Unsur Intrinsik Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer

akan bekerja di mana dan akan menjadi apa. Hal itu dapat dilihat pada dialog berikut, “Rustam : Mau jadi ahli sejarah? Ibu : Yaa.. kan nanti sama-sama jadi dokteranda kalau selesai kelak. Rustam :Kamu betul-betul kurang memahami jaman sekarang. Dokteranda apapun memang sama, tapi nilai komersilnya berbeda-beda. Insinyur juga macam- macam dan boleh dikatakannya satu sama lain, tapi tetap saja masing-masing memiliki nilai komersil yang berbeda- beda” 2 Gambaran secara jelas bahwa orang tua, terutama ayah tidak mendukung Uu untuk mencapai cita-citanya melanjutkan kuliah di jurusan sejarah dan bekerja sebagai ahli sejarah. Sang ayah berpikir bahwa kuliah di jurusan sejarah akan membuang-buang waktu karena dinilai masa depannya tidak akan jelas misalnya ketika lulus nanti tidak akan ada perusahaan yang mau memperkerjakan lulusan sejarah. Di samping itu, dilihat dari nilai komersialnya lulusan sejarah akan susah untuk mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan lulusan kedokteran ataupun lulusan teknik, yang secara otomatis akan mempengaruhi tingkat strata sosial di lingkungan masyarakat. Bahkan tidak hanya ayahnya yang tidak mendukung Uu, melainkan teman-teman Uupun malah mentertawakan atas sikap Uu yang ingin melanjutkan jurusan sejarah. Menurut mereka, itu akan menambah jumlah pengangguran dan orang miskin di Indonesia. Hal ini tercantum dalam dialog berikut, “ Uu : Semua sudah menjadi pedagang. melihat pada AA dan II Masa mereka ngetawain UU. Ibu :Kenapa memangnya? Uu :UU ditanya sama si Chandra, UU mau daftar kemana, lalu UU bilang ke jurusan sejarah. Eh, semua kawan-kawan ketawa. UU sama sekali tidak mengerti. Apa yang lucu?” 3 Uu merasa kesal dan kecewa atas sikap teman-temannya yang mentertawakan keputusannya untuk melanjutkan ke jurusan sejarah. 2 Ibid., h.5-6 3 Ibid., h. 14 Dalam percakapannya dengan ibu, ketika dia bilang “semua sudah menjadi pe dagang” secara tidak langsung Uu mengkritik dan menyindir kondisi masyarakat pada saat itu di mana pemikiran mereka tidak lebih dari berniaga yang selalu memikirkan untung dan rugi, semua yang dilakukan haruslah memiliki nilai untung yang tinggi. Dan hal tersebut juga dialami termasuk keluarganya sendiri dan juga teman-temannya. Selain menyuarakan tentang kurangnya dukungan orang tua terhadap minat dan bakat anak, lewat lakon ini Arifin juga hendak menyuarakan tentang sebuah keluarga yang menganggap diri sebagai keluarga modern. Mereka bertempat tinggal di pusat kota Jakarta, bekerja di gedung perkantoran tinggi namun mereka masih kolot. Kolot yang dimaksud bukan berarti tidak berpendidikan, namun masih bersikap mempercayai dukun atau masih mempercayai hal-hal mistis yang konon hanya dilakukan oleh mereka yang tidak melek sekolah. Hal ini terlihat dari cara pemikiran keluarga tersebut, sebuah keluarga yang tidak demokratis, yang mana tidak memberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bakat dan minat anak-anaknya. Cerminan tersebut persis seperti pemerintahan pada masa itu, yang kerap membungkam kritik. Dibungkamnya pers dapat dilihat dalam jurnalnya Dwi Wahyono dan Gayung Kasuma. 4 Selain dibungkamnya pers, pada masa itu juga keadaan perekonomian mengalami pasang surut. Indonesia mengalami krisis yang diakibatkan besarnya hutang luar negeri, hingga akhir masa pemerintahannya terjadi krisis berkpanjangan, krisisnya perekonomian Indonesia dapat dilihat dalam jurnal Muhammad Ihsan Syahaf Nasution. 5 Jadi dalam naskah lakonAAIIUU secara langsung menjadi cermin untuk menggambarkan kondisi sosial Indonesia. 4 Dwi Wahyono Hadi dan Gayung Kasuma., Propaganda Orde Baru, Jurnal politik. Verleden, vol.1 No.1, Desember 2012:1-109 5 Muhammad Ihsan Syahaf Nasution, Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Perekonomian di Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Soeharto 1968-1998, Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2013. Dapat disimpulkan bahwa tema utama dalam lakon ini adalah tentang mengkritisi hak-hak dasar manusia yakni hak mengembangkan diri, hak atas kebebasan pribadi, hak memperoleh keadilan, serta hak anak untuk menentukan cita-cita dan masa depan. Penghargaan terhadap anak hanya bisa dicapai apabila semua orang, termasuk anak-anak sendiri, mengakui bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, dan menerapkannya dalam sikap dan perilaku yang menghormati, mengikutsertakan dan menerima orang lain. 3. Tokoh dan Penokohan Gambaran tokoh tercermin lewat dialog dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer, tergambar tokoh beserta wataknya. Tokoh biasanya ditandai dengan nama sedangkan penokohan atau karakter biasanya ditandai dengan sikap dan watak. Terdapat tujuh tokoh dalam cerita AA II UU karya Arifin C. Noer yaitu: Aa, Ii,Uu, Rustam, ibu, tante, oom, serta beberapa tokoh tambahan yakni Berlin, ketua, yang lain-lain, Pembantu, dan dukun. Masing-masing dari ketujuh tokoh tersebut memiliki peranan yang berbeda serta karakter yang kuat dalam setiap cerita yang ditampilkan. Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita secara keseluruhan, tokoh dibedakan ke dalam tokoh utama: tokoh utama yang utama dan tokoh utama tambahan serta tokoh tambahan: tokoh tambahan utama dan tokoh tambahan yang tambahan. 1 Uu Dilihat dari awal kemunculan tokoh UU masuk ke dalam tokoh utama yang utama. Dia adalah anak ketiga dari bapak Rustam dan Ibu Rustam. Diperkirakan Uu berumur menjelang 18 tahun. Di dalam lakon AAIIUU tokoh Uu diceritakan masih sekolah dibangku SMA kelas 3 yang sedang mengikuti ujian akhir sekolah. Uu memiliki keinginan untuk meneruskan kuliah di jurusan sejarah dan bekerja menjadi ahli sejarah. Namun dilarang oleh keluarganya terutama oleh ayahnya. Ketika Uu mengetahui hal itu, ia langsung pergi meninggalkan mereka dan langsung pergi mengunci diri di kamar. Hal tersebut dibuktikan pada kutipan di bawah ini: “Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri dalam kamar dan mogok makan” 6 Kutipan di atas menunjukkan jika Uu memiliki sifat keras kepala. Demi mempertahankan keinginannya, ia sampai berani mengunci diri di kamar, hal yang tidak pernah dilakukan oleh kedua kakaknya. Bentuk pengancaman seperti itu tidak lain hanya gertakan agar mendapat simpati dari orang lain, dan hanya akan dilakukan oleh orang yang belum bisa berpikir dewasa. Berhubung sudah tidak ada cara untuk mendapatkan izin dari keluarganya. Maka yang dapat dilakukan Uu adalah mengancam keluarganya, karena dengan begitu ia beranggapan akan berhasil mengajak keluarga menyetujui keinginannya. Keputusannya untuk mengunci diri bukan berarti sikap atau karakter Uu yang manja. Namun lebih kepada sikap pemberontakan untuk mempertahankan haknya sebagai anak. Di antara hak-hak anak antara lain adalah hak mendapat kehidupan, hak berhak mendapatkan nama dan kewarganegaraan, hak berkarya dan berpendapat, hak berpikir dan beragama, hak mendapat perlindungan dari tindakan kekerasan dan perlakuan yang seenaknya. “Uu : Setuju dulu dong Uu masuk jurusan sejarah. Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak mungkin sayang. Itu akan mencelakakan masa depan. Uu : Ini masalah hak azasi.” 7 Lewat percakapannya dengan tante, Uu menyampaikan bahwa apa yang dilakukannya bukan semata-mata memunculkan bentuk kekanak- kanakan yang keras kepala. Akibat keegoisan orangtuanyalah, ia merasa tidak memperoleh hak-hak sebagai anak. Setelah menyadari hak-haknya, ia melakukan pemberontakan kepada keluarganya. 6 Arifin C. Noer. op.cit. h.18 7 Ibid., h. 32 Meski demikian tokoh Uu tidak melulu digambarkan negatif, ada satu hal yang dapat dicermati dari sifat Uu yakni sifat berani dalam mempertahankan haknya untuk melanjutkan kuliah di jurusan sejarah. Keinginan yang dipertahankan Uu tidak lain adalah sikap yang sepatutnya dilakukan oleh individu sebagai makhluk sosial dalam memperoleh hak- hak dasar manusia antara lain hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, dan hak atas kebebasan pribadi. Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa tokoh Uu merupakan tokoh protagonis dan mengalami konflik baik dengan tokoh lain maupun dengan dirinya sendiri. Tokoh Uu termasuk tokoh statis karena tidak mengalami perubahan karakter dengan perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Dari awal cerita sampai akhir cerita Uu tetap mempertahankan pilihannya kuliah di jurusan sejarah dan akan menjadi ahli sejarah. Lewat penokohan Uu, Arifin menyampaikan bahwa setiap anak memiliki hak-hak atas dirinya dan orang tua seharusnya menyadari akan hak-hak anaknya. 2 Aa Kakak laki-laki Uu yang pertama, termasuk ke dalam tokoh utama yang tambahan. Aa digambarkan sebagai anak laki-laki dan anak pertama dari keluarga Rustam. Usianya diperkirakan 22 tahun. Ia dituntut ketika dewasa nanti dapat menggantikan ayahnya bekerja di kantor dagang. Maka dari itu Aa kuliah mengambil jurusan ekonomi. Akibat bentuk didikan Rustam yang otoriter menjadikan Aa tumbuh menjadi anak yang memiliki sifat realistis. Sifat realistis Aa digambarkan pada dialog di bawah ini, “Aa : Pertama karena Lydia cantik. Rustam : Bagus. Jawaban yang jujur. Aa : Kedua.. karena dia pintar. Rustam : Kamu mencintainya? Aa : Sangat. Rustam : Kenapa? Aa : Karena ukuran-ukuran tadi. Rustam : Tepat. Karena ukuran-ukuran yang menguntungkan. Karena kepintaran Lydia yang diharapkan untuk bisa menguntungkan rumah tangga kalian secara ekonomis. Begitu kan? Aa : Saya kira begitu. Rustam : Kamu betul-betul seorang realis yang mengagumkan Tidak sia-sia kamu jadi anak saya. Sekarang Ii .” 8 Dalam dialog di atas menunjukkan bahwa Aa memiliki sifat yang realistis. Terlihat dari ukuran-ukuran Aa untuk memilih calon istri. Tidak dipungkiri bahwa hal yang pertama kali dilihat dari seorang laki-laki terhadap perempuan adalah kecantikan. Kemudian barulah merujuk kepada sifat dan karakter si perempuan. Sifat realistis Aa juga ditunjukkan pada saat ia bercakap dengan ibu. “Ibu : Tapi dia telah menyiapkan dirinya untuk segala risiko atas pilihannya. Dengarkan mama. Kalian terbalik. Yang seharusnya kalian lakukan bukan membujuk Uu tapi meyakinkan Papa bahwa Uu tidak salah pilih. Aa : Tapi Papa benar, Ma. Yang kita perlukan sekarang adalah lapangan yang sebanyak mungkin untuk memberikan keuntungan materil.” 9 Seperti halnya Rustam, Aa juga keberatan dengan pilihan Uu yang menginginkan kuliah di jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah. Ia menganggap bahwa hal yang harus dicari sekarang adalah pendidikan yang sekiranya ketika lulus nanti tidak menyusahkan untuk mencari pekerjaan dan banyak peluang untuk bekerja. Alasannya sangat realistis karena pada zaman itu sedang terjadi krisis moneter yang mengakibatkan ratusan perusahaan baik skala kecil dan besar bertumbangan, PHK tak terelakkan dan ratusan ribu orang menjadi pengangguran. Dengan demikian maka tidak salah jika Aa memiliki pandangan bahwa pendidikan harus memberikan keuntungan materil. Berdasarkan pemaparan di atas, tokoh Aa merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh yang berkembang karena seiring berjalannya cerita mengalami perkembangan karakter dari awal sampai akhir cerita. Pada awalnya Aa digambarkan tidak mendukung keinginan 8 Ibid., h. 8-9 9 Ibid., h. 23 Uu, namun pada akhirnya ia sadar bahwa Uu memiliki hak atas masa depannya dan mengembangkan minat dan bakat. 3 Ii Ii adalah Kakak perempuan Uu, dan termasuk tokoh utama yang tambahan. Dalam lakon ini Ii digambarkan seorang mahasiswi jurusan farmasi, yang diperkirakan berumur 20 tahun. Selain itu ia juga digambarkan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dan perannya sebagai penengah keluarga dan menjadi titik harmonisasi keluarga di mana penyatuan keluarga tergantung padanya. Oleh karena itu Ii membantu meringankan beban ayahnya untuk berusaha membujuk Uu yang mulai melakukan mogok mengunci diri di kamar. “Ii :Saya akan membujuknya untuk yang pertama kalinya sebagai kakaknya. Barangkali saya akan mendapat tempat yang istimewa di hatinya .” 10 Dalam kutipan tersebut Ii menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak, khususnya kakak perempuan. Ia mencoba untuk membujuk Uu pertama kali agar mengurungkan niatnya untuk mengunci diri di kamar. ia berangggapan bahwa dengan dia yang pertama kali membujuk akan mendapatkan tempat di hati Uu dan meluluhkan hati Uu. Ii juga digambarkan tidak jauh berbeda dengan tokoh Aa yakni memiliki sifat yang realistis. Sifat realistis itu ia tunjukkan dalam dialognya bersama ibu. “Ibu : Dia tidak mau mendengarkan pendapat siapapun karena dia tidak melakukan kesalahan apapun dalam pilihannya. Ii : Mama tahu dia akan mendapat kesukaran kelak kalau cari kerja.” 11 Pada dialog di atas menunjukkan bahwa Ii juga keberatan atas pilihan Uu yang menginginkan menjadi ahli sejarah. Dengan menjadi ahli sejarah tidak akan ada orang yang menerima jasanya, dan pada akhirnya akan menyusahkan Uu mendapatkan pekerjaan. 10 Ibid., h.19 11 Ibid., h. 23 Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tokoh Ii merupakan tokoh antagonis dan termasuk ke dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan karakter sejalan dengan perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya Ii digambarkan keberatan atas pilihan Uu, namun pada akhirnya Ii menyadari bahwa Uu berhak untuk meningkatkan minat dan bakat. 4. Rustam Rustam merupakan ayah dari Aa, Ii, Uu. Usianya diperkirakan 50 tahun. Ia digambarkan sebagai seorang yang bekerja di kantor dagang yang bertempat di pusat kota Jakarta. Ia merupakan tokoh tambahan yang utama, digambarkan memiliki watak yang keras kepala, materialistis, egois serta realistis. Hal ini tercermin ketika dia menentang Uu untuk kuliah mengambil jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah. “Rustam : Artinya membiarkan Uu jatuh kepada pilihan yang keliru semua orang mengejar uang dan kamu biarkan UU mengejar angin yang bernama lamunan sejarah. Sebagai Ibu seharusnya kamu menyadarkan UU yang baru tahu AIUEO itu bahwa sejarah tidak akan menyelesaikan hidup ini. Hanya uang yang punya kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa saja” 12 Dalam kutipan di atas membuktikan bahwa ayah seorang yang bersifat materialistis. Sifat tersebut ia tunjukkan ketika mengatakan bahwa hanya uanglah yang mampu menyelesaikan semua masalah, apalagi di zaman ketika semua sudah menjadi pedagang dan zaman di mana nilai pendidikan dikesampingkan. Orang tua lebih memilih pendidikan yang kesempatan kerjanya lebih besar ketika lulus nanti dan tentunya memiliki pendapatan yang besar. “Rustam : Ii Ini bukan diskusi kosong. Ini menyangkut masa adikmu, Uu Coba kita bicara terang-terangan saja. Mana yang lebih menguntungkan buat UU, jurusan 12 Ibid., h. 11 sejarah atau jurusan ekonomi. Misalnya ini dipandang dari segi keuntungan dagang” 13 Pada kutipan di atas menunjukkan sifat ayah yang realistis. Sifat realistis ia tunjukkan melalui pemikirannya bahwa pada saat itu zamannya berlomba-lomba mengejar uang, dikarenakan semua bahan-bahan pokok mahal dan ekonomi sedang melemah, tanpa uang maka tidak akan hidup. Pemikiran realistis ayah tidak dapat dipungkiri, karena latar belakang ayah yang bekerja di kantor dagang sehingga menjadikan pemikirannya hanya memikirkan untung dan rugi, memikirkan bagaimana mendapat untung yang besar di saat persaingan dagang semakin ketat. Rustam memiliki pemikiran yang kosisten dengan sifatnya yang egois dan keras kepala. Sifat egois ayah menjadikannya ingin menang sendiri, tidak menghargai pendapat orang lain. Ditambah sifat keras kepala, kukuh terhadap pendiriannya tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dengan orang lain. Sifat keegoisan dan keras kepala ayah juga tercermin dalam dialog berikut: “Rustam : Makin banyak kamu bicara, makin kelihatan bahwa kamu itu bodoh” 14 “Rustam :Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan mengizinkan” 15 Dari dialog tersebut terlihat bagaimana watak ayah sangat egois dan keras kepala. Semua anak-anaknya termasuk istrinya harus mendengarkan dan menuruti apa yang dikatakannya, sehingga tidak memberikan kesempatan orang lain untuk memberikan pendapatnya. Rustam menganggap dirinya lebih pandai dan berpengalaman dalam hidup. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa Rustam merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh berkembang karena mengalami perubahan karakter sejalan dengan perkembangan peristiwa yang 13 Ibid., h.12 14 Ibid., h. 6 15 Ibid., h. 18 dikisahkan. Pada awalnya ia digambarkan tokoh yang egois, keras kepala dan memiliki pemikiran yang materialistis. Namun ketika mendapat teguran dan sindiran dari seorang dukun, ia menyadari bahwa seorang anak hendaklah tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Lewat tokoh Rustam, Arifin ingin menyampaikan kepada semua orang tua untuk mengakui hak-hak anaknya, tidak menghalangi atau menghambat cita-cita anak. 5. Ibu Rustam Ibu Rustam merupakan ibu dari Aa, Ii, Uu. Usianya diperkirakan 46 tahun.Ia merupakan tokoh tritagonis dan termasuk ke dalam tokoh tambahan yang utama. Dalam naskah ibu digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi suami dan ketiga anaknya.Sebagai seorang ibu yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan ketiga anaknya yakni Aa, Ii, Uu. Sebenarnya tokoh ibu selalu memberikan kebebasan terhadap minat dan bakat anak-anaknya, namun di lain sisi dia juga harus mendengarkan dan menuruti ayah, sebagai bukti taat terhadap suami. “Ibu : Kamu tidak sendirian U. Mama juga akan berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan mereka bahwa kamu berhak mewujudkan impian kamu.” 16 Kutipan di atas membuktikan bahwa ibu memberikan dukungan terhadap minat dan bakat anaknya, yang ditunjukkan dengan memberi pembelaan terhadap anaknya ketika ayah tidak memberikan dukungan terhadap keinginan Uu. Kebebasan dan kebaikan yang dilakukan oleh ibu selama ini hanyalah kamuflase agar anak-anaknya tidak lepas dari pengawasannya. Namun berbeda dengan ayah, seorang ibu pandai mendekatkan diri dengan anak-anaknya. Seorang ibu tentunya lebih menggunakan perasaan untuk bisa mempengaruhi anak-anak agar mau menuruti perkataannya. “Ibu : Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan 17 16 Ibid., h. 20 17 Ibid., h. 35 Tante : Jelaskan Siapapun akan sependapat bahwa masalah perasaan memang bena r sekali” 18 Dalam dialog di atas, ibu dan tante menegaskan bahwa melalui perasaan adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Hati merupakan sumber kemanusiaan bagi seseorang dan dengan hati, manusia dapat merasakan pilihan mana yang harus dijalani dan mana yang harus ditinggalkan. Jadi memang tepat rasanya jika seorang ibu harus bersikap lemah lembut, karena melalui perasaanlah hati anak akan luluh. Maka dari itu ibu mempengaruhi UU dengan dongeng yang dibacakannya sebelum tidur berharap dia terpengaruh dalam cerita yang dibacakannya. Dalam dongengnya ia bercerita bahwa ada seorang gadis manis yang sangat patuh terhadap orang tuanya, dan semakin manis jika mengatakan “ya ma” kepada ibunya. Ibu bermaksud mempengaruhi bahwa gadis yang dimaksud adalah Uu. Sebagai ibu, ia harus mampu memberikan keturunan sekaligus mendidik anak-anak agar berguna. Segala ketidakberhasilan dalam rumah tangga akan ditimpakan kesalahannya pada perempuan. “Bapak : Kamu yang harus bertanggung jawab jika ada apa-apa. Ibu : Kok saya? Bapak :Lalu siapa? Saya? Atau AA II? Kamu sebagai Mamanya yang seharusnya bertindak bijaksana.” 19 Dari dialog bapak dan ibu di atas menunjukkan bahwa peran sebagai ibu berpengaruh besar terhadap semua perkembangan yang ada di dalam rumah, termasuk masalah yang terjadi kepada anak. Seorang ibu bagaikan soko guru di dalam rumah, ia sangat penting untuk membangun rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia. Dari segi kejiwaan dan kependidikan ibu harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka, serta mengajarkan berbagai perilaku terpuji dan tujuan-tujuan mulia. Maka jika terjadi sesuatu di dalam rumah 18 Ibid. h. 37 19 Ibid., h. 31 ataupun terjadi sesuatu kepada anak-anak, biasanya ibu lebih sering disalahkan. Ayah cenderung menyalahan ibu, seolah masalah Uu adalah kesalahan ibu. Ibu memang soko guru di rumah, namun tanggung jawab pengasuhan itu seharusnya ada di ayah dan ibu. Akibat ideologi patriarki berlaku di dalamnya berupa keberadaan kepemimpinan di sektor ini pada tangan laki-laki. Kontruksi sosial selama ini dianggap sangat berpihak kepada laki-laki dan pada saat yang sama sangat menyudutkan kaum perempuan. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa ibu termasuk tokoh berkembang karena seiring berjalannya cerita mengalami perkembangan karakter dari awal hingga akhir cerita. Pada awalnya digambarkan sebagai tokoh yang kurang setuju atas pilihan Uu yang ingin menjadi seorang ahli sejarah, meskipun ibu memberikan kebebasan namun ada rasa ketakutan dalam dirinya. Namun, akhirnya ibu sadar dan memberikan kesempatan kepada Uu untuk mengembangkan dirinya. 6. Tante Tante adalah tante dari Aa,Ii,Uu. Ia merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh tambahan yang utama. Usianya diperkirakan 40 tahun. Tante digambarkan tidak memiliki anak, maka ia sudah menganggap ketiga keponakannya seperti anak kandung sendiri. Ia sangat sayang dan peduli terhadap ketiga ponakannya, terutama kepada Uu karena ia anak terakhir. Ketika ada masalah dengan ketiga keponakannya, tante ikut andil dalam menyelesaikan masalah itu. Sifat tante sangat protektif dan pemikirannya terlalu sempit sehingga masalah yang kecil menjadi dibesar- besarkan. Sifat protektif tante ditunjukkan ketika membujuk Uu untuk keluar dari kamar, sebagaimana tercantum dalam percakapan berikut, “Tante : Sebaiknya kita siapkan satu tabung besar zat asam murni udara dalam kamarnya. Nanti lama-lama pasti kotor dan Uu pasti kepayahan” 20 20 Ibid., h. 29 Tante menunjukkan seberapa besar kasih sayangnya terhadap Uu yang sedari tadi mengurung diri terus di kamar. Ia takut terjadi sesuatu terhadap keponakan kesayangannya. Ia berinisiatif agar segera mempersiapkan tabung berisi zat asam murni supaya Uu di kamar tidak kehabisan udara. Sifat protektif yang dimiliki tante dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk kasih sayang tante terhadap keponakannya. Di samping sifat tante yang protektif, ia juga termasuk orang yang mudah panik. Terlihat ketika Uu sudah tidak lagi terdengar suaranya di kamar, tante dengan paniknya memikirkan terjadi sesuatu sama Uu. “Bapak : Kalian jangan menambah gugup dong. Kalian kuminta datang mengendorkan ketegangan ini dan bukan menambah kepanikan. Pikir Cari akal buat suasana ini. Dia selamat, kita senang. Tante : Sama sekali dia tidak menyahut. Jangan-jangan sudah pingsan.” 21 Kepanikan yang dilakukan tante justru membuat masalah yang terjadi semakin runyam. Ia berpikir bahwa keponakannya sudah terkapar di kamarnya, karena sedari tadi Uu tidak menunjukkan respon dari balik kamarnya. Ada satu hal yang menjadi ciri khas tante dalam naskah tersebut, dia selalu mengulang- ngulang kata “dilema” sebagaimana tercantum dalam percakapannya dengan beberapa tokoh. “Uu : Setuju dulu dong Uu masuk juruan sejarah. Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak ungkin sayang. Itu akan mencelakakan masa depan.” 22 “Tante : Dilemma.. Dilemma.. Bapak : Tentu saja pikiran Ibu : Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan Tante : Dilemma.. Dilemma...” 23 Kata dilema yang diucapkan tante bukan berarti sekedar ungkapan kosong. Tante merasa dalam situasi tersebut, membuatnya dilanda dilema. Ia bingung antara memilih untuk menuruti permintaan Uu atau mencegah keinginan Uu. Di satu sisi tante merasa tidak tega jika permintaan 21 Ibid., h.30 22 Ibid., h. 32 23 Ibid., h.36 keponakannya itu tidak dipenuhi, namun jika dipenuhi itu sama saja membawa Uu masuk ke dalam jurang kesengsaraan ketika dewasa nanti. Suatu masalah yang harus dipikirkan dengan matang, tidak bisa mengambil keputusan dengan terburu-buru. Sebagai seorang tante yang sudah menganggap Uu layaknya anak kandung sendiri, membujuk Uu dengan berbicara lemah lembut menjadi salah satu cara untuk meluluhkan Uu agar melupakan keinginannya tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tante termasuk dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya ia digambarkan keberatan atas pilihan Uu yang ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah, namun pada akhirnya ia menyadari bahwa pilihan ponakannya tidaklah salah dan merupakan hak bagi Uu untuk menentukan masa depannya. 7. Bahar Bahar adalah Oom dari Aa,Ii,Uu. Usianya diperkirakan 43 tahun. Ia merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh tambahan yang utama. Ia digambarkan memiliki karakter yang rumit atau bisa dibilang banyak pertimbangan. Sebagaimana terdapat dalam kutipan di bawah ini ketika ia memberikan pendapatnya untuk menyelesaikan masalah Uu. “Oom : Dalam filsafatnya adalah , „kebenaran rupanya lebih betah di rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya l ebih betah di rumah tetangga‟ sebentar menelan wafer atau apalah. Lalu pertanyaannya adalah apa yang akan digunakan sebagai landasan usaha kita dalam memecahkan persoalan. Perasaankah? pikirankah?” 24 Dalam kutipan di atas, menunjukkan jika oom memiliki sifat yang terlalu banyak pertimbangan.Meski begitu ia berusaha untuk memberikan masukan untuk memecahkan masalah yang ada. Ia berpikir bahwa dalam menyelesaikan sebuah masalah harus dengan sebuah landasan, antara menggunakan perasaan atau pikiran. Ia tidak memandang suatu masalah 24 Ibid., h.35 secara hitam putih, setiap pilihan tindakan memiliki penalaran dan landasan etik. Jika penyelesaiannya menggunakan perasaan maka sebaiknya harus menurunkan ego, tidak ada paksaan, berbicara dari hati ke hati, dan memberikan nasihat-nasihat dengan lemah lembut. Jika dilakukan dengan landasan yang mengaitkan pikiran, maka yang dilakukan adalah memutuskan secara logika misalnya bersikap secara realistis. Berhubung Uu anak terakhir dan anak terakhir diidentikkan dengan sifat yang manja, maka landasan yang menggunakan perasaan dirasa tepat untuk mempengaruhi Uu agar mengurungkan niatnya untuk kuliah di jurusan sejarah dan menjadi seorang ahli sejarah. Seperti halnya dengan Rustam, Aa, Ii, ibu dan tante. Ia pun memiliki pemikiran yang realistis maka dari itu ia pun keberatan atas pilihan Uu. Baginya menjadi seorang ahli sejarah adalah sebagai sampah masyarakat. Sebagaimana dalam kutipan di bawah ini. “Oom : Semua Pintu Ahli sejarah dan sejenisnya telah dianggap penderita s ampah dan dijauhi masyarakat.” 25 Kutipan di atas menunjukkan bahwa Oom keberatan atas pilihan Uu. Ia beranggapan bahwa Uu telah salah menafsirkan zamannya. Saat orang-orang telah berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan namun Uu malah memilih pekerjaan yang justru dijauhi masyarakat. Semua perusahaan tidak akan membukakan pintu untuk menerima Uu bekerja, bahkan pintu belakang dan pintu wc-nya pun tidak dibuka. Ini menandakan bahwa pekerjaan ahli sejarah hanya dianggap sampah di Indonesia. Berdasarkan pemaparan di atas, Oom termasuk dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan karakter sejalan dengan perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya Oom memandang negatif terhadap pekerjaan sebagai ahli sejarah. Namun pada akhirnya Oom menyadari bahwa Uu memiliki potensi dalam bidang sejarah dan pilihan Uu merupakan haknya untuk menentukan masa depannya. 25 Ibid., h. 42 8. Berlin, Ketua, yang lain dan lain lagi. Mereka adalah teman sekolah Uu. Usia mereka diperkirakan 17-18 tahun, sama seperti usia Uu. Mereka merupakan tokoh antagonis, dan termasuk tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah digambarkan mereka memiliki sifat materialistis. Terbukti ketika mereka dengan mudahnya mentertawakan dan meremehkan Uu di pesta perpisahan sekolah. Mereka menganggap jika pilihan Uu itu akan sia-sia saja dan akan menambah jumlah orang miskin di Indonesia. Di bawah ini percakapan mereka bersama Uu ketika berada di pesta: “ Uu : Kalau saya mau pilih jurusan sejarah memangnya kenapa? Yang penting kan mau. Berlin : Mau sih boleh saja. Saya juga banyak maunya. Ketua : Sebentar Uu, bagaimanapun saya tetap dan akan selalu menjadi bekas ketua kelas kita. Jadi sedikit banyak saya punya saran pasti akan berharga. Begini Seseorang : Mudah-mudahan dia insyaf. Yang lain : Milih kok daerah gundul. Lain lagi : Tenang. Ketua sedang bicara. Ketua : Betul kamu mau masuk jurusan sejarah Uu : Iya. Ketua : Kamu tahu kenapa kita ketawa? Uu : Nggak. Ketua : Karena tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu sebagai teman akan meningkatkan jumlah orang-orang miskin di negeri kita. Uu : Kok “Ketua : Memasuki jurusan sejarah atau jurusan fakultas-fakultas lainnya yang sejenis adalah sia-sia. Karena ditinjau dari segi lapangan kerja sangat sempit. Di republik ini tidak perlu banyak-banyak ahli sejarah. Cukup seorang saja untuk mengepalai satu departemen dengan seorang pelayan sebagai pembantunya. Jelas? Yang dibutuhkan sekarang adalah tenaga-tenaga yang terampil laksana komputer untuk perputaran roda ekonomi.” 26 26 Ibid., h. 15-16 Percakapan-percakapan di atas jelas menunjukkan bahwa sifat mereka memang realistis, terlihat dari pemikiran ketua bahwa sebagai generasi penerus bangsa yang masih memiliki semangat yang tinggi untuk meneruskan pendidikan, namun dalam hal ini untuk memasuki jurusan yang diinginkan dan dicita-citakan harus menimbang dengan seksama. Apakah jurusan yangdiambil memiliki profit yang bagus untuk ke depannya atau malah semakin buruk dan akan menambah beban negara seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran. Dengan usaha menjelaskan seperti ini mereka berharap Uu terbuka pikirannya dan tidak akan menjadi domba kecil yang sedang tersesat, seperti apa yang dikatakan Berlin untuknya. Berdasarkan pemaparan di atas, Berlin, ketua serta teman yang lain termasuk dalam tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang sama. Mereka tidak mengalami perubahan karakter selama jalannya cerita. Pada awal kemunculan mereka tidak mendukung atas pilihan Uu. Mereka tidak mempengaruhi alur secara keseluruhan, namun berpengaruh terhadap sikap Uu yang semakin kesal dengan jalan pemikiran mereka yang sudah menjadi pedagang. 9. Pembantu Ia adalah asisten rumah tangga di rumah Rustam. Usianya diperkirakan 55 tahun karena lebih tua dari semua tokoh. Ia merupakan tokoh protagonis dan tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah ia digambarkan memiliki sifat yang lucu. Sifat si mbok yang lucu bukan berarti si mbok suka melawak, melainkan melalui celotehan-celotehannya secara tidak langsung terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis naskah. Inilah yang menjadi keunikan Arifin C. Noer dalam membentuk karakter setiap tokoh dalam naskahnya. Dari tokoh yang dianggap tidak begitu penting seperti asisten rumah tangga, justru banyak mengandung pesan dari inti cerita yang dibuat. Sebagaimana terdapat dalam kutipan di bawah ini, “Pembantu : Coba? Apa yang terjadi barusan? Ngomong marah- marah lalu pergi. Ndak jelas semuanya. Ini yang namanya pemborosan terselubung. Dan kalau boleh kasar simbok bisa bilang ini pembunuhan tanpa jejak. Nah, makanlah.” 27 Kutipan di atas, si mbok menyayangkan sikap yang dilakukan majikannya yakni Rustam dan istrinya. Mereka hanya mampu marah- marah. Dalam menyelesaikan sesuatu masalah haruslah dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih sehingga tidak akan menimbulkan kemarahan. Kemarahan yang membuat anak akan semakin membangkang. Kalau tidak dengan itu, orang lain yang tidak bersalah akan ikut kena imbas dari kemarahan tersebut. Hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, karena bagaimanapun orang tua haruslah bersikap lemah lembut dalam mendidik anak. Si mbok mengatakan jika perbuatan yang dilakukan majikannya merupakan pemborosan terselubung karena sia-sia saja jika orang tua selalu marah-marah, orang yang di sekitarnya menjadi imbas kemarahan dan tidak juga akan menyelesaikan masalah jika hanya dengan banyak bicara dan marah-marah. Selain itu, ia juga menyindir bahwa masalah yang terjadi di rumah itu bisa dikatakan pembunuhan tanpa jejak, karena secara tidak langsung Rustam sebagai orang tua telah membunuh anak- anaknya, dalam artian membunuh karakter anak, cita-citanya, bakatnya, masa depannya, serta kepercayaan dirinya. Hal ini juga berakibat akan keharmonisan si anak dengan orang tua. Membunuh bukan hanya berarti mematikan jasad manusia, melainkan membunuh sifat dan karakater si anak. Sikap anak untuk menghargai orang tua akan berkurang, karena akan selalu melawan dan membangkang orang tua, sehingga kepercayaan terhadap orang tua menghilang. Di samping memiliki sifat lucu, si mbok juga memiliki sifat yang penyayang. Terbukti ketika Aa,Ii,Uu sudah mulai “tidak beres” yakni ketika si Uu selalu mengatakan “ya ma”, dan si Aa,Ii selalu menuruti apa 27 Ibid., h. 62 yang dikatakan lawan bicara. Ia merasakan jika di rumah sudah tidak ramai lagi dan keceriaan anak-anak menghilang. Si mbok sudah mengasuh Aa,Ii,Uu sedari kecil, sehingga ia sudah menganggap mereka sebagai anak kandungnya sendiri. Tidak heran jika si mbok sangat menyayangi mereka, dan ketika ada sesuatu yang terjadi dari ketiga anak tersebut, si mbok merasa sedih melihatnya. “Pembantu : Tapi mereka sekarang lenyap? Bapak : Lenyap? Apa nggak lihat mereka seger buger seperti ini? Pembantu : Mereka nggak lucu lagi. Ada yang macet mesinnya. Mereka Cuma bisa bilang ya saja. Uu juga.” 28 Kesedihan yang dirasakan si mbok bukan tanpa alasan. Si mbok yang setiap harinya mendengar keceriaan kini sepi yang dirasa. Kegiatan rutin yang dilakukan si mbok ketika menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke sekolah dirasakannya hambar. Semua itu karena sudah tidak ada lagi kegiatan di meja yang hangat penuh kekeluargaan. Majikannya sibuk saling menyalahkan satu sama lain tanpa memikirkan bahwa akar dari permasalahan yang terjadi adalah sikap dirinya sendiri yang sangat mengekang anaknya. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa si mbok termasuk tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang tetap, cenderung tidak berkembang sejak awal hingga akhir cerita. Sejak awal hingga akhir kemunculannya si mbok mendukung pilihan Uu memilih jurusan sejarah bahkan membela Uu di saat keluarga besarnya tidak menyetujui keinginannya. 10. Dukun Ia adalah dukun yang membantu mencari hilangnya Aa,Ii, Uu. Usianya diperkirakan 60 tahun. Ia merupakan tokoh protagonis dan termasuk dalam tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah digambarkan memiliki sifat yang bijaksana. Melalui tokoh dukun juga 28 Ibid., h. 77 Arifin menyampaikan kritik kepada pembaca tentang bagaimana sebenarnya peran orang tua yang baik. “Dukun : Kalian tidak akan menemukan mereka karena mereka begitu dekat dengan kalian. Hanya saja dengan sikap kalian telah melenyapkan Uu. Kalian sendirilah yang melenyapkan Uu, maka hanya kalian sendiri yang mampu memunculkan Uu kembali.” 29 Perkataan dukun di atas memperingatkan kepada semua orang tua, bahwa tidak semua kehendak dan keinginan orang tua harus dituruti oleh anak, jika anak memiliki bakat dan minat sendiri seharusnya orang tua mendukung. Orang tua memberikan kepercayaan kepada anak sehingga anak mendapatkan haknya. Anak juga tidak merasa terasingkan dalam keluarga jika orang tua memberikan perhatian tanpa harus menuntut yang sekiranya anak tidak mampu. Ketika anak sudah mulai pergi menjauhi dekapan orang tua karena merasa tidak nyaman dengan orang tuanya sendiri serta merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, maka orang tuanyalah yang harus memperbaiki sikapnya itu sehingga anak kembali mendapatkan kasih sayang orang tua yang sesungguhnya. “Dukun : Jangan sok tahu tentang kebahagiaan seseorang, Tuan. Tapi sudahlah jangan kita berdebat terlalu panjang. Saya takut kita akan kehabisan waktu. Ketahuilah UU dan kakak-kakaknya tanpa mereka sadari sedang membuat lubang kuburan mereka sendiri” 30 Dialog di atas memperlihatkan sisi bijaksana si dukun, bahwa kita semua tidak mengetahui masa depan dan kebahagiaan seseorang, termasuk anak kita sendiri. Yang dapat menentukan masa depan dan kebahagiaan adalah anak itu sendiri. Sebagai orang tua tugasnya hanya mengawasi dan meluruskan jika ada yang melenceng dari si anak. Si dukun juga mengatakan bahwa Uu dan kakak-kakaknya sedang membuat lubang kuburan mereka sendiri, yang berarti secara tidak sadar akan masuk ke 29 Ibid., h. 103 30 Ibid., h. 104 dalam keterpurukan karena menjadi korban dari keegoisan orang tuanya. Semua akan kembali seperti sedia kala jika orang tua yang bersangkutan tidak lagi menghalangi keinginan anak dan tidak lagi egois yang hanya mementingkan kepentingan pribadi. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa si dukun termasuk tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang tetap, cenderung tidak berkembang sejak awal hingga akhir kemunculannya. Si dukun mendukunng Uu memilih jurusan sejarah, karena baginya anak harus tumbuh sesuai dengan minat dan bakatnya. Lewat karakter tokoh-tokoh dari setiap lakon AAIIUUkarya Arifin C. Noer menggambarkan sebuah keluarga yang mencoba mempertahankan nilai-nilai keluarga yang sudah tertanam sejak dulu dalam keluarga tersebut. Keluarga merupakan unit terkecil dari bagian masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal di bawah satu atap dengan saling ketergantungan satu sama lain. Nilai kekeluargaan adalah hubungan yang terbentuk dalam suatu keluarga yang bertujuan menanamkan bentuk kebaikan yang akan menjadi sarana penyatuan dalam sebuah keluarga. Nilai-nilai itu seperti nilai keagamaan, kejujuran, saling menghargai, kesusilaan dan sopan santun. Meskipun kadang kala penerapan nilai itu mengalami kesulitan atau hambatan, akan tetapi nilai- nilai itu kiranya sangat mendukung suatu keluarga dalam mempersiapkan dan mewujudkan sumber daya yang berkualitas. Keluarga memegang peranan penting dalam mendukung minat anak. Namun kadang masih ada keluarga yang tidak memberikan kebabasan kepada anaknya. Di sinilah nilai-nilai keluarga harus dipertahankan. Sebuah perbedaan karakter dalam setiap tokoh lakon AAIIUU disatukan lewat nilai-nilai keluarga yang diterapkan dalam keluarga Rustam yakni nilai saling menghargai satu sama lain, sehingga yang awalnya orang tua maupun keluarga besar Uu tidak menyetujui apa yang dicita-citakan Uu, namun karena adanya nillai saling menghargai maka masalah yang terjadi pada keluarga Rustam dapat terselesaikan. 4 AlurPlot Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer menggunakan alur non linier. Rangkaian peristiwa cerita yang ditampilkan dimulai dari percakapan Uudan Ibu di kamar, ketika Uu telah selesai belajar dan membereskan buku- bukunya, sementara ibu sedang menyiapkan tempat tidurnya. Kemudian cerita pun ditutup dengan ibu berada di kamar Uuyang sedangmendekap Uu. Tahapan alur tersebut dipaparkan sesuai dengan pola struktur naratif dalam film yakni tahap permulaan, tahap pertengahan, dan tahap penutupan. 1 Tahap Permulaan Tahap yang memberi pelukisan situasi latar, tokoh-tokoh utama serta memberi pengenalan terhadap permulaan konflik. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita berfungsi melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. Dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ini dimulai dari pembukaan bagian pertama. Pada tahap awal ini dibuka dengan percakapan dua tokoh perempuan yaitu tokoh Uudan Ibu yang berlatar di sebuah kamar menjelang tidur malam. Kemudian situasi selanjutnya adegan yang melukiskan beberapa murid-murid yang sedang ujian akhir, mereka diantaranya termasuk Uu. Mereka lantas membaca hasil ujian, Uu senang karena ia pun lulus dengan hasil yang memuaskan. Adegan selanjutnya terjadi saat bapak dan ibu selesai makan malam dan minum kopi. Ibu menceritakan tentang keinginan Uu yang ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah dan bekerja menjadi ahli sejarah. Tentunya bapak tidak setuju akan hal itu. Mengingat sifat keras kepala bapak dengan latar belakang seorang yang bekerja di kantor dagang yang otomatis pemikirannya sangatlah realistis. Tidak ada dunia khayalan di kamus bapak, baginya hidup itu bagaikan neraca dagang harus melihat untung dan ruginya. kemudian datanglah Aa dan Ii ke ruang tengah. Rustam menyuruh mereka berdua untuk mengikuti diskusi untuk mendapatkan jalan keluar agar keinginan Uu yang dianggap ia sangat konyol dan tidak masuk akal dibatalkan. Pada tahap ini berisi sejumlah informasi yang berkaitan dengan hal yang akan dikisahkan pada tahap selanjutnya. Tahap ini memberikan penjelasan khusunya berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Bahwa latar yang dikisahkan adalah di sebuah rumah dan tokoh-tokoh yang muncul pada tahap permulaan merupakan tokoh utama yang utama seperti Ii, dan tokoh utama yang tambahan yakni Aa, Ii, Bapak, dan Ibu. Pada tahap ini juga menjadi pengenalan masalah yang terjadi dalam cerita naskah tersebut. 2 Tahap Pertengahan Tahap ini merupakan tahap pertikaian, memampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya. Munculnya konflik dan pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu masalah pokok. Masalah itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi masalah-masalah pada tahap selanjutnya. Sebagian besar isi cerita berisi usaha dari tokoh utama untuk menyelesaikan solusi dari masalah. Konflik pertama, tahap pemunculan masalah yang terjadi pada naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer adalah terjadi ketika adeganUu baru saja datang dari pesta perpisahan sekolah, dan Uu bercerita jika dia ditertawakan oleh teman-temannya hanya karena akan melanjutkan sekolah di jurusan sejarah. Mereka menganggap Uu sudah gila dalam mengambil keputusan untuk memilih jurusan sejarah, yang nantinya akan menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia. Konflik kedua,konflik mulai terlihat ketika adeganBapak menasihati dan mencoba mengajak berdiskusi tentang rencana Uu. Bapak mencoba untuk membuka pikiran Uu bahwa apa yang menjadi kesukaannya yakni suka membaca dongeng-dongeng telah mempengaruhi dan menggelapkan pikirannya. Perdebatan pun terjadi tat kala Uu mengetahui jika bapak tidak setuju dengan pilihan jurusan yang Uu pilih. Sebenarnya bapak tidak keberatan dengan Uu menyukai dongeng-dongeng ataupun pelajaran sejarah, namun bapak keberatan jika hal disukai itu menjadi pilihan Uu untuk menentukan masa depannya. Konflik ketiga, melihat semua keluarga tidak ada yang mendukung dengan keinginan Uu. Ia mengancam akan mengurung diri kalau semua tidak ada setuju dengan pilihannya. Ia mengunci diri di kamar dan melakukakn mogok makan. Melihat tidak ada yang berhasil untuk membujuk Uu, akhirnya Bapak, Ibu, Tante dan Oom melakukan diskusi untuk mencari jalan keluar masalah ini. Langkah selanjutnya adalah membujuk ibu agar mau mempengaruhi Uu dengan membacakan dongeng-dongeng. Segera ibu menemui Uu di kamar dan segera membacakan dongeng itu. Mulailah ibu mendongeng mengantarkan Uu sebelum tidur. Ibu bercerita jika ada seorang gadis sangat penurut terhadap keluarganya terutama terhadap ibunya. Ibu mempengaruhi Uu dengan cerita yang dikarangnya bahwa seorang gadis itu semakin manis dan cantik jika selalu ber kata “ya ma”. Dari cerita itu akhirnya Uu mulai terpengaruh, sehingga ia ingin seperti gadis yang diceritakan ibu. Akhirnya ibu pun menyakinkan jika Uu pun bisa menjadi seperti gadis itu. Ibu mengarahkan Uu bahwa Ia akan menjadi gadis yang menuruti permintaannya, akan meninggalkan jurusan sejarah dan tidak akan mengunci diri di kamar. Uu pun mengiyakan semua perkataan ibu dengan sela lu berkata “ya ma”. Dari sinilah puncak permasalahan bermula. Kemudian terjadinya peningkatan konflik di mana peristiwa yang muncul sebelumnya semakin berkembang intentitasnya. Terjadinya persoalan baru dalam cerita, beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan saling memengaruhi dan berkeinginginan membawa kebenaran ke pihak masing- masing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis kecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan oleh yang lain, cerita pun semakin mencekam dan menegangkan. Peningkatan konflik terlihat setalah Ibu mempengaruhi Uu dengan dongeng yang dibacakannya. Dengan memberikan dongeng seperti itu, mereka berpikir Uu akan melupakan niatnya untuk kuliah jurusan sejarah dan semua persoalan akan beres. Namun nyatanya justru menimbulkan masalah yang lebih rumit. Uu terus-menerus mengatakan “ya ma” setiap ditanya bahkan mereka menganggap bahwa Uu kesurupan. Situasi semakin kacau kala si mbok memberitahu bahwa Uu menghilang. Ketika mendengar kabar bahwa Uu menghilang, mereka langsung menuju ke kamar Uu. Namun alangkah terkejutnya ketika yang berada dibalik selimut itu adalah Aa, dan Ii. Bapak semakin marah melihat yang ada di depannya sekarang bukanlah Uu. Namun terlihat ada yang aneh dari Aa dan Ii, mereka berubah bagaikan robot. Hanya berbicara sesuai dengan siapa yang memanggil seperti “ya ma”, “ya pa”, “ya oom”, “ya tante”, dan melakukan sesuatu sesuai dengan yang diperintah. Sementara itu Aa dan Ii masih seperti robot yang kaku. Mereka akan menuruti semua yang diperintahkan, misalnya jika disuruh pukul mereka akan memukul, jika disuruh menangis mereka akan menangis, jika disuruh menyanyi mereka akan menyanyi, jika disuruh tertawa mereka akan tertawa, dan seterusnya. Tiba-tiba Aa dan Ii bangkit berdiri laksana robot dan melangkah keluar. Mereka seperti kena sihir, tidak lama bapak pun mengejarnya. Berdasarkan pemaparan konflik-konflik yang terjadi dalam naskah di atas, kejadian dan konflik yang dialami Uu, lebih bersifat eksternal. Kejadian dan konflik lebih banyak berhubungan oleh adanya kontak sosial antar manusia seperti penindasan oleh teman-temannya dan keluarganya yang tidak mendukung cita-cita Uu, sehingga menimbulkan konflik batin 3 Tahap Penutupan Pada tahap ini konflik yang telah mencapai klimaks diadakan penyelesaian dan dicarikan jalan keluar. Tahap ini berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Penyelesaian bisa sedih bisa juga menggembirakan. Mengingat masalah awal keluarga ini adalah keingingan Uu yang ditentang oleh keluarganya terutama oleh ayah yang akhirnya Uu memutuskan untuk mengurung diri di kamar. Lalu ditambah dengan keanehan Aa dan Ii. Bapak, Ibu, Tante, dan Oom akhirnya menuruti pendapat si mbok untuk meminta bantuan ke dukun agar bisa mengembalikan anak-anaknya yang hilang. Dukun mengatakan bahwa hilangnya anak-anaknya adalah kesalahan mereka dan akan kembali tergantung pada sikap bapak dan semuanya. Kemudian mereka menuju ke kamar terakhir anak-anak menghilang. Cerita pun berakhir dengan kebahagiaan yakni ketika Uu berada di dekapan ibu yang berlatar di kamar Uu. Semua keluarga menyetujui apa yang menjadi keinginan dan cita-cita Uu, karena memang seharusnya tugas orang tua adalah mendukung apa yang menjadi dicita-citakan anak. Bukan malah menghambat minat dan bakat mereka sehingga apa yang dicita-citakan si anak akan sirna begitu saja. Kebahagiaan anak bukan dari seberapa besar materi yang orang tua berikan, namun memberikan kepercayaan diri menjadi satu hal yang penting untuk memebntuk karakter anak yang bertanggung jawab. Berdasarkan pemaparan alur di atas, alur naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer berdasarkan kriteria urutan waktu alur di atas tergolong kepada alur sorot-balik. Cerita keseluruhan dalam naskah lakonAAIIUUberlangsung secara progresif, namun di dalamnya terdapat adegan cerita flasback dan hanya terjadi sekali. Adegan flasback terjadi saat Uu menceritakan kembali atau flash back kejadian di pesta perpisahan sekolah saat ditertawakan oleh teman- temannya atas pilihannya yang tidak umum. Berdasarkan kriteria kepadatan naskah lakon AAIIUU karya Arifini C. Noer tergolong plot padat. Karena setiap peristiwa yang ditampikan terasa penting dan berperanan menentukan dalam rangkaian cerita itu. 4 Latar Pada hakikatnya sebuah cerita baik dalam cerita fiksi maupun drama berhadapan dengan sebuah dunia yang sudah dilengkkapi dengan tokoh penghubung dan permasalahan. Namun tentu hal itu tidak lengkap sebab tokoh degan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukam ruang lingkup, tempat dan waktu. Latar memeberikan pijakan secara konkret dan jelas, hal ini penting untuk memberikan kesan realistis. Dibawah ini latar lakon AAIIUU akan dianalisis sesuai dengan teori Burhan Nurgiyantoro. a. Penunjuk tempat Secara garis besar latar tempat yang digunakan dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer adalah di pusat kota Jakarta. Hal ini dibuktikan ketika di kantor Rustam, digambarkan tentang suasana kota besar yang ramai dengan padat penduduk dan gedung-gedung perkantoran. “Ext. Jalan Thamrin, Siang Lalu lintas yang ramai sekali dan cepat sekali dan pencakar-pencakar langit. Dan salah satunya adalah kantor Tokoh kita. Zoom in jendelanya ” 31 Kutipan di atas membuktikkan secara garis besar latar lakon karya Arifin ini berpusat di ibu kota Jakarta. Nama jalan Thamrin yang penuh dengan gedung-gedung pencakar langit serta penuh dengan keramaian lalu lintas, di mana lagi kalau bukan berada di pusat kota Jakarta. Orang yang tinggal di kota besar cenderung bersifat egois, kurang memperdulikan orang lain, selain itu juga mudah emosi. Hal ini tercermin hampir seluruh tokoh dalam lakon AAIIUU seperti ayah, Aa, Ii, Uu, oom, tante, teman-teman Uu, pembantu. Namun selain di Jalan Thamrin, terdapat latar tempat yang lainnya yakni di rumah Rustam. Di antaranya kamar UU, ruang tengah, ruang makan, ruang tamu, dan kompleks kuburan yang sudah dijelaskan di alur. Arifin memiliki alasan tersendiri kenapa latar naskah lakon AAIIUU di rumah. Rumah merupakan simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya atau dengan kata lain sebagai pengejawantahan jati diri, sebagai wadah keakraban dimana rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih dan rasa aman tercipta didalamnya, tempat untuk kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan. Jika ditinjau dari segi psikologis sebagai tempat untuk berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitar dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bagi penghuninya. Berhubung masalah di dalam naskah ini terjadi pada seorang anak yang tidak memiliki dukungan dari orang tuanya dalam menentukan masa depannya, maka sangatlah tepat latar tempat berada di rumah untuk menyelesaikan masalah. Di antara ruang bangunan di rumah yang lebih dominan diceritakan adalah di kamar Uu. Dari awal cerita diceritakan di kamar Uu hingga akhir cerita berlatar diceritakan di kamar Uu pula. Kamar yang seharusnya ruang tempat privasi individu justru dalam lakon ini menjadi tempat memecahkan 31 Ibid., h. 50 permasalahan. Padahal dalam lakon diceritakan pula berlatar di ruang tengah yang seharusnya menjadi tempat untuk berkumpulnya keluarga dan juga untuk memecahkan masalah jika ada sesuatu yang terjadi. Dalam hal ini tentunya ada yang salah di dalam nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga Rustam, sehingga di ruang tengah menemukan jalan buntu sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan masalah Uu. b. Penunjuk Waktu Latar waktu yang terdapat dalam lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer diperkirakan tahun 1994, sesuai dengan pembuatan naskah. Di mana pada tahun tersebut telah terjadi krisis moneter. Sebagian besar produksi terhenti dan buruknya ekonomi Indonesia masa transisi juga disebabkan oleh besarnya defisit neraca perdagangan dan utang luar negeri. Selain itu perekonomian Indonesia cukup terganggu dengan adanya aruspembelian dollar Amerika yang bersifat spekulatif karena beredar isu akan adanya devaluasi rupiah. Hal inilah yang menjadikan pemikiran masyarakat pada saat itu memiliki pandangan bahwa semuanya harus ditilik dari segi keuntungan. Entah itu dari segi pendidikan, pekerjaan, bahkan jodoh sekalipun. Terlihat dalam kutipan di bawah ini: “Rustam : Ii Ini bukan diskusi kosong. Ini menyangkut masa depan adikmu, Uu Coba kita bicara terang-terangann saja. Mana yang lebih menguntungkan buat Uu, jurusan sejarah atau jurusan ekonomi. Misalnya ini dipandang dari segi keuntungan dagang.” 32 Dalam naskah juga digambarkan waktu pada saat ujian nasional sampai dengan perpisahan sekolah yang diperkirakan terjadi sekitar bulan April sampai Mei. Situasi tersebut tergambar pada kutipan di bawah ini: “Shot-shot pendek ini sekaligus sebaga latar kredit taitel. beberapa shot yang melukiskan murid-murid sedang ujian akhir, diantara mereka adalah Uu. Beberapa shot ketia mereka membaca pengumuman hasil ujian. Uu lulus, dia senang sekali. Shot-shot tersebut akan diiringi dengan sebuah nyanyian. Adegan tersebut harus merupakan adegan sekolahan yang mulus namun hening menyimpan banyak harapan” 33 32 Ibid., h. 12 33 Ibid., h. 5 Selain terjadi pada tahun 1994, tergambarkan secara gamblang waktu yang terjadi melalui prolog. Dalan naskah diceritakan waktunya terjadi pada malam hari dan siang hari. Penggambaran latar waktu ini berfungsi memberi kesan dan memperkuat isi cerita. Waktu siang hari menandakan waktunya orang-orang yang sibuk bekerja, sibuk dengan segudang aktivitas. Maka dari itu dalam naskah digambarkan bahwa watak dan karakter tokoh dalam naskah penuh dengan keegoisan dan tiak perduli dengan lingkungan. Terdapat dalam kutipan di bawah ini: “11. Int. Kantor Rustam, Ruang Administrasi, Siang. Shot-shot dalam scene ini harus melukiskan dan sekaligus melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin rapi dan dingin. Tersusun namun kehilangan perasaan” 34 Begitu pun dengan malam hari, waktu ini menandakan waktuya orang- orang untuk beristirahat dan tidur untuk bermimpi. Bermimpi tentang cita-cita dan masa depan yanng diinginkan. Berikut seperti halnya dikatakan oleh si Oom: “Oom : Sekarang marilah kita tidur dan bermimpi merancang masa depan” 35 Dalam kutipan di atas bahwa dalam naskah digambarkan bahwa setiap tokoh digambarkan memiliki mimpi di antaranya Uu yang memiliki mimpi untuk menjadi ahli sejarah, sedangkan tokoh lain bertolak berlakang dengan mimpi Uu. c. Penunjuk Status Sosial Latar sosial budaya menunjuk pada hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Latar sosial yang terdapat pada lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer menggambarkan kehidupan masyarakat pusat perkotaan di Jakarta. Latar sosial yang menjadi sorotan adalah kebiasaan hidup, tradisi, serta cara berpikir dan bersikap. Mata pencaharian masyarakat di pusat perkotaan Jakarta pada umumnya bekerja di gedung-gedung perkantoran, 34 Ibid., h. 51 35 Ibid., h. 50 seperti halnya tokoh Rustam yang bekerja di kantor dagang. Penggambaran kebiasaan masyarakat kota pusat Jakarta tercantum dalam kutipan di bawah ini: “Int. Kantor Rustam. Ruang administrasi. Siang. Shot-shot dalam scene ini harus melukiskan dan sekaligus melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin, rapi dan dingin. Tersusun namun kehilanga perasaan.” 36 Secara fisik penggambaran sebuah pusat kota Jakarta dipenuhi dengan gedung-gedung perkantoran tinggi, lalu lintas yang ramai dan penuh dengan kemacetan. Penggambaran secara fisik tersebut diperlihatkan dalam kutipan di bawah ini: “Ext. Jalan Thamrin. Siang Lalu lintas yang ramai sekali dan cepat sekali Dan pencakar-pencakar langit, dan salah satunya adalah kantor tokoh kita zoom in jendelanya” 37 Di samping riuhnya pemandangan pusat kota Jakarta, dalam lakon digambarkan cara bersikap dan berpikir masyarakatnya yang cenderung egois. Masyarakat yang memiliki pemikiran Kehidupan yang melukiskan bagai mesin dan robot dan memiliki sikap yang dingin. Tidak pernah adanya bersosialisasi, mereka hidup sendiri-sendiri bahkan mereka memiliki penilaian bahwa semua diukur dengan uang. Mereka mengagungkan uang, bahwa dengan adanya uang semua masalah akan cepat terselesaikan dan mereka semua mengukur sesuatu sesuai dengan nilai keuntungan yang besar, termasuk tentang pendidikan. Mereka tega menggadaikan kebahagiaan anak dan cita-cita anak demi kepuasaan sendiri. Hal tersebut terlihat ketika Rustam tidak setuju Uu masuk jurusan sejarah dan ingin menjadi seorang ahli sejarah, karena hal itu tidak ada nilai komersil yang tinggi untuk masa depan. “Ibu : Pokoknya dagang seperti kamu. Bapak : Yak Jaman sekarang memnag jamannya pedagang. Dan jaman yang akan datang.. Ibu : - Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikkan sekali. Bapak : Kamu boleh bilang menjijikkan, tapi yang pasti bukan jamannya pengkhayal” 38 36 Ibid., h. 51 37 Ibid., h. 50 38 Ibid., h. 10-11 Dari dialog di atas jelas menggambarkan pemikiran masyarakat perkotaan yang sudah termakan zaman. Semuanya dinilai hanya dari segi keuntungan tanpa memikirkan kebahagiaan dan cita-cita yang diinginkan anak. Hal lain yang menunjukkan bahwa lakon ini merupakan gambaran masyarakat kota Jakarta yang penuh berfikiran dengan otak dagang dan lebih bersifat realistis. Selain dari pemikiran masyarakatnya, bisa dilihat dari tingkat status sosial ekonomi dari keluarga Rustam. Status sosial ekonomi dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi dalam mendidik anak. Dalam lakon AAIIUUterlihat bahwa latar keluarga dari keluarga upper class, yang mana orang tua menaruh harapan terhadap anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga. Terlihat bahwa ayah Uu menaruh harapan besar terhadap Uu untuk bisa melanjutkan kuliah di jurusan yang memiliki nilai komersialnya lebih tinggi, contohnya jurusan ekonomi ataupun kedokteran. Dilihat dari pemilihan nama dan bahasa yang digunakan dalam naskah lakonAAIIUU memakai bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang pada umumnya dipakai oleh masyarakat pusat kota Jakarta, seperti halnya panggilan orang tua di dalam skenario menggunakan kata mamah, papah, tante dan oom. Panggilan tersebut menjadi panggilan khas masyarakat pusat kota Jakarta. 5 Gaya Bahasa Penggunaan bahasa dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer terlihat menggunakan bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Berbeda dengan karyanya yang lain seperti Mega, Mega Arifin menyelipkan bahasa Jawa karena latar tempatnya berada di Yogyakarta, Jawa Tengah. Hampir seluruh naskah lakon AAIIUU tokoh-tokohnya berbicara menggunakan bahasa Indonesia, dikarenakan latar tempat berada di pusat kota Jakarta. Seperti diketahui kota Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia, maka dari itu Arifin dalam lakon ini menggunakan bahasa Indonesia. Selain penggunaan bahasa Indonesia, dalam naskah terdapat beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam naskah lakon AAIIUUkarya Arifin C. Noer antara lain : retoris, dan simbolik. Retoris Retoris merupakan semacam pertanyaan yang digunakan dalam tulisan dengan tujuan mendapat efek penekanan yang lebih mendalam dan sama sekali tidak memerlukan jawaban. 39 Penggunaan retoris dapat dilihat dalam kutipan : “Oom : Dalam filsafatnya adalah, “kebenaran rupanya lebih betah di rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya lebih betah di rumah tetangga” sebentar menelan wafer atau apalah. Lalu pertanyaannya adalah apa yang akan digunakan sebagai landasan usaha kita dalam memecahkan persoalan. Perasaankah? Pikirankah?” 40 Melalui majas retoris menggambarkan kegelisahan hati Oom dalam memecahkan permasalahan Uu. Lewat gaya bahsa ini terlihat sifat Oom yang terlalu banyak pertimbangan. Simbolik Majas simbolik merupakan sesuatu yang abstrak bisa dijadikan lebih konkrit, dan dengan simbolik dapat pula memberikan kesan yang dalam dan pengalaman luas tentang sesuatu keadaan atau hal yang mempunyai sifat bermacam-macam. Simbolik pada dasarnya ialah kiasan, tapi isinya lebih luas, tidak hanya menggantikan benda atau hal yang disimbolkan saja, tetapi juga memberi tambahan konotasi. 41 Majas simbolik ini terdapat pada bagian scene 3 dalam dialog Rustam dan tiba-tiba datanglah Aa, Iiyang kemudian diajak untuk ikut berdiskusi . “Rustam : Kebetulan sekali Benih-benih masa depan muncul pada saatnya. 42 Berdasarkan kutipan tersebut terlihat bagaimana seorang ayah yang terlihat bangga kepada anak-anaknya yakni Aa dan Ii yang memasuki jurusan ekonomi dan jurusan farmasi yang akan memiliki masa depan yang cerah. 39 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, h. 134. 40 Arifin C. Noer, op.cit. h. 35 41 Atar Semi, op.cit. h. 133 42 Arifin C. Noer, op.cit, h. 7 Ayah menggunakan kata benih-benih masa depan sebagai kata kiasan untuk menggambarkan kebanggaan dan penuh harapan terhadap Aa dan Ii. Majas metafora menguatkan tokoh dan penokohan Ayah yang memang sangat komersial dan melihat sesuatu dari segi keuntungan dan kerugian. Maka dari itu ia bangga terhadap Aa dan Ii karena mereka berdua kuliah di jurusan yang ketika lulus nanti bisa mendapatkan gaji besar. Selain itu majas simbolik juga terdapat dalam dialog Rustam saat berdebat dengan ibu. “Rustam : Yak Jaman sekarang memang jamannya pedagang. Dan jaman yang akan datang. ” 43 “Ibu : -Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikkan sekali” 44 Rustam dan ibu menggambarkan bahwa zaman yang terjadi merupakan zaman pedagang, zaman robot dan zaman angka. Artinya semua orang hanya memikirkan keuntungan untung dan rugi, selain itu kehidupan orang-orang bagaikan robot dalam menjalani hidupnya sehari-hari. Pagi berangkat kerja, bekerja hampir seluruh waktunya di depan komputer, kemudian pulang kerja tengah malam dan itu dilakukan setiap hari demi mengejar angka-angka rupiah. Berlin yang tidak lain adalah teman sekolah Uu, dalam dialognya yang terjadi saat di pesta perpisahan sekolah sempat menyindir Uu. “Berlin : Sebagai penutup, marilah kita berdoa agar malam ini Tuhan memberi petunjuk bagi domba kecil yang sesat ini.” 45 Berlin menggambarkan Uu sebagai domba kecil yang maknanya sebagai anak kecil bodoh yang sedang tersesat di jalan dan tidak tahu arah. Berbeda dengan tante yang menyimbolkan Uu dengan kata permata dan bunga, yang mana memiliki makna anak yang manis dan penuh dengan kebanggaan. “Tante : Permataku.. Bungaku. Jangan mogok dong.” 46 Gaya bahasa simbolik menguatkan tokoh dan penokohan Rustam, Berlin, Tante, dan Ibu. Simbolik menguatkan sifat ayah dan Berlin yang materialistis, mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus dipertimbangkan 43 Ibid., h. 11 44 Ibid., h. 11 45 Ibid., h. 16-17 46 Ibid., h.29 untung dan rugi baik dari segi pekerjaan hingga segi pendidikan, sedangkan sifat Ibu dan Tante yang mengayomi Uu. Simbolik juga menguatkan latar cerita pada skenario film itu, bahwa pada tahun 1994 perekonomian Indonesia sedang terpuruk sehingga mempengaruhi pemikiran masyarakatnya yang semua selalu diperhitungkann untung dan rugi.

4.2 Analisis Orientasi Masa Depan Tokoh Remaja dalam Naskah Lakon

AAIIUU Karya Arifin C. Noer Analisis berikutnya digunakan penulis untuk menemukan bentuk orientasi masa depan tokoh remaja dalam naskah lakonAAIIUUkarya Arifin C. Noer. Dalam analisis ini orientasi masa depan hanya terfokus pada bidang pekerjaan dan tokoh remaja yang dianalisis dalam naskah yakni tokoh Uu. Penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra dalam upaya menemukan orientasi masa depan. Orientasi masa depan tersebut dianalisis berdasarkan teori proses pembentukan orientasi masa depan oleh Nurmi.

4.2.1 Proses PembentukanOrientasi Masa Depan Tokoh Remaja

a. Motivasi

Tahap motivasi merupakan awal dari proses pembentukan orientasi masa depan.Suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk mencapai tujuannya. Berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan yang ingin dicapai,waktu pencapaian, dan doronganmotif mencapai tujuan dimasa depan. Bahwa hal yang menjadi dasar motivasi Uu ingin mengambil kuliah jurusan sejarah danbekerja sebagai ahli sejarah disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal didorong karena Uu memiliki minat besar di bidang literasi baca-tulis, maka dari itu Uu menyukai pelajaran sejarah. Sejarah membuatnya tekun membaca dan memberi inspirasi menulis. Ilmu sejarah memberikan dasar dan latar belakang yang bagus untuk minat Uu. Literasi secara sederhana adalah kemampuan untuk mencari, memilah, memahami, dan menggunakan informasi atau pengetahuan. Jadi intinya hal positif dari jurusan sejarah dapat mengasah dan mengembangkan daya nalar secara ilmiah. Kemampuan ini penting untuk diasah. Selain itu dalam diri Uu memiliki jiwa kritis, teliti, tekun, dan terampil berliterasi, potensi-potensi itulah yang menjadi modal Uu masuk kuliah sejarah. Disamping didorong oleh faktor internal, motivasi Uu juga didorong oleh faktor eksternal diantaranya karena Uu sedari kecil sudah akrab dengan dongeng-dongeng. Ia terlalu dipengaruhi oleh cerita-cerita dongeng sehingga menjadikan pemikirannya terlalu jauh memikirkan hal berat, yang tidak pernah dipikirkan oleh orang pada umumnya. Seperti pada kutipan di bawah ini: “Uu : Atau cobalah sedikit menghayal. Apakah mungkin pertempuran pertama akan meletus di sebuah desa kecil di Benua Afrika.” 47 Kutipan di atas menunjukkan bahwa pemikiran Uu memang berbeda dengan pemikiran masyarakat pada umumnya. Ia memiliki daya khayal bahwa perang pertempuran pertama akan terjadi di Benua Afrika, sebuah pemikiran yang orang lain mungkin tidak pernah terlintas seperti pemikiran Uu tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Ayah dalam percakapannya dengan Uu. “Bapak : Uu suka dongeng-dongeng? Uu : Suka. Papa juga tahu Uu suka sekali baca buku-buku cerita sejak dulu. Bapak : Tuh Itulah sebabnya kenapa Uu ingin masuk jurusan sejarah. Uu sangat dipengaruhi dongeng-dongeng Otak Uu bagaikan diliputi kabut yang menggelapi istana- istana jaman dahulu” 48 Dialog di atas menegaskan bahwa motivasi Uu kuliah jurusan sejarah dikarenakan Uu sudah dekat dengan yang namanya dongeng. Ia juga sudah terbiasa membaca buku-buku cerita, sehingga ayah menyimpulkan bahwa motivasi Uu masuk jurusan dikarenakan pemikiran Uu yang penuh diliputi oleh dunia khayal. Akhirnya kembali lagi pada satu hal yang mendasar, yakni minat besar. Bermula dari minat dan niat itulah Uu untuk melangkah ke masa depan. Dia ingin membuktikan dengan usaha-usaha mengembangkan passion itu berbekal ilmu sejarah, maka yang nantinya 47 Ibid., h.3 48 Ibid., h. 18 akan menjadi bukti bahwa lulusan sejarah tak cuma jadi sejarawan. Bahwa lulusan sejarah bisa berkarya dan sukses di mana pun.

b. Perencanaan

Dalam perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada dan akan dilakukan individu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan, menekankan bagaimana individu merencanaan realisasi dari tujuan dan minat dalam konteks masa depan. Dalam proses Uu mempersiapkan tentang masa depan, sesuai dengan keinginannya untuk menjadi seorang ahli sejarah, dia sudah menyusun strategi dengan matang. Terdapat dua perencanaan yang dilakukan Uu yakni perencanaan positif dan perencanaan negatif. Adapun perencanaan positif itu ia tunjukkan ketika hendak mengikuti ujian sekolah. Pada malam harinya ia belajar dengan sungguh-sungguh hingga larut malam. Tercantum dalam kutipan di bawah ini: “Int. Rumah Rustam, kamar, malam Uu sedang membereskan buku-bukunya, sementara ibunya sedang menyiapkan tempat tidurnya. Malam sudah lewat jam dua belas.” 49 Kutipan di atas menunjukkan jika Uu telah usai belajar untuk persiapan mengikuti ujian sekolah. Ia belajar hingga lewat jam 12 malam berharap ketika besok mengerjakan soal-soal ujian tidak mendapatkan kesukaran dalam menjawabnya. Ia sudah bertekad akan mengikuti ujian dengan sebaik-baiknya agar terwujud cita-citanya menjadi ahli sejarah. Hal demikian tercantum pada kutipan di bawah ini: “Uu : Ya, suatu hari Uu jadi ahli sejarah, sebab itu besok Uu akan ujian sebaik-baiknya dan begitu lulus Uu akan masuk jurusan sejarah.” 50 49 Ibid., h.3 50 Ibid., h. 4 Kutipan di atas memperlihatkan tekad Uu yang berkeinginan menjadi ahli sejarah. Ia sudah merencakan dengan matang tentang masa depannya, perencanaan itu ia rencanakan dari sebelum mengikuti ujian. Mulai dari belajar dan sampai mengikuti ujian sekolah dengan sebaik- baiknya. Hal tersebut tercantum pada kutipan berikut: “Flashes Shot-shot pendek ini sekaligus sebagai latar kredit taitel. Beberapa shot yang melukiskan murid-murid sedang ujian akhir, diantara mereka adalah Uu. Beberapa shot ketika mereka membaca pengumumam hasil ujian. Uu lulus, dia senang sekali. Shot-shot tersebut akan diiringi dengan sebuah nyanyian yang segera liriknya akan disusulkan. Yang penting adegan tersebut harus.” 51 Kutipan di atas memperlihatkan Uu yang sedang mengikuti ujian sekolah. Betapa senang Uu ketika melihat pengumuman bahwa ia dinyatakan lulus, yang berarti pertanda ia akan segera mewujudkan keinginannya untuk kuliah di jurusan sejarah. Namun perencanaan- perencanaan yang dilakukan Uu tidak selamanya berjalan lancar. Rustam, ayah Uu tidak mendukung keinginannya, sehingga perencanaan-perencanaan yang sudah ia susun dengan matang tidak berjalan sesuai dengan yang ia rencanakan. Demi tercapai keinginannya itu, maka timbullah perencanaan negatif yang direncanakan Uu. Adapun perencanaan negatif itu, ia mengancam akan merencanakan mogok makan dan mengurung diri di kamar jika semua keluarganya tidak mendukung atas cita-citanya. Hal ini tercantum dalam kutipan di bawah ini: “ Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri dalam kamar d an mogok makan” 52 Perencanaan negatif yang dilakukan Uu bukan tanpa alasan. Untuk tercapainya suatu cita-cita yang ia inginkan dan sudah direncanakan, ia sudah tidak ada pilihan lagi untuk mendapatkan 51 Ibid., h. 5 52 Ibid., h. 18

Dokumen yang terkait

Kesantunan Berbahasa dalam Naskah Drama Umang-Umang Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 75 106

Perilaku Mayarakat Urban dalam Drama Mega,Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya pada Pembelajaran Sastra di SMA

14 70 139

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

0 32 311

DESKRIPSI LATAR DAN FUNGSINYA DALAM NOVEL CINTA DI DALAM GELAS KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

2 31 72

Kritik Sosial dalam Naskah Drama Cannibalogy Karya Benny Yohanes dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

52 294 162

Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Kelas XII Program Studi IPA-IPS Aliyah

3 172 182

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KELAS XII KURIKULUM 2013.

0 2 24

CITRAAN DALAM NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

0 3 13

PENDAHULUAN Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya Arifin C Noer : Kajian Stilistika Dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Di SMA.

5 41 30

Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel 5cm Karya Donny Dirgantoro dan Relevansi Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas XII Sekolah Menengah Atas (Kajian Psikologi Sastra).

0 0 15