Unsur Intrinsik Naskah Lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer
akan bekerja di mana dan akan menjadi apa. Hal itu dapat dilihat pada dialog berikut,
“Rustam : Mau jadi ahli sejarah? Ibu
: Yaa.. kan nanti sama-sama jadi dokteranda kalau selesai kelak.
Rustam :Kamu betul-betul kurang memahami jaman sekarang. Dokteranda apapun memang sama, tapi nilai
komersilnya berbeda-beda. Insinyur juga macam- macam dan boleh dikatakannya satu sama lain, tapi
tetap saja masing-masing memiliki nilai komersil yang berbeda-
beda”
2
Gambaran secara jelas bahwa orang tua, terutama ayah tidak mendukung Uu untuk mencapai cita-citanya melanjutkan kuliah di jurusan
sejarah dan bekerja sebagai ahli sejarah. Sang ayah berpikir bahwa kuliah di jurusan sejarah akan membuang-buang waktu karena dinilai masa
depannya tidak akan jelas misalnya ketika lulus nanti tidak akan ada perusahaan yang mau memperkerjakan lulusan sejarah. Di samping itu,
dilihat dari nilai komersialnya lulusan sejarah akan susah untuk mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan lulusan kedokteran ataupun
lulusan teknik, yang secara otomatis akan mempengaruhi tingkat strata sosial di lingkungan masyarakat. Bahkan tidak hanya ayahnya yang tidak
mendukung Uu, melainkan teman-teman Uupun malah mentertawakan atas sikap Uu yang ingin melanjutkan jurusan sejarah. Menurut mereka,
itu akan menambah jumlah pengangguran dan orang miskin di Indonesia. Hal ini tercantum dalam dialog berikut,
“ Uu : Semua sudah menjadi pedagang. melihat pada AA dan II Masa mereka ngetawain UU.
Ibu :Kenapa memangnya? Uu :UU ditanya sama si Chandra, UU mau daftar kemana, lalu
UU bilang ke jurusan sejarah. Eh, semua kawan-kawan ketawa. UU sama sekali tidak mengerti. Apa
yang lucu?”
3
Uu merasa kesal dan kecewa atas sikap teman-temannya yang mentertawakan keputusannya untuk melanjutkan ke jurusan sejarah.
2
Ibid., h.5-6
3
Ibid., h. 14
Dalam percakapannya dengan ibu, ketika dia bilang “semua sudah menjadi pe
dagang” secara tidak langsung Uu mengkritik dan menyindir kondisi masyarakat pada saat itu di mana pemikiran mereka tidak lebih dari
berniaga yang selalu memikirkan untung dan rugi, semua yang dilakukan haruslah memiliki nilai untung yang tinggi. Dan hal tersebut juga dialami
termasuk keluarganya sendiri dan juga teman-temannya. Selain menyuarakan tentang kurangnya dukungan orang tua
terhadap minat dan bakat anak, lewat lakon ini Arifin juga hendak menyuarakan tentang sebuah keluarga yang menganggap diri sebagai
keluarga modern. Mereka bertempat tinggal di pusat kota Jakarta, bekerja di gedung perkantoran tinggi namun mereka masih kolot. Kolot yang
dimaksud bukan berarti tidak berpendidikan, namun masih bersikap mempercayai dukun atau masih mempercayai hal-hal mistis yang konon
hanya dilakukan oleh mereka yang tidak melek sekolah. Hal ini terlihat dari cara pemikiran keluarga tersebut, sebuah keluarga yang tidak
demokratis, yang mana tidak memberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bakat dan minat anak-anaknya.
Cerminan tersebut persis seperti pemerintahan pada masa itu, yang kerap membungkam kritik.
Dibungkamnya pers dapat dilihat dalam jurnalnya Dwi Wahyono dan Gayung Kasuma.
4
Selain dibungkamnya pers, pada masa itu juga keadaan perekonomian mengalami pasang surut. Indonesia mengalami
krisis yang diakibatkan besarnya hutang luar negeri, hingga akhir masa pemerintahannya terjadi krisis berkpanjangan, krisisnya perekonomian
Indonesia dapat dilihat dalam jurnal Muhammad Ihsan Syahaf Nasution.
5
Jadi dalam naskah lakonAAIIUU secara langsung menjadi cermin untuk menggambarkan kondisi sosial Indonesia.
4
Dwi Wahyono Hadi dan Gayung Kasuma., Propaganda Orde Baru, Jurnal politik. Verleden, vol.1 No.1, Desember 2012:1-109
5
Muhammad Ihsan Syahaf Nasution, Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Perekonomian di Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Soeharto 1968-1998, Jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2013.
Dapat disimpulkan bahwa tema utama dalam lakon ini adalah tentang mengkritisi hak-hak dasar manusia yakni hak mengembangkan
diri, hak atas kebebasan pribadi, hak memperoleh keadilan, serta hak anak untuk menentukan cita-cita dan masa depan. Penghargaan terhadap anak
hanya bisa dicapai apabila semua orang, termasuk anak-anak sendiri, mengakui bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, dan
menerapkannya dalam
sikap dan
perilaku yang
menghormati, mengikutsertakan dan menerima orang lain.
3. Tokoh dan Penokohan
Gambaran tokoh tercermin lewat dialog dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer, tergambar tokoh beserta wataknya. Tokoh
biasanya ditandai dengan nama sedangkan penokohan atau karakter biasanya ditandai dengan sikap dan watak. Terdapat tujuh tokoh dalam
cerita AA II UU karya Arifin C. Noer yaitu: Aa, Ii,Uu, Rustam, ibu, tante, oom, serta beberapa tokoh tambahan yakni Berlin, ketua, yang lain-lain,
Pembantu, dan dukun. Masing-masing dari ketujuh tokoh tersebut memiliki peranan yang berbeda serta karakter yang kuat dalam setiap
cerita yang ditampilkan. Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita
secara keseluruhan, tokoh dibedakan ke dalam tokoh utama: tokoh utama yang utama dan tokoh utama tambahan serta tokoh tambahan: tokoh
tambahan utama dan tokoh tambahan yang tambahan. 1
Uu Dilihat dari awal kemunculan tokoh UU masuk ke dalam tokoh
utama yang utama. Dia adalah anak ketiga dari bapak Rustam dan Ibu Rustam. Diperkirakan Uu berumur menjelang 18 tahun. Di dalam lakon
AAIIUU tokoh Uu diceritakan masih sekolah dibangku SMA kelas 3 yang sedang mengikuti ujian akhir sekolah. Uu memiliki keinginan untuk
meneruskan kuliah di jurusan sejarah dan bekerja menjadi ahli sejarah. Namun dilarang oleh keluarganya terutama oleh ayahnya. Ketika Uu
mengetahui hal itu, ia langsung pergi meninggalkan mereka dan langsung
pergi mengunci diri di kamar. Hal tersebut dibuktikan pada kutipan di bawah ini:
“Uu : Kalau semua tidak setuju Uu akan mengunci diri dalam kamar dan mogok makan”
6
Kutipan di atas menunjukkan jika Uu memiliki sifat keras kepala. Demi mempertahankan keinginannya, ia sampai berani mengunci diri di
kamar, hal yang tidak pernah dilakukan oleh kedua kakaknya. Bentuk pengancaman seperti itu tidak lain hanya gertakan agar mendapat simpati
dari orang lain, dan hanya akan dilakukan oleh orang yang belum bisa berpikir dewasa. Berhubung sudah tidak ada cara untuk mendapatkan izin
dari keluarganya. Maka yang dapat dilakukan Uu adalah mengancam keluarganya, karena dengan begitu ia beranggapan akan berhasil mengajak
keluarga menyetujui keinginannya. Keputusannya untuk mengunci diri bukan berarti sikap atau
karakter Uu yang manja. Namun lebih kepada sikap pemberontakan untuk mempertahankan haknya sebagai anak. Di antara hak-hak anak antara lain
adalah hak mendapat kehidupan, hak berhak mendapatkan nama dan kewarganegaraan, hak berkarya dan berpendapat, hak berpikir dan
beragama, hak mendapat perlindungan dari tindakan kekerasan dan perlakuan yang seenaknya.
“Uu : Setuju dulu dong Uu masuk jurusan sejarah. Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak mungkin sayang. Itu akan
mencelakakan masa depan. Uu
: Ini masalah hak azasi.”
7
Lewat percakapannya dengan tante, Uu menyampaikan bahwa apa yang dilakukannya bukan semata-mata memunculkan bentuk kekanak-
kanakan yang keras kepala. Akibat keegoisan orangtuanyalah, ia merasa tidak memperoleh hak-hak sebagai anak. Setelah menyadari hak-haknya,
ia melakukan pemberontakan kepada keluarganya.
6
Arifin C. Noer. op.cit. h.18
7
Ibid., h. 32
Meski demikian tokoh Uu tidak melulu digambarkan negatif, ada satu hal yang dapat dicermati dari sifat Uu yakni sifat berani dalam
mempertahankan haknya untuk melanjutkan kuliah di jurusan sejarah. Keinginan yang dipertahankan Uu tidak lain adalah sikap yang sepatutnya
dilakukan oleh individu sebagai makhluk sosial dalam memperoleh hak- hak dasar manusia antara lain hak mengembangkan diri, hak memperoleh
keadilan, dan hak atas kebebasan pribadi. Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa tokoh Uu
merupakan tokoh protagonis dan mengalami konflik baik dengan tokoh lain maupun dengan dirinya sendiri. Tokoh Uu termasuk tokoh statis
karena tidak mengalami perubahan karakter dengan perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Dari awal cerita sampai akhir cerita Uu tetap
mempertahankan pilihannya kuliah di jurusan sejarah dan akan menjadi ahli sejarah. Lewat penokohan Uu, Arifin menyampaikan bahwa setiap
anak memiliki hak-hak atas dirinya dan orang tua seharusnya menyadari akan hak-hak anaknya.
2 Aa
Kakak laki-laki Uu yang pertama, termasuk ke dalam tokoh utama yang tambahan. Aa digambarkan sebagai anak laki-laki dan anak pertama
dari keluarga Rustam. Usianya diperkirakan 22 tahun. Ia dituntut ketika dewasa nanti dapat menggantikan ayahnya bekerja di kantor dagang. Maka
dari itu Aa kuliah mengambil jurusan ekonomi. Akibat bentuk didikan Rustam yang otoriter menjadikan Aa tumbuh menjadi anak yang memiliki
sifat realistis. Sifat realistis Aa digambarkan pada dialog di bawah ini, “Aa
: Pertama karena Lydia cantik. Rustam : Bagus. Jawaban yang jujur.
Aa : Kedua.. karena dia pintar.
Rustam : Kamu mencintainya? Aa
: Sangat. Rustam : Kenapa?
Aa : Karena ukuran-ukuran tadi.
Rustam : Tepat. Karena ukuran-ukuran yang menguntungkan. Karena kepintaran Lydia yang diharapkan untuk bisa
menguntungkan rumah tangga kalian secara ekonomis. Begitu kan?
Aa : Saya kira begitu.
Rustam : Kamu betul-betul seorang realis yang mengagumkan Tidak sia-sia kamu jadi anak saya. Sekarang Ii
.”
8
Dalam dialog di atas menunjukkan bahwa Aa memiliki sifat yang realistis. Terlihat dari ukuran-ukuran Aa untuk memilih calon istri. Tidak
dipungkiri bahwa hal yang pertama kali dilihat dari seorang laki-laki terhadap perempuan adalah kecantikan. Kemudian barulah merujuk
kepada sifat dan karakter si perempuan. Sifat realistis Aa juga ditunjukkan pada saat ia bercakap dengan ibu.
“Ibu : Tapi dia telah menyiapkan dirinya untuk segala risiko atas pilihannya. Dengarkan mama. Kalian terbalik. Yang
seharusnya kalian lakukan bukan membujuk Uu tapi meyakinkan Papa bahwa Uu tidak salah pilih.
Aa : Tapi Papa benar, Ma. Yang kita perlukan sekarang
adalah lapangan yang sebanyak mungkin untuk memberikan keuntungan materil.”
9
Seperti halnya Rustam, Aa juga keberatan dengan pilihan Uu yang menginginkan kuliah di jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah. Ia
menganggap bahwa hal yang harus dicari sekarang adalah pendidikan yang sekiranya ketika lulus nanti tidak menyusahkan untuk mencari
pekerjaan dan banyak peluang untuk bekerja. Alasannya sangat realistis karena pada zaman itu sedang terjadi krisis moneter yang mengakibatkan
ratusan perusahaan baik skala kecil dan besar bertumbangan, PHK tak terelakkan dan ratusan ribu orang menjadi pengangguran. Dengan
demikian maka tidak salah jika Aa memiliki pandangan bahwa pendidikan harus memberikan keuntungan materil.
Berdasarkan pemaparan di atas, tokoh Aa merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh yang berkembang karena seiring
berjalannya cerita mengalami perkembangan karakter dari awal sampai akhir cerita. Pada awalnya Aa digambarkan tidak mendukung keinginan
8
Ibid., h. 8-9
9
Ibid., h. 23
Uu, namun pada akhirnya ia sadar bahwa Uu memiliki hak atas masa depannya dan mengembangkan minat dan bakat.
3 Ii
Ii adalah Kakak perempuan Uu, dan termasuk tokoh utama yang tambahan. Dalam lakon ini Ii digambarkan seorang mahasiswi jurusan
farmasi, yang diperkirakan berumur 20 tahun. Selain itu ia juga digambarkan sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dan perannya
sebagai penengah keluarga dan menjadi titik harmonisasi keluarga di mana penyatuan keluarga tergantung padanya. Oleh karena itu Ii membantu
meringankan beban ayahnya untuk berusaha membujuk Uu yang mulai melakukan mogok mengunci diri di kamar.
“Ii :Saya akan membujuknya untuk yang pertama kalinya sebagai kakaknya. Barangkali saya akan mendapat tempat
yang istimewa di hatinya
.”
10
Dalam kutipan tersebut Ii menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak, khususnya kakak perempuan. Ia mencoba untuk
membujuk Uu pertama kali agar mengurungkan niatnya untuk mengunci diri di kamar. ia berangggapan bahwa dengan dia yang pertama kali
membujuk akan mendapatkan tempat di hati Uu dan meluluhkan hati Uu. Ii juga digambarkan tidak jauh berbeda dengan tokoh Aa yakni memiliki
sifat yang realistis. Sifat realistis itu ia tunjukkan dalam dialognya bersama ibu.
“Ibu : Dia tidak mau mendengarkan pendapat siapapun karena dia tidak melakukan kesalahan apapun dalam pilihannya.
Ii : Mama tahu dia akan mendapat kesukaran kelak kalau cari
kerja.”
11
Pada dialog di atas menunjukkan bahwa Ii juga keberatan atas pilihan Uu yang menginginkan menjadi ahli sejarah. Dengan menjadi ahli
sejarah tidak akan ada orang yang menerima jasanya, dan pada akhirnya akan menyusahkan Uu mendapatkan pekerjaan.
10
Ibid., h.19
11
Ibid., h. 23
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tokoh Ii merupakan tokoh antagonis dan termasuk ke dalam tokoh berkembang karena
mengalami perubahan karakter sejalan dengan perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya Ii digambarkan keberatan atas pilihan Uu,
namun pada akhirnya Ii menyadari bahwa Uu berhak untuk meningkatkan minat dan bakat.
4. Rustam
Rustam merupakan ayah dari Aa, Ii, Uu. Usianya diperkirakan 50 tahun. Ia digambarkan sebagai seorang yang bekerja di kantor dagang
yang bertempat di pusat kota Jakarta. Ia merupakan tokoh tambahan yang utama, digambarkan memiliki watak yang keras kepala, materialistis,
egois serta realistis. Hal ini tercermin ketika dia menentang Uu untuk kuliah mengambil jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah.
“Rustam : Artinya membiarkan Uu jatuh kepada pilihan yang keliru semua orang mengejar uang dan kamu biarkan
UU mengejar angin yang bernama lamunan sejarah. Sebagai Ibu seharusnya kamu menyadarkan UU yang
baru tahu AIUEO itu bahwa sejarah tidak akan menyelesaikan hidup ini. Hanya uang yang punya
kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa
saja”
12
Dalam kutipan di atas membuktikan bahwa ayah seorang yang bersifat materialistis. Sifat tersebut ia tunjukkan ketika mengatakan bahwa
hanya uanglah yang mampu menyelesaikan semua masalah, apalagi di zaman ketika semua sudah menjadi pedagang dan zaman di mana nilai
pendidikan dikesampingkan. Orang tua lebih memilih pendidikan yang kesempatan kerjanya lebih besar ketika lulus nanti dan tentunya memiliki
pendapatan yang besar. “Rustam : Ii Ini bukan diskusi kosong. Ini menyangkut masa
adikmu, Uu Coba kita bicara terang-terangan saja. Mana yang lebih menguntungkan buat UU, jurusan
12
Ibid., h. 11
sejarah atau jurusan ekonomi. Misalnya ini dipandang dari segi keuntungan dagang”
13
Pada kutipan di atas menunjukkan sifat ayah yang realistis. Sifat realistis ia tunjukkan melalui pemikirannya bahwa pada saat itu zamannya
berlomba-lomba mengejar uang, dikarenakan semua bahan-bahan pokok mahal dan ekonomi sedang melemah, tanpa uang maka tidak akan hidup.
Pemikiran realistis ayah tidak dapat dipungkiri, karena latar belakang ayah yang bekerja di kantor dagang sehingga menjadikan pemikirannya hanya
memikirkan untung dan rugi, memikirkan bagaimana mendapat untung yang besar di saat persaingan dagang semakin ketat. Rustam memiliki
pemikiran yang kosisten dengan sifatnya yang egois dan keras kepala. Sifat egois ayah menjadikannya ingin menang sendiri, tidak
menghargai pendapat orang lain. Ditambah sifat keras kepala, kukuh terhadap pendiriannya tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dengan orang
lain. Sifat keegoisan dan keras kepala ayah juga tercermin dalam dialog berikut:
“Rustam : Makin banyak kamu bicara, makin kelihatan bahwa kamu itu bodoh”
14
“Rustam :Prinsip Papa setuju, tapi Papa tidak akan mengizinkan”
15
Dari dialog tersebut terlihat bagaimana watak ayah sangat egois dan keras kepala. Semua anak-anaknya termasuk istrinya harus
mendengarkan dan menuruti apa yang dikatakannya, sehingga tidak memberikan kesempatan orang lain untuk memberikan pendapatnya.
Rustam menganggap dirinya lebih pandai dan berpengalaman dalam hidup.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa Rustam merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh berkembang karena mengalami
perubahan karakter sejalan dengan perkembangan peristiwa yang
13
Ibid., h.12
14
Ibid., h. 6
15
Ibid., h. 18
dikisahkan. Pada awalnya ia digambarkan tokoh yang egois, keras kepala dan memiliki pemikiran yang materialistis. Namun ketika mendapat
teguran dan sindiran dari seorang dukun, ia menyadari bahwa seorang anak hendaklah tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Lewat tokoh Rustam, Arifin ingin menyampaikan kepada semua orang tua untuk mengakui hak-hak anaknya, tidak menghalangi atau menghambat
cita-cita anak. 5.
Ibu Rustam Ibu Rustam merupakan ibu dari Aa, Ii, Uu. Usianya diperkirakan
46 tahun.Ia merupakan tokoh tritagonis dan termasuk ke dalam tokoh tambahan yang utama. Dalam naskah ibu digambarkan sebagai ibu rumah
tangga yang mengurusi suami dan ketiga anaknya.Sebagai seorang ibu yang telah melahirkan, merawat, dan membesarkan ketiga anaknya yakni
Aa, Ii, Uu. Sebenarnya tokoh ibu selalu memberikan kebebasan terhadap minat dan bakat anak-anaknya, namun di lain sisi dia juga harus
mendengarkan dan menuruti ayah, sebagai bukti taat terhadap suami. “Ibu : Kamu tidak sendirian U. Mama juga akan berusaha sekuat
tenaga untuk meyakinkan mereka bahwa kamu berhak mewujudkan impian kamu.”
16
Kutipan di atas membuktikan bahwa ibu memberikan dukungan terhadap minat dan bakat anaknya, yang ditunjukkan dengan memberi
pembelaan terhadap anaknya ketika ayah tidak memberikan dukungan terhadap keinginan Uu. Kebebasan dan kebaikan yang dilakukan oleh ibu
selama ini hanyalah kamuflase agar anak-anaknya tidak lepas dari pengawasannya. Namun berbeda dengan ayah, seorang ibu pandai
mendekatkan diri dengan anak-anaknya. Seorang ibu tentunya lebih menggunakan perasaan untuk bisa mempengaruhi anak-anak agar mau
menuruti perkataannya. “Ibu : Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan
17
16
Ibid., h. 20
17
Ibid., h. 35
Tante : Jelaskan Siapapun akan sependapat bahwa masalah perasaan memang bena
r sekali”
18
Dalam dialog di atas, ibu dan tante menegaskan bahwa melalui perasaan adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah yang sedang
terjadi. Hati merupakan sumber kemanusiaan bagi seseorang dan dengan hati, manusia dapat merasakan pilihan mana yang harus dijalani dan mana
yang harus ditinggalkan. Jadi memang tepat rasanya jika seorang ibu harus bersikap lemah lembut, karena melalui perasaanlah hati anak akan luluh.
Maka dari itu ibu mempengaruhi UU dengan dongeng yang dibacakannya sebelum tidur berharap dia terpengaruh dalam cerita yang dibacakannya.
Dalam dongengnya ia bercerita bahwa ada seorang gadis manis yang sangat patuh terhadap orang tuanya, dan semakin manis jika mengatakan
“ya ma” kepada ibunya. Ibu bermaksud mempengaruhi bahwa gadis yang dimaksud adalah Uu.
Sebagai ibu, ia harus mampu memberikan keturunan sekaligus mendidik anak-anak agar berguna. Segala ketidakberhasilan dalam rumah
tangga akan ditimpakan kesalahannya pada perempuan. “Bapak : Kamu yang harus bertanggung jawab jika ada apa-apa.
Ibu : Kok saya?
Bapak :Lalu siapa? Saya? Atau AA II? Kamu sebagai Mamanya yang seharusnya bertindak bijaksana.”
19
Dari dialog bapak dan ibu di atas menunjukkan bahwa peran sebagai ibu berpengaruh besar terhadap semua perkembangan yang ada di
dalam rumah, termasuk masalah yang terjadi kepada anak. Seorang ibu bagaikan soko guru di dalam rumah, ia sangat penting untuk membangun
rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia. Dari segi kejiwaan dan kependidikan ibu harus bekerja keras mendidik anak
dan mengawasi tingkah laku mereka, serta mengajarkan berbagai perilaku terpuji dan tujuan-tujuan mulia. Maka jika terjadi sesuatu di dalam rumah
18
Ibid. h. 37
19
Ibid., h. 31
ataupun terjadi sesuatu kepada anak-anak, biasanya ibu lebih sering disalahkan.
Ayah cenderung menyalahan ibu, seolah masalah Uu adalah kesalahan ibu. Ibu memang soko guru di rumah, namun tanggung jawab
pengasuhan itu seharusnya ada di ayah dan ibu. Akibat ideologi patriarki berlaku di dalamnya berupa keberadaan kepemimpinan di sektor ini pada
tangan laki-laki. Kontruksi sosial selama ini dianggap sangat berpihak kepada laki-laki dan pada saat yang sama sangat menyudutkan kaum
perempuan. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa ibu termasuk tokoh
berkembang karena seiring berjalannya cerita mengalami perkembangan karakter dari awal hingga akhir cerita. Pada awalnya digambarkan sebagai
tokoh yang kurang setuju atas pilihan Uu yang ingin menjadi seorang ahli sejarah, meskipun ibu memberikan kebebasan namun ada rasa ketakutan
dalam dirinya. Namun, akhirnya ibu sadar dan memberikan kesempatan kepada Uu untuk mengembangkan dirinya.
6. Tante
Tante adalah tante dari Aa,Ii,Uu. Ia merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh tambahan yang utama. Usianya diperkirakan 40 tahun.
Tante digambarkan tidak memiliki anak, maka ia sudah menganggap ketiga keponakannya seperti anak kandung sendiri. Ia sangat sayang dan
peduli terhadap ketiga ponakannya, terutama kepada Uu karena ia anak terakhir. Ketika ada masalah dengan ketiga keponakannya, tante ikut andil
dalam menyelesaikan masalah itu. Sifat tante sangat protektif dan pemikirannya terlalu sempit sehingga masalah yang kecil menjadi dibesar-
besarkan. Sifat protektif tante ditunjukkan ketika membujuk Uu untuk keluar dari kamar, sebagaimana tercantum dalam percakapan berikut,
“Tante : Sebaiknya kita siapkan satu tabung besar zat asam murni udara dalam kamarnya. Nanti lama-lama pasti
kotor dan Uu pasti kepayahan”
20
20
Ibid., h. 29
Tante menunjukkan seberapa besar kasih sayangnya terhadap Uu yang sedari tadi mengurung diri terus di kamar. Ia takut terjadi sesuatu
terhadap keponakan kesayangannya. Ia berinisiatif agar segera mempersiapkan tabung berisi zat asam murni supaya Uu di kamar tidak
kehabisan udara. Sifat protektif yang dimiliki tante dapat dimaknai sebagai salah satu bentuk kasih sayang tante terhadap keponakannya. Di samping
sifat tante yang protektif, ia juga termasuk orang yang mudah panik. Terlihat ketika Uu sudah tidak lagi terdengar suaranya di kamar, tante
dengan paniknya memikirkan terjadi sesuatu sama Uu. “Bapak : Kalian jangan menambah gugup dong. Kalian kuminta
datang mengendorkan ketegangan ini dan bukan menambah kepanikan. Pikir Cari akal buat suasana ini.
Dia selamat, kita senang.
Tante : Sama sekali dia tidak menyahut. Jangan-jangan sudah
pingsan.”
21
Kepanikan yang dilakukan tante justru membuat masalah yang terjadi semakin runyam. Ia berpikir bahwa keponakannya sudah terkapar
di kamarnya, karena sedari tadi Uu tidak menunjukkan respon dari balik kamarnya. Ada satu hal yang menjadi ciri khas tante dalam naskah
tersebut, dia selalu mengulang- ngulang kata “dilema” sebagaimana
tercantum dalam percakapannya dengan beberapa tokoh. “Uu
: Setuju dulu dong Uu masuk juruan sejarah. Tante : Dilemma. Dilemma. Itu tidak ungkin sayang. Itu akan
mencelakakan masa depan.”
22
“Tante : Dilemma.. Dilemma.. Bapak : Tentu saja pikiran
Ibu : Tapi perasaan juga tidak boleh ditinggalkan
Tante : Dilemma.. Dilemma...”
23
Kata dilema yang diucapkan tante bukan berarti sekedar ungkapan kosong. Tante merasa dalam situasi tersebut, membuatnya dilanda dilema.
Ia bingung antara memilih untuk menuruti permintaan Uu atau mencegah keinginan Uu. Di satu sisi tante merasa tidak tega jika permintaan
21
Ibid., h.30
22
Ibid., h. 32
23
Ibid., h.36
keponakannya itu tidak dipenuhi, namun jika dipenuhi itu sama saja membawa Uu masuk ke dalam jurang kesengsaraan ketika dewasa nanti.
Suatu masalah yang harus dipikirkan dengan matang, tidak bisa mengambil keputusan dengan terburu-buru. Sebagai seorang tante yang
sudah menganggap Uu layaknya anak kandung sendiri, membujuk Uu dengan berbicara lemah lembut menjadi salah satu cara untuk meluluhkan
Uu agar melupakan keinginannya tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa tante termasuk
dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya ia digambarkan
keberatan atas pilihan Uu yang ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah dan menjadi ahli sejarah, namun pada akhirnya ia menyadari bahwa
pilihan ponakannya tidaklah salah dan merupakan hak bagi Uu untuk menentukan masa depannya.
7. Bahar
Bahar adalah Oom dari Aa,Ii,Uu. Usianya diperkirakan 43 tahun. Ia merupakan tokoh antagonis dan termasuk tokoh tambahan yang utama. Ia
digambarkan memiliki karakter yang rumit atau bisa dibilang banyak pertimbangan. Sebagaimana terdapat dalam kutipan di bawah ini ketika ia
memberikan pendapatnya untuk menyelesaikan masalah Uu. “Oom : Dalam filsafatnya adalah , „kebenaran rupanya lebih
betah di rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya l
ebih betah di rumah tetangga‟ sebentar menelan wafer atau apalah. Lalu pertanyaannya adalah apa yang akan
digunakan sebagai landasan usaha kita dalam memecahkan persoalan. Perasaankah? pikirankah?”
24
Dalam kutipan di atas, menunjukkan jika oom memiliki sifat yang terlalu banyak pertimbangan.Meski begitu ia berusaha untuk memberikan
masukan untuk memecahkan masalah yang ada. Ia berpikir bahwa dalam menyelesaikan sebuah masalah harus dengan sebuah landasan, antara
menggunakan perasaan atau pikiran. Ia tidak memandang suatu masalah
24
Ibid., h.35
secara hitam putih, setiap pilihan tindakan memiliki penalaran dan landasan etik. Jika penyelesaiannya menggunakan perasaan maka
sebaiknya harus menurunkan ego, tidak ada paksaan, berbicara dari hati ke hati, dan memberikan nasihat-nasihat dengan lemah lembut. Jika dilakukan
dengan landasan yang mengaitkan pikiran, maka yang dilakukan adalah memutuskan secara logika misalnya bersikap secara realistis. Berhubung
Uu anak terakhir dan anak terakhir diidentikkan dengan sifat yang manja, maka landasan yang menggunakan perasaan dirasa tepat untuk
mempengaruhi Uu agar mengurungkan niatnya untuk kuliah di jurusan sejarah dan menjadi seorang ahli sejarah.
Seperti halnya dengan Rustam, Aa, Ii, ibu dan tante. Ia pun memiliki pemikiran yang realistis maka dari itu ia pun keberatan atas
pilihan Uu. Baginya menjadi seorang ahli sejarah adalah sebagai sampah masyarakat. Sebagaimana dalam kutipan di bawah ini.
“Oom : Semua Pintu Ahli sejarah dan sejenisnya telah dianggap penderita s
ampah dan dijauhi masyarakat.”
25
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Oom keberatan atas pilihan Uu. Ia beranggapan bahwa Uu telah salah menafsirkan zamannya. Saat
orang-orang telah berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan namun Uu malah memilih pekerjaan yang justru dijauhi masyarakat. Semua
perusahaan tidak akan membukakan pintu untuk menerima Uu bekerja, bahkan pintu belakang dan pintu wc-nya pun tidak dibuka. Ini
menandakan bahwa pekerjaan ahli sejarah hanya dianggap sampah di Indonesia.
Berdasarkan pemaparan di atas, Oom termasuk dalam tokoh berkembang karena mengalami perubahan karakter sejalan dengan
perkembangan peristiwa yang dikisahkan. Pada awalnya Oom memandang negatif terhadap pekerjaan sebagai ahli sejarah. Namun pada akhirnya
Oom menyadari bahwa Uu memiliki potensi dalam bidang sejarah dan pilihan Uu merupakan haknya untuk menentukan masa depannya.
25
Ibid., h. 42
8. Berlin, Ketua, yang lain dan lain lagi.
Mereka adalah teman sekolah Uu. Usia mereka diperkirakan 17-18 tahun, sama seperti usia Uu. Mereka merupakan tokoh antagonis, dan
termasuk tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah digambarkan mereka memiliki sifat materialistis. Terbukti ketika mereka dengan
mudahnya mentertawakan dan meremehkan Uu di pesta perpisahan sekolah. Mereka menganggap jika pilihan Uu itu akan sia-sia saja dan akan
menambah jumlah orang miskin di Indonesia. Di bawah ini percakapan mereka bersama Uu ketika berada di pesta:
“ Uu : Kalau saya mau pilih jurusan sejarah
memangnya kenapa? Yang penting kan mau.
Berlin : Mau sih boleh saja. Saya juga banyak
maunya. Ketua
: Sebentar Uu, bagaimanapun saya tetap dan akan selalu menjadi bekas ketua kelas kita.
Jadi sedikit banyak saya punya saran pasti akan berharga. Begini
Seseorang : Mudah-mudahan dia insyaf.
Yang lain : Milih kok daerah gundul.
Lain lagi : Tenang. Ketua sedang bicara.
Ketua : Betul kamu mau masuk jurusan sejarah
Uu : Iya.
Ketua : Kamu tahu kenapa kita ketawa?
Uu : Nggak.
Ketua : Karena tidak setuju. Kita semua tidak rela
kamu sebagai teman akan meningkatkan jumlah orang-orang miskin di negeri kita.
Uu : Kok
“Ketua : Memasuki jurusan sejarah atau jurusan
fakultas-fakultas lainnya yang sejenis adalah sia-sia. Karena ditinjau dari segi
lapangan kerja sangat sempit. Di republik ini tidak perlu banyak-banyak ahli sejarah.
Cukup seorang saja untuk mengepalai satu departemen
dengan seorang
pelayan sebagai
pembantunya. Jelas?
Yang dibutuhkan sekarang adalah tenaga-tenaga
yang terampil laksana komputer untuk perputaran roda ekonomi.”
26
26
Ibid., h. 15-16
Percakapan-percakapan di atas jelas menunjukkan bahwa sifat mereka memang realistis, terlihat dari pemikiran ketua bahwa sebagai
generasi penerus bangsa yang masih memiliki semangat yang tinggi untuk meneruskan pendidikan, namun dalam hal ini untuk memasuki jurusan
yang diinginkan dan dicita-citakan harus menimbang dengan seksama. Apakah jurusan yangdiambil memiliki profit yang bagus untuk ke
depannya atau malah semakin buruk dan akan menambah beban negara seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran. Dengan usaha
menjelaskan seperti ini mereka berharap Uu terbuka pikirannya dan tidak akan menjadi domba kecil yang sedang tersesat, seperti apa yang
dikatakan Berlin untuknya. Berdasarkan pemaparan di atas, Berlin, ketua serta teman yang lain
termasuk dalam tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang sama. Mereka tidak mengalami perubahan karakter selama jalannya cerita. Pada
awal kemunculan mereka tidak mendukung atas pilihan Uu. Mereka tidak mempengaruhi alur secara keseluruhan, namun berpengaruh terhadap
sikap Uu yang semakin kesal dengan jalan pemikiran mereka yang sudah menjadi pedagang.
9. Pembantu
Ia adalah asisten rumah tangga di rumah Rustam. Usianya diperkirakan 55 tahun karena lebih tua dari semua tokoh. Ia merupakan
tokoh protagonis dan tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah ia digambarkan memiliki sifat yang lucu. Sifat si mbok yang lucu bukan
berarti si mbok suka melawak, melainkan melalui celotehan-celotehannya secara tidak langsung terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
naskah. Inilah yang menjadi keunikan Arifin C. Noer dalam membentuk karakter setiap tokoh dalam naskahnya. Dari tokoh yang dianggap tidak
begitu penting seperti asisten rumah tangga, justru banyak mengandung pesan dari inti cerita yang dibuat. Sebagaimana terdapat dalam kutipan di
bawah ini,
“Pembantu : Coba? Apa yang terjadi barusan? Ngomong marah- marah lalu pergi. Ndak jelas semuanya. Ini yang
namanya pemborosan terselubung. Dan kalau boleh kasar simbok bisa bilang ini pembunuhan tanpa
jejak. Nah, makanlah.”
27
Kutipan di atas, si mbok menyayangkan sikap yang dilakukan majikannya yakni Rustam dan istrinya. Mereka hanya mampu marah-
marah. Dalam menyelesaikan sesuatu masalah haruslah dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih sehingga tidak akan menimbulkan
kemarahan. Kemarahan yang membuat anak akan semakin membangkang. Kalau tidak dengan itu, orang lain yang tidak bersalah akan ikut kena
imbas dari kemarahan tersebut. Hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, karena bagaimanapun orang tua haruslah bersikap
lemah lembut dalam mendidik anak. Si mbok mengatakan jika perbuatan yang dilakukan majikannya
merupakan pemborosan terselubung karena sia-sia saja jika orang tua selalu marah-marah, orang yang di sekitarnya menjadi imbas kemarahan
dan tidak juga akan menyelesaikan masalah jika hanya dengan banyak bicara dan marah-marah. Selain itu, ia juga menyindir bahwa masalah
yang terjadi di rumah itu bisa dikatakan pembunuhan tanpa jejak, karena secara tidak langsung Rustam sebagai orang tua telah membunuh anak-
anaknya, dalam artian membunuh karakter anak, cita-citanya, bakatnya, masa depannya, serta kepercayaan dirinya. Hal ini juga berakibat akan
keharmonisan si anak dengan orang tua. Membunuh bukan hanya berarti mematikan jasad manusia, melainkan membunuh sifat dan karakater si
anak. Sikap anak untuk menghargai orang tua akan berkurang, karena akan selalu melawan dan membangkang orang tua, sehingga kepercayaan
terhadap orang tua menghilang. Di samping memiliki sifat lucu, si mbok juga memiliki sifat yang
penyayang. Terbukti ketika Aa,Ii,Uu sudah mulai “tidak beres” yakni ketika si Uu selalu mengatakan “ya ma”, dan si Aa,Ii selalu menuruti apa
27
Ibid., h. 62
yang dikatakan lawan bicara. Ia merasakan jika di rumah sudah tidak ramai lagi dan keceriaan anak-anak menghilang. Si mbok sudah mengasuh
Aa,Ii,Uu sedari kecil, sehingga ia sudah menganggap mereka sebagai anak kandungnya sendiri. Tidak heran jika si mbok sangat menyayangi
mereka, dan ketika ada sesuatu yang terjadi dari ketiga anak tersebut, si mbok merasa sedih melihatnya.
“Pembantu : Tapi mereka sekarang lenyap? Bapak
: Lenyap? Apa nggak lihat mereka seger buger seperti ini?
Pembantu : Mereka nggak lucu lagi. Ada yang macet mesinnya. Mereka Cuma bisa bilang ya saja. Uu
juga.”
28
Kesedihan yang dirasakan si mbok bukan tanpa alasan. Si mbok yang setiap harinya mendengar keceriaan kini sepi yang dirasa. Kegiatan
rutin yang dilakukan si mbok ketika menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke sekolah dirasakannya hambar. Semua itu karena sudah tidak
ada lagi kegiatan di meja yang hangat penuh kekeluargaan. Majikannya sibuk saling menyalahkan satu sama lain tanpa memikirkan bahwa akar
dari permasalahan yang terjadi adalah sikap dirinya sendiri yang sangat mengekang anaknya.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa si mbok termasuk tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang tetap, cenderung tidak
berkembang sejak awal hingga akhir cerita. Sejak awal hingga akhir kemunculannya si mbok mendukung pilihan Uu memilih jurusan sejarah
bahkan membela Uu di saat keluarga besarnya tidak menyetujui keinginannya.
10. Dukun
Ia adalah dukun yang membantu mencari hilangnya Aa,Ii, Uu. Usianya diperkirakan 60 tahun. Ia merupakan tokoh protagonis dan
termasuk dalam tokoh tambahan yang tambahan. Dalam naskah digambarkan memiliki sifat yang bijaksana. Melalui tokoh dukun juga
28
Ibid., h. 77
Arifin menyampaikan kritik kepada pembaca tentang bagaimana sebenarnya peran orang tua yang baik.
“Dukun : Kalian tidak akan menemukan mereka karena mereka begitu dekat dengan kalian. Hanya saja dengan sikap
kalian telah melenyapkan Uu. Kalian sendirilah yang melenyapkan Uu, maka hanya kalian sendiri yang
mampu memunculkan Uu kembali.”
29
Perkataan dukun di atas memperingatkan kepada semua orang tua, bahwa tidak semua kehendak dan keinginan orang tua harus dituruti oleh
anak, jika anak memiliki bakat dan minat sendiri seharusnya orang tua mendukung. Orang tua memberikan kepercayaan kepada anak sehingga
anak mendapatkan haknya. Anak juga tidak merasa terasingkan dalam keluarga jika orang tua memberikan perhatian tanpa harus menuntut yang
sekiranya anak tidak mampu. Ketika anak sudah mulai pergi menjauhi dekapan orang tua karena merasa tidak nyaman dengan orang tuanya
sendiri serta merasa tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, maka orang tuanyalah yang harus memperbaiki sikapnya itu
sehingga anak kembali mendapatkan kasih sayang orang tua yang sesungguhnya.
“Dukun : Jangan sok tahu tentang kebahagiaan seseorang, Tuan. Tapi sudahlah jangan kita berdebat terlalu panjang.
Saya takut kita akan kehabisan waktu. Ketahuilah UU dan kakak-kakaknya tanpa mereka sadari sedang
membuat lubang kuburan mereka sendiri”
30
Dialog di atas memperlihatkan sisi bijaksana si dukun, bahwa kita semua tidak mengetahui masa depan dan kebahagiaan seseorang, termasuk
anak kita sendiri. Yang dapat menentukan masa depan dan kebahagiaan adalah anak itu sendiri. Sebagai orang tua tugasnya hanya mengawasi dan
meluruskan jika ada yang melenceng dari si anak. Si dukun juga mengatakan bahwa Uu dan kakak-kakaknya sedang membuat lubang
kuburan mereka sendiri, yang berarti secara tidak sadar akan masuk ke
29
Ibid., h. 103
30
Ibid., h. 104
dalam keterpurukan karena menjadi korban dari keegoisan orang tuanya. Semua akan kembali seperti sedia kala jika orang tua yang bersangkutan
tidak lagi menghalangi keinginan anak dan tidak lagi egois yang hanya mementingkan kepentingan pribadi.
Berdasarkan pemaparan di atas, terlihat bahwa si dukun termasuk tokoh statis karena memiliki sikap dan watak yang tetap, cenderung tidak
berkembang sejak awal hingga akhir kemunculannya. Si dukun mendukunng Uu memilih jurusan sejarah, karena baginya anak harus
tumbuh sesuai dengan minat dan bakatnya. Lewat karakter tokoh-tokoh dari setiap lakon AAIIUUkarya Arifin
C. Noer menggambarkan sebuah keluarga yang mencoba mempertahankan nilai-nilai keluarga yang sudah tertanam sejak dulu dalam keluarga
tersebut. Keluarga merupakan unit terkecil dari bagian masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal di bawah satu
atap dengan saling ketergantungan satu sama lain. Nilai kekeluargaan adalah hubungan yang terbentuk dalam suatu keluarga yang bertujuan
menanamkan bentuk kebaikan yang akan menjadi sarana penyatuan dalam sebuah keluarga. Nilai-nilai itu seperti nilai keagamaan, kejujuran, saling
menghargai, kesusilaan dan sopan santun. Meskipun kadang kala penerapan nilai itu mengalami kesulitan atau hambatan, akan tetapi nilai-
nilai itu kiranya sangat mendukung suatu keluarga dalam mempersiapkan dan mewujudkan sumber daya yang berkualitas.
Keluarga memegang peranan penting dalam mendukung minat anak. Namun kadang masih ada keluarga yang tidak memberikan
kebabasan kepada anaknya. Di sinilah nilai-nilai keluarga harus dipertahankan. Sebuah perbedaan karakter dalam setiap tokoh lakon
AAIIUU disatukan lewat nilai-nilai keluarga yang diterapkan dalam keluarga Rustam yakni nilai saling menghargai satu sama lain, sehingga
yang awalnya orang tua maupun keluarga besar Uu tidak menyetujui apa yang dicita-citakan Uu, namun karena adanya nillai saling menghargai
maka masalah yang terjadi pada keluarga Rustam dapat terselesaikan.
4 AlurPlot Naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer menggunakan alur non
linier. Rangkaian peristiwa cerita yang ditampilkan dimulai dari percakapan Uudan Ibu di kamar, ketika Uu telah selesai belajar dan membereskan buku-
bukunya, sementara ibu sedang menyiapkan tempat tidurnya. Kemudian cerita pun ditutup dengan ibu berada di kamar Uuyang sedangmendekap Uu.
Tahapan alur tersebut dipaparkan sesuai dengan pola struktur naratif dalam film yakni tahap permulaan, tahap pertengahan, dan tahap penutupan.
1 Tahap Permulaan
Tahap yang memberi pelukisan situasi latar, tokoh-tokoh utama serta memberi pengenalan terhadap permulaan konflik. Tahap ini merupakan tahap
pembukaan cerita berfungsi melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
Dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer ini dimulai dari pembukaan bagian pertama. Pada tahap awal ini dibuka dengan percakapan
dua tokoh perempuan yaitu tokoh Uudan Ibu yang berlatar di sebuah kamar menjelang tidur malam. Kemudian situasi selanjutnya adegan yang melukiskan
beberapa murid-murid yang sedang ujian akhir, mereka diantaranya termasuk Uu. Mereka lantas membaca hasil ujian, Uu senang karena ia pun lulus dengan
hasil yang memuaskan. Adegan selanjutnya terjadi saat bapak dan ibu selesai makan malam dan
minum kopi. Ibu menceritakan tentang keinginan Uu yang ingin melanjutkan kuliah di jurusan sejarah dan bekerja menjadi ahli sejarah. Tentunya bapak
tidak setuju akan hal itu. Mengingat sifat keras kepala bapak dengan latar belakang seorang yang bekerja di kantor dagang yang otomatis pemikirannya
sangatlah realistis. Tidak ada dunia khayalan di kamus bapak, baginya hidup itu bagaikan neraca dagang harus melihat untung dan ruginya.
kemudian datanglah Aa dan Ii ke ruang tengah. Rustam menyuruh mereka berdua untuk mengikuti diskusi untuk mendapatkan jalan keluar agar
keinginan Uu yang dianggap ia sangat konyol dan tidak masuk akal dibatalkan. Pada tahap ini berisi sejumlah informasi yang berkaitan dengan hal yang akan
dikisahkan pada tahap selanjutnya. Tahap ini memberikan penjelasan khusunya berkaitan dengan pelataran dan penokohan. Bahwa latar yang dikisahkan
adalah di sebuah rumah dan tokoh-tokoh yang muncul pada tahap permulaan merupakan tokoh utama yang utama seperti Ii, dan tokoh utama yang tambahan
yakni Aa, Ii, Bapak, dan Ibu. Pada tahap ini juga menjadi pengenalan masalah yang terjadi dalam cerita naskah tersebut.
2 Tahap Pertengahan
Tahap ini merupakan tahap pertikaian, memampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya. Munculnya
konflik dan pelaku cerita mulai terlibat dalam suatu masalah pokok. Masalah itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi masalah-masalah
pada tahap selanjutnya. Sebagian besar isi cerita berisi usaha dari tokoh utama untuk menyelesaikan solusi dari masalah.
Konflik pertama, tahap pemunculan masalah yang terjadi pada naskah
lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer adalah terjadi ketika adeganUu baru saja datang dari pesta perpisahan sekolah, dan Uu bercerita jika dia ditertawakan
oleh teman-temannya hanya karena akan melanjutkan sekolah di jurusan sejarah. Mereka menganggap Uu sudah gila dalam mengambil keputusan untuk
memilih jurusan sejarah, yang nantinya akan menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Konflik kedua,konflik mulai terlihat ketika adeganBapak menasihati
dan mencoba mengajak berdiskusi tentang rencana Uu. Bapak mencoba untuk membuka pikiran Uu bahwa apa yang menjadi kesukaannya yakni suka
membaca dongeng-dongeng telah mempengaruhi dan menggelapkan pikirannya. Perdebatan pun terjadi tat kala Uu mengetahui jika bapak tidak
setuju dengan pilihan jurusan yang Uu pilih. Sebenarnya bapak tidak keberatan dengan Uu menyukai dongeng-dongeng ataupun pelajaran sejarah, namun
bapak keberatan jika hal disukai itu menjadi pilihan Uu untuk menentukan masa depannya.
Konflik ketiga, melihat semua keluarga tidak ada yang mendukung dengan keinginan Uu. Ia mengancam akan mengurung diri kalau semua tidak
ada setuju dengan pilihannya. Ia mengunci diri di kamar dan melakukakn mogok makan. Melihat tidak ada yang berhasil untuk membujuk Uu, akhirnya
Bapak, Ibu, Tante dan Oom melakukan diskusi untuk mencari jalan keluar masalah ini. Langkah selanjutnya adalah membujuk ibu agar mau
mempengaruhi Uu dengan membacakan dongeng-dongeng. Segera ibu menemui Uu di kamar dan segera membacakan dongeng itu.
Mulailah ibu mendongeng mengantarkan Uu sebelum tidur. Ibu bercerita jika ada seorang gadis sangat penurut terhadap keluarganya terutama
terhadap ibunya. Ibu mempengaruhi Uu dengan cerita yang dikarangnya bahwa seorang gadis itu semakin manis dan cantik jika selalu ber
kata “ya ma”. Dari cerita itu akhirnya Uu mulai terpengaruh, sehingga ia ingin seperti gadis yang
diceritakan ibu. Akhirnya ibu pun menyakinkan jika Uu pun bisa menjadi seperti gadis itu. Ibu mengarahkan Uu bahwa Ia akan menjadi gadis yang
menuruti permintaannya, akan meninggalkan jurusan sejarah dan tidak akan mengunci diri di kamar. Uu pun mengiyakan semua perkataan ibu dengan
sela lu berkata “ya ma”. Dari sinilah puncak permasalahan bermula.
Kemudian terjadinya peningkatan konflik di mana peristiwa yang muncul sebelumnya semakin berkembang intentitasnya. Terjadinya persoalan
baru dalam cerita, beberapa watak mulai memperlihatkan pertentangan saling memengaruhi dan berkeinginginan membawa kebenaran ke pihak masing-
masing sehingga terjadilah krisis demi krisis. Setiap krisis kecenderungan melampaui yang lain, namun satu krisis lahir disebabkan oleh yang lain, cerita
pun semakin mencekam dan menegangkan. Peningkatan konflik terlihat setalah Ibu mempengaruhi Uu dengan
dongeng yang dibacakannya. Dengan memberikan dongeng seperti itu, mereka berpikir Uu akan melupakan niatnya untuk kuliah jurusan sejarah dan semua
persoalan akan beres. Namun nyatanya justru menimbulkan masalah yang lebih rumit. Uu terus-menerus
mengatakan “ya ma” setiap ditanya bahkan mereka menganggap bahwa Uu kesurupan.
Situasi semakin kacau kala si mbok memberitahu bahwa Uu menghilang. Ketika mendengar kabar bahwa Uu menghilang, mereka langsung
menuju ke kamar Uu. Namun alangkah terkejutnya ketika yang berada dibalik selimut itu adalah Aa, dan Ii. Bapak semakin marah melihat yang ada di
depannya sekarang bukanlah Uu. Namun terlihat ada yang aneh dari Aa dan Ii, mereka berubah bagaikan robot. Hanya berbicara sesuai dengan siapa yang
memanggil seperti “ya ma”, “ya pa”, “ya oom”, “ya tante”, dan melakukan
sesuatu sesuai dengan yang diperintah. Sementara itu Aa dan Ii masih seperti robot yang kaku. Mereka akan
menuruti semua yang diperintahkan, misalnya jika disuruh pukul mereka akan memukul, jika disuruh menangis mereka akan menangis, jika disuruh
menyanyi mereka akan menyanyi, jika disuruh tertawa mereka akan tertawa, dan seterusnya. Tiba-tiba Aa dan Ii bangkit berdiri laksana robot dan
melangkah keluar. Mereka seperti kena sihir, tidak lama bapak pun mengejarnya.
Berdasarkan pemaparan konflik-konflik yang terjadi dalam naskah di atas, kejadian dan konflik yang dialami Uu, lebih bersifat eksternal. Kejadian
dan konflik lebih banyak berhubungan oleh adanya kontak sosial antar manusia seperti penindasan oleh teman-temannya dan keluarganya yang tidak
mendukung cita-cita Uu, sehingga menimbulkan konflik batin 3
Tahap Penutupan Pada tahap ini konflik yang telah mencapai klimaks diadakan
penyelesaian dan dicarikan jalan keluar. Tahap ini berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. Penyelesaian
bisa sedih bisa juga menggembirakan. Mengingat masalah awal keluarga ini adalah keingingan Uu yang
ditentang oleh keluarganya terutama oleh ayah yang akhirnya Uu memutuskan untuk mengurung diri di kamar. Lalu ditambah dengan keanehan Aa dan Ii.
Bapak, Ibu, Tante, dan Oom akhirnya menuruti pendapat si mbok untuk meminta bantuan ke dukun agar bisa mengembalikan anak-anaknya yang
hilang. Dukun mengatakan bahwa hilangnya anak-anaknya adalah kesalahan mereka dan akan kembali tergantung pada sikap bapak dan semuanya.
Kemudian mereka menuju ke kamar terakhir anak-anak menghilang.
Cerita pun berakhir dengan kebahagiaan yakni ketika Uu berada di dekapan ibu yang berlatar di kamar Uu. Semua keluarga menyetujui apa yang
menjadi keinginan dan cita-cita Uu, karena memang seharusnya tugas orang tua adalah mendukung apa yang menjadi dicita-citakan anak. Bukan malah
menghambat minat dan bakat mereka sehingga apa yang dicita-citakan si anak akan sirna begitu saja. Kebahagiaan anak bukan dari seberapa besar materi
yang orang tua berikan, namun memberikan kepercayaan diri menjadi satu hal yang penting untuk memebntuk karakter anak yang bertanggung jawab.
Berdasarkan pemaparan alur di atas, alur naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer berdasarkan kriteria urutan waktu alur di atas tergolong kepada
alur sorot-balik. Cerita keseluruhan dalam naskah lakonAAIIUUberlangsung secara progresif, namun di dalamnya terdapat adegan cerita flasback dan hanya
terjadi sekali. Adegan flasback terjadi saat Uu menceritakan kembali atau flash back kejadian di pesta perpisahan sekolah saat ditertawakan oleh teman-
temannya atas pilihannya yang tidak umum. Berdasarkan kriteria kepadatan naskah lakon AAIIUU karya Arifini C.
Noer tergolong plot padat. Karena setiap peristiwa yang ditampikan terasa penting dan berperanan menentukan dalam rangkaian cerita itu.
4 Latar
Pada hakikatnya sebuah cerita baik dalam cerita fiksi maupun drama berhadapan dengan sebuah dunia yang sudah dilengkkapi dengan tokoh
penghubung dan permasalahan. Namun tentu hal itu tidak lengkap sebab tokoh degan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukam ruang lingkup,
tempat dan waktu. Latar memeberikan pijakan secara konkret dan jelas, hal ini penting untuk memberikan kesan realistis. Dibawah ini latar lakon AAIIUU
akan dianalisis sesuai dengan teori Burhan Nurgiyantoro. a.
Penunjuk tempat Secara garis besar latar tempat yang digunakan dalam naskah lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer adalah di pusat kota Jakarta. Hal ini dibuktikan ketika di kantor Rustam, digambarkan tentang suasana kota besar yang ramai
dengan padat penduduk dan gedung-gedung perkantoran.
“Ext. Jalan Thamrin, Siang Lalu lintas yang ramai sekali dan cepat sekali dan pencakar-pencakar
langit. Dan salah satunya adalah kantor Tokoh kita. Zoom in jendelanya
”
31
Kutipan di atas membuktikkan secara garis besar latar lakon karya Arifin ini berpusat di ibu kota Jakarta. Nama jalan Thamrin yang penuh dengan
gedung-gedung pencakar langit serta penuh dengan keramaian lalu lintas, di mana lagi kalau bukan berada di pusat kota Jakarta. Orang yang tinggal di kota
besar cenderung bersifat egois, kurang memperdulikan orang lain, selain itu juga mudah emosi. Hal ini tercermin hampir seluruh tokoh dalam lakon
AAIIUU seperti ayah, Aa, Ii, Uu, oom, tante, teman-teman Uu, pembantu. Namun selain di Jalan Thamrin, terdapat latar tempat yang lainnya yakni di
rumah Rustam. Di antaranya kamar UU, ruang tengah, ruang makan, ruang tamu, dan kompleks kuburan yang sudah dijelaskan di alur.
Arifin memiliki alasan tersendiri kenapa latar naskah lakon AAIIUU di rumah. Rumah merupakan simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi
penghuninya atau dengan kata lain sebagai pengejawantahan jati diri, sebagai wadah keakraban dimana rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih dan
rasa aman tercipta didalamnya, tempat untuk kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam untaian proses ke masa depan. Jika
ditinjau dari segi psikologis sebagai tempat untuk berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitar dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan
bagi penghuninya. Berhubung masalah di dalam naskah ini terjadi pada seorang anak yang tidak memiliki dukungan dari orang tuanya dalam
menentukan masa depannya, maka sangatlah tepat latar tempat berada di rumah untuk menyelesaikan masalah.
Di antara ruang bangunan di rumah yang lebih dominan diceritakan adalah di kamar Uu. Dari awal cerita diceritakan di kamar Uu hingga akhir
cerita berlatar diceritakan di kamar Uu pula. Kamar yang seharusnya ruang tempat privasi individu justru dalam lakon ini menjadi tempat memecahkan
31
Ibid., h. 50
permasalahan. Padahal dalam lakon diceritakan pula berlatar di ruang tengah yang seharusnya menjadi tempat untuk berkumpulnya keluarga dan juga untuk
memecahkan masalah jika ada sesuatu yang terjadi. Dalam hal ini tentunya ada yang salah di dalam nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga Rustam, sehingga
di ruang tengah menemukan jalan buntu sehingga tidak mampu untuk menyelesaikan masalah Uu.
b. Penunjuk Waktu
Latar waktu yang terdapat dalam lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer diperkirakan tahun 1994, sesuai dengan pembuatan naskah. Di mana pada
tahun tersebut telah terjadi krisis moneter. Sebagian besar produksi terhenti dan buruknya ekonomi Indonesia masa transisi juga disebabkan oleh besarnya
defisit neraca perdagangan dan utang luar negeri. Selain itu perekonomian Indonesia cukup terganggu dengan adanya aruspembelian dollar Amerika yang
bersifat spekulatif karena beredar isu akan adanya devaluasi rupiah. Hal inilah yang menjadikan pemikiran masyarakat pada saat itu memiliki pandangan
bahwa semuanya harus ditilik dari segi keuntungan. Entah itu dari segi pendidikan, pekerjaan, bahkan jodoh sekalipun. Terlihat dalam kutipan di
bawah ini: “Rustam : Ii Ini bukan diskusi kosong. Ini menyangkut masa depan
adikmu, Uu Coba kita bicara terang-terangann saja. Mana yang lebih menguntungkan buat Uu, jurusan sejarah atau
jurusan ekonomi. Misalnya ini dipandang dari segi keuntungan dagang.”
32
Dalam naskah juga digambarkan waktu pada saat ujian nasional sampai dengan perpisahan sekolah yang diperkirakan terjadi sekitar bulan April
sampai Mei. Situasi tersebut tergambar pada kutipan di bawah ini: “Shot-shot pendek ini sekaligus sebaga latar kredit taitel. beberapa
shot yang melukiskan murid-murid sedang ujian akhir, diantara mereka adalah Uu. Beberapa shot ketia mereka membaca pengumuman hasil
ujian. Uu lulus, dia senang sekali. Shot-shot tersebut akan diiringi dengan sebuah nyanyian. Adegan tersebut harus merupakan adegan
sekolahan yang mulus namun hening menyimpan banyak harapan”
33
32
Ibid., h. 12
33
Ibid., h. 5
Selain terjadi pada tahun 1994, tergambarkan secara gamblang waktu yang terjadi melalui prolog. Dalan naskah diceritakan waktunya terjadi pada
malam hari dan siang hari. Penggambaran latar waktu ini berfungsi memberi kesan dan memperkuat isi cerita. Waktu siang hari menandakan waktunya
orang-orang yang sibuk bekerja, sibuk dengan segudang aktivitas. Maka dari itu dalam naskah digambarkan bahwa watak dan karakter tokoh dalam naskah
penuh dengan keegoisan dan tiak perduli dengan lingkungan. Terdapat dalam kutipan di bawah ini:
“11. Int. Kantor Rustam, Ruang Administrasi, Siang. Shot-shot dalam scene ini harus melukiskan dan sekaligus
melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin rapi dan
dingin. Tersusun namun kehilangan perasaan”
34
Begitu pun dengan malam hari, waktu ini menandakan waktuya orang- orang untuk beristirahat dan tidur untuk bermimpi. Bermimpi tentang cita-cita
dan masa depan yanng diinginkan. Berikut seperti halnya dikatakan oleh si Oom:
“Oom : Sekarang marilah kita tidur dan bermimpi merancang masa depan”
35
Dalam kutipan di atas bahwa dalam naskah digambarkan bahwa setiap tokoh digambarkan memiliki mimpi di antaranya Uu yang memiliki mimpi
untuk menjadi ahli sejarah, sedangkan tokoh lain bertolak berlakang dengan mimpi Uu.
c. Penunjuk Status Sosial
Latar sosial budaya menunjuk pada hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Latar sosial yang terdapat pada lakon
AAIIUU karya Arifin C. Noer menggambarkan kehidupan masyarakat pusat perkotaan di Jakarta. Latar sosial yang menjadi sorotan adalah kebiasaan hidup,
tradisi, serta cara berpikir dan bersikap. Mata pencaharian masyarakat di pusat perkotaan Jakarta pada umumnya bekerja di gedung-gedung perkantoran,
34
Ibid., h. 51
35
Ibid., h. 50
seperti halnya tokoh Rustam yang bekerja di kantor dagang. Penggambaran kebiasaan masyarakat kota pusat Jakarta tercantum dalam kutipan di bawah ini:
“Int. Kantor Rustam. Ruang administrasi. Siang. Shot-shot dalam scene ini harus melukiskan dan sekaligus
melambangkan kehidupan sekarang yang bagaikan mesin, rapi dan
dingin. Tersusun namun kehilanga perasaan.”
36
Secara fisik penggambaran sebuah pusat kota Jakarta dipenuhi dengan gedung-gedung perkantoran tinggi, lalu lintas yang ramai dan penuh dengan
kemacetan. Penggambaran secara fisik tersebut diperlihatkan dalam kutipan di bawah ini:
“Ext. Jalan Thamrin. Siang Lalu lintas yang ramai sekali dan cepat sekali
Dan pencakar-pencakar langit, dan salah satunya adalah kantor tokoh
kita zoom in jendelanya”
37
Di samping riuhnya pemandangan pusat kota Jakarta, dalam lakon digambarkan cara bersikap dan berpikir masyarakatnya yang cenderung egois.
Masyarakat yang memiliki pemikiran Kehidupan yang melukiskan bagai mesin dan robot dan memiliki sikap yang dingin. Tidak pernah adanya bersosialisasi,
mereka hidup sendiri-sendiri bahkan mereka memiliki penilaian bahwa semua diukur dengan uang. Mereka mengagungkan uang, bahwa dengan adanya uang
semua masalah akan cepat terselesaikan dan mereka semua mengukur sesuatu sesuai dengan nilai keuntungan yang besar, termasuk tentang pendidikan.
Mereka tega menggadaikan kebahagiaan anak dan cita-cita anak demi kepuasaan sendiri. Hal tersebut terlihat ketika Rustam tidak setuju Uu masuk
jurusan sejarah dan ingin menjadi seorang ahli sejarah, karena hal itu tidak ada nilai komersil yang tinggi untuk masa depan.
“Ibu : Pokoknya dagang seperti kamu. Bapak : Yak Jaman sekarang memnag jamannya pedagang. Dan
jaman yang akan datang.. Ibu
: - Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikkan sekali. Bapak : Kamu boleh bilang menjijikkan, tapi yang pasti bukan
jamannya pengkhayal”
38
36
Ibid., h. 51
37
Ibid., h. 50
38
Ibid., h. 10-11
Dari dialog di atas jelas menggambarkan pemikiran masyarakat perkotaan yang sudah termakan zaman. Semuanya dinilai hanya dari segi
keuntungan tanpa memikirkan kebahagiaan dan cita-cita yang diinginkan anak. Hal lain yang menunjukkan bahwa lakon ini merupakan gambaran masyarakat
kota Jakarta yang penuh berfikiran dengan otak dagang dan lebih bersifat realistis.
Selain dari pemikiran masyarakatnya, bisa dilihat dari tingkat status sosial ekonomi dari keluarga Rustam. Status sosial ekonomi dalam suatu
keluarga dapat mempengaruhi dalam mendidik anak. Dalam lakon AAIIUUterlihat bahwa latar keluarga dari keluarga upper class, yang mana
orang tua menaruh harapan terhadap anak agar dapat menjungjung nama baik keluarga. Terlihat bahwa ayah Uu menaruh harapan besar terhadap Uu untuk
bisa melanjutkan kuliah di jurusan yang memiliki nilai komersialnya lebih tinggi, contohnya jurusan ekonomi ataupun kedokteran.
Dilihat dari pemilihan nama dan bahasa yang digunakan dalam naskah lakonAAIIUU memakai bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia yang pada umumnya dipakai oleh masyarakat pusat kota Jakarta, seperti halnya panggilan orang tua di dalam skenario menggunakan kata
mamah, papah, tante dan oom. Panggilan tersebut menjadi panggilan khas masyarakat pusat kota Jakarta.
5 Gaya Bahasa
Penggunaan bahasa dalam naskah lakon AAIIUU karya Arifin C. Noer terlihat menggunakan bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Berbeda dengan
karyanya yang lain seperti Mega, Mega Arifin menyelipkan bahasa Jawa karena latar tempatnya berada di Yogyakarta, Jawa Tengah. Hampir seluruh
naskah lakon AAIIUU tokoh-tokohnya berbicara menggunakan bahasa Indonesia, dikarenakan latar tempat berada di pusat kota Jakarta. Seperti
diketahui kota Jakarta adalah ibu kota negara Indonesia, maka dari itu Arifin dalam lakon ini menggunakan bahasa Indonesia. Selain penggunaan bahasa
Indonesia, dalam naskah terdapat beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam naskah lakon AAIIUUkarya Arifin C. Noer antara lain : retoris, dan simbolik.
Retoris
Retoris merupakan semacam pertanyaan yang digunakan dalam tulisan dengan tujuan mendapat efek penekanan yang lebih mendalam dan sama sekali
tidak memerlukan jawaban.
39
Penggunaan retoris dapat dilihat dalam kutipan
:
“Oom : Dalam filsafatnya adalah, “kebenaran rupanya lebih betah di rumah tetangga, karena kita sendiri sebenarnya lebih betah di
rumah tetangga” sebentar menelan wafer atau apalah. Lalu pertanyaannya adalah apa yang akan digunakan sebagai
landasan usaha
kita dalam
memecahkan persoalan.
Perasaankah? Pikirankah?”
40
Melalui majas retoris menggambarkan kegelisahan hati Oom dalam memecahkan permasalahan Uu. Lewat gaya bahsa ini terlihat sifat Oom yang
terlalu banyak pertimbangan.
Simbolik
Majas simbolik merupakan sesuatu yang abstrak bisa dijadikan lebih konkrit, dan dengan simbolik dapat pula memberikan kesan yang dalam dan
pengalaman luas tentang sesuatu keadaan atau hal yang mempunyai sifat bermacam-macam. Simbolik pada dasarnya ialah kiasan, tapi isinya lebih luas,
tidak hanya menggantikan benda atau hal yang disimbolkan saja, tetapi juga memberi tambahan konotasi.
41
Majas simbolik ini terdapat pada bagian scene 3 dalam dialog Rustam dan tiba-tiba datanglah Aa, Iiyang kemudian diajak untuk
ikut berdiskusi
.
“Rustam : Kebetulan sekali Benih-benih masa depan muncul pada saatnya.
42
Berdasarkan kutipan tersebut terlihat bagaimana seorang ayah yang terlihat bangga kepada anak-anaknya yakni Aa dan Ii yang memasuki jurusan
ekonomi dan jurusan farmasi yang akan memiliki masa depan yang cerah.
39
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, h. 134.
40
Arifin C. Noer, op.cit. h. 35
41
Atar Semi, op.cit. h. 133
42
Arifin C. Noer, op.cit, h. 7
Ayah menggunakan kata benih-benih masa depan sebagai kata kiasan untuk menggambarkan kebanggaan dan penuh harapan terhadap Aa dan Ii. Majas
metafora menguatkan tokoh dan penokohan Ayah yang memang sangat komersial dan melihat sesuatu dari segi keuntungan dan kerugian. Maka dari
itu ia bangga terhadap Aa dan Ii karena mereka berdua kuliah di jurusan yang ketika lulus nanti bisa mendapatkan gaji besar. Selain itu majas simbolik juga
terdapat dalam dialog Rustam saat berdebat dengan ibu. “Rustam : Yak Jaman sekarang memang jamannya pedagang. Dan
jaman yang akan datang. ”
43
“Ibu : -Jamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikkan
sekali”
44
Rustam dan ibu menggambarkan bahwa zaman yang terjadi merupakan zaman pedagang, zaman robot dan zaman angka. Artinya semua orang hanya
memikirkan keuntungan untung dan rugi, selain itu kehidupan orang-orang bagaikan robot dalam menjalani hidupnya sehari-hari. Pagi berangkat kerja,
bekerja hampir seluruh waktunya di depan komputer, kemudian pulang kerja tengah malam dan itu dilakukan setiap hari demi mengejar angka-angka rupiah.
Berlin yang tidak lain adalah teman sekolah Uu, dalam dialognya yang terjadi saat di pesta perpisahan sekolah sempat menyindir Uu.
“Berlin : Sebagai penutup, marilah kita berdoa agar malam ini Tuhan memberi petunjuk bagi domba kecil yang sesat ini.”
45
Berlin menggambarkan Uu sebagai domba kecil yang maknanya sebagai anak kecil bodoh yang sedang tersesat di jalan dan tidak tahu arah.
Berbeda dengan tante yang menyimbolkan Uu dengan kata permata dan bunga, yang mana memiliki makna anak yang manis dan penuh dengan kebanggaan.
“Tante : Permataku.. Bungaku. Jangan mogok dong.”
46
Gaya bahasa simbolik menguatkan tokoh dan penokohan Rustam, Berlin, Tante, dan Ibu. Simbolik menguatkan sifat ayah dan Berlin yang
materialistis, mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus dipertimbangkan
43
Ibid., h. 11
44
Ibid., h. 11
45
Ibid., h. 16-17
46
Ibid., h.29
untung dan rugi baik dari segi pekerjaan hingga segi pendidikan, sedangkan sifat Ibu dan Tante yang mengayomi Uu. Simbolik juga menguatkan latar
cerita pada skenario film itu, bahwa pada tahun 1994 perekonomian Indonesia sedang terpuruk sehingga mempengaruhi pemikiran masyarakatnya yang
semua selalu diperhitungkann untung dan rugi.