Tanpa kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan pemahaman sastra akan timpang. Kecerdasan sastrawan yang
sering melampaui batas kewajaran mungkin bisa dideteksi lewat psikologi sastra. Itulah sebabnya pemunculan psikologi sastra perlu mendapat
sambutan. Setidaknya sisi lain dari sastra akan terpahami secara proporsional dengan penelitian psikologi sastra.
Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer sarat dengan masalah-masalah psikologi, terutama konsep tokoh remaja UU dan naluri
kehidupan sebagai ungkapan untuk mempertahankan hidup. Analisis psikologis sastra dalam naskah lakon ini menggunakan pendekatan tekstual
yakni memahami unsur-unsur kejiwaan para tokoh fiksional dalam skenario. Pemaparan perwatakan para tokoh disampaikan melalui metode
showing yakni memperlihatkan pengarang menempatkkan diri di luar kisahan dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk
menampilkan perwatakan mereka melalui dialog dan action.
61
2.4 Pembelajaran Sastra
Pembelajaran sastra sudah diterapkan di jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi dan tentunya harus disesuaikan
dengan kompetensi yang hendak dicapai. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi
sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sasttra.
62
Kompetensi apresiasi sastra yang diasah dalam pendidikan ini adalah kemampuan menikmati
dan menghargai karya sastra. Dengan pendidikan semacam ini, peserta didik diajak unuk langsung membaca, memhami, menganalisis, dan
menikmati karya sastra secara langsung. Tidak hanya itu saja, peserta didik diajak untuk memahami dan menganalisis berdasarkan bukti nyata
yang ada di dalam karya sastra dan kenyataan yang ada di luar sastra, tetapi juga diajak untuk mengembangkan sikap posistif karya sastra.
61
Ibid., h. 77
62
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo. 2008, h. 168
Kegunaan sastra termasuk drama tidak perlu ditawar-tawar lagi, antara lain mendidik manusia agar memahami kehidupan lebih baik.
63
Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum 2004 agar peserta didik mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memeperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, serta peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
inteletual manusia Indonesia.
64
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok pengajaran sastra adalah untuk mencapai kemampuan apresiasi kreatif.
Respon ini menyangkut aspek kejiwaan, terutama berupa perasaan, imajinasi, dan daya kritis. Dengan memiliki respon sastra siswa
diharapkan mempunyai bekal untuk mampu merespon kehidupan ini secara artistik imajinatif, karena sastra itu sendiri dari pengolahan tentang
kehidupan kehidupan secara artistik dan imajinatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Apresiasi kreatif yang menjadi tujuan pengajaran sastra itu dalam wujud kegiatan belajar sastra terdiri dari tiga tingkatan:
a. Penerimaan : siswa memperlihatkan bahwa dia mau belajar, mau
bekerja sama, dan menyelesaikan tugas membaca dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan itu.
b. memberi respon: suka terlibat dalam kegiatan membaca dan
menunjukkan minat pada kegiatan penelaahan sastra. c.
Apresiasi: menyadari kemanfaatan pengajaran, sehingga dengan kemauan sendiri ingin menambah pengalamnnya, ingin membaca
karya sastra baik dianjurkan atau tidak, ingin berpartisipasi dalam
63
Suwardi Endraswara, op.cit, h.288
64
Ibid., h. 170