjaan apa yang akan digeluti di masa yang akan datang merupakan faktor penting yang harus dimiliki remaja karena hal ini berhubungan
dengan pemilihan bidang pendidikan yang akan dipilih. Oleh karena itu remaja membutuhkan orientasi masa depan karena akan membantu remaja
untuk mengarahkan perilakunya dalam mencapai tujuan masa depan yang diharapkan.
1
J.E. Nurmi, Age, Sex, Social Class,and Quality of Family Interaction as Determinant‟s Future
Orientation: A Developmental Task Interpretation. Adolescence, Vol. XXII No.88, Libra Publishers Inc, h.
976
13
Dalam jurnal Nurmi 1989 yang berjudul Adolescent‟s Orientation
To The Future: Development Of Interest and Plant, Related Atributions and Effects in the Life Span Context. Helsinski: Finish Society of Science,
pada penelitian Sri Maslihah memaparkan pada umumnya orientasi masa depan remaja berkisar pada tugas-tugas perkembangan yang dihadapi pada
masa remaja dan dewasa awal yang mencakup berbagai lapangan kehidupan terutama bidang pendidikan, pekerjaan dan perkawinan.
2
Dalam penelitian ini hanya satu bidang yang diteliti ialah mengenai pekerjaan.
Oleh karena itu, definisi orientasi masa depan dalam area pekerjaan dalam penelitian ini adalah sikap, asumsi mengenai pekerjaan yang
terbentuk dari pengalaman masa lalu. Sikap, dan asumsi tersebut berinteraksi dengan informasi yangberasal dari lingkungan untuk
membentuk ekspektansi tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada pekerjaan di masa mendatang.
2.1.2 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan
Secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
3
Sebagai kelanjutan langsung dari masa anak akhir, maka remaja merupakan masa transisi untuk menuju masa dewasa. Masa remaja
memiliki ciri pertumbuhan fisik yang relatif cepat. Sementara itu, remaja mulai merasa tak mau dikekang atau dibatasi secara kaku oleh aturan
keluarga. Mereka ingin memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri guna mewujudkan jati diri, hanya saja cara berpikir mereka cenderung
egosentris dan sulit untuk memahami pola pikir orang lain. Secara umum yang tergolong remaja adalah mereka yang berada
pada usia 13-21 tahun. Ciri lain yang cukup menonjol pada diri remaja
2
Sri Maslihah, Pelatihan Orientasi Masa Depan untuk Meningkatkan Kemampuan Remaja dalam Menyusun Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011,
h. 2
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, h. 206
ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin mengubah kondisi yang mapan.
4
Apabila ini terarah dengan baik, maka mereka dapat menjadi pemimpin yang baik di masa depan, sebaliknya bila
tidak terbimbing dengan baik, mereka cenderung akan merusak tatanan dan nilai-nilai sosial masyarakat.
Identitas yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Dalam usaha mencari perasaan
kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk
melakukannya mereka harus menunjuk secara artifisial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh, dan mereka selalu siap untuk
menempatkan idola mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identitas yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah
lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak. Peningkatan kesadaran diri pada masa remaja sering disebut
egosentrisme remaja, dibagi menjadi 2 bagian yakni imaginary audience dan personal fable.
5
Imaginary audience adalah keyakinan remaja bahwa orang lain tertarik terhadap mereka sebagaimana mereka tertarik pada diri
mereka sendiri, dan perilaku untuk menarik perhatian. Sedangkan personal fable adalah bagian dari egosentrisme remaja yang melibatkan rasa
keunikan dan tidak terkalahkan.
6
Perasaan tidak terkalahkan dapat menyebabkan remaja untuk percaya bahwa mereka sendiri kebal terhadap
bahaya dan bencana yang terjadi pada orang lain. Akibatnya beberapa remaja melakukan perilaku berisiko seperti balapan, menggunakan
narkoba dan berhubungan seks tanpa menggunakan kontrasepsi atau pelindung terhadap infeksi menular seksual.
Dalam masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang lebih matang. Juga
4
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama, Bandung: Refika Aditama. 2011, h. 40
5
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, Jakarta: Salemba Humanika. 2011, h. 348
6
Ibid., h. 348
karena tanggung jawab yang lebih besar yang harus dipikul oleh remaja yang lebih tua dan berkurangnya waktu yang dapat digunakan sesuka hati,
maka remaja yang lebih besar terpaksa harus membatasi minatnya. Semua remaja muda sedikit banyak memiliki minat dan ia juga
memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari berbagai kategori, yang terpenting di antaranya adalah minat rekreasi, minat sosial, minat
pribadi, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat pada agama, dan minat pada simbol status. Besarnya minat remaja terhadap pendidikan
sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Kalau remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi maka
pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinya akan berguna
dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Pada akhir masa remaja, minat pada karier seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar
membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang dicita-citakan.
7
2.1.3 Proses pembentukan orientasi masa depan
Menurut Jurnal Nurmi tahun 1991 yang berjudul The Development of Future Orientation In Life Span Contect. Helsinski: Finish Society of
Science pada penelitian Laura dan Sonja dijelaskan orientasi masa depan dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu:
“Described future orientation through three basic proceses: motivation, planning, and evaluation.”
8
. Proses itu berlangsung secara bertahap dan saling berinteraksi satu
sama lainnya.
Individu menentukan
tujuan mereka
dengan mempertimbangkan minat, nilai dan harapan masa depan. Selanjutnya
mereka akan melakukan upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut dengan melakukan berbagai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Ketiga proses ini akan dijelaskan lebih detail sebagai berikut:
7
Elizabeth B. Hurlock, op.cit, h. 221
8
Laura Holopalnen dan Sonja Sulinto, Adolescents‟ Health Behaviour and Future
Orientation.Department of Psychology, University of Jyvaskyla, Spring 2005, h. 4