Kepuasan Masyarakat Dalam Merasakan Pelayanan Yang Diberikan Pengumpulan Data Primer

11. Tidak Rasial Pengurusan pelayanan dilarang membeda–bedakan kesukuan, agama, aliran, dan politik. Dengan demikian segala urusan harus memenuhi jangkauan yang luas dan merata. 12. Kesederhanaan Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk diperhatikan kemudahan, tidak terbelit–belit dalam pelaksanaan.

I.5.3 Kepuasan Masyarakat Dalam Merasakan Pelayanan Yang Diberikan

Mewujudkan pelayanan yang berkualitas sebagai ujung tombak dari keluaran yang dihasilkan dari kerangka sistem pelayanan umum dan pelayanan prima lebih ditentukan dan tergantung dari segenap segmen yang terkait dalam pelayanan itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pelayanan yang prima dan berkualitas, setiap masyarakat bersikap sopan dalam mengurus pendaftaran tanah dan tertib dalam menerima pelayanan pendaftaran tanah tersebut, serta bersikap antri dalam antrian didahulukan yang memasukkan berkas permohonan terlebih dahulu sehingga yang memberikan pelayanan dapat bekerja dengan baik, sehingga dapat menimbulkan pelyanan yang berkualitas. Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan beraneka ragam menurut Surapto 1997:228 mngatakan Keputusan masyarakat adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya. Memandang orientasi, mempengaruhi kebutuhan masyarakat maka suatu kewajaran bentuk pelayanan yang berkualitas perlu diupayakan dengan sungguh–sungguh. Pentingnya hal ini lebih menekankan pada pemberian rasa kepuasan kepada masyarakat yang dilayani. Kepuasan akan tercipta jika apa yang menjadi kebutuhan ataupun tuntutan terpenuhi sesuai dengan keinginan dengan begitu engukuran kualitas ada dasarnya tidaklah terlepas dari konteks keuasan masyarakat yang dilayaninya. Tingkat keuasan merupakan fungsi perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa, akan tetapi jika kinerja sesuai dengan harapan maka masyarakat merasa sangat puas.

I.5.4 Pengurusan Sertifikat Hak Atas Tanah C.

Pendaftaran Hak Atas Tanah Menurut Undang–Undang Pokok Agraria Hak Milik Atas Tanah erupakan hak yang terpenuh dan paling kuat serta bersifat turu temurun, yang hanya diberikan kepada warga negara Indonesia tunggal serta dapat dialihkan kepada pihak lain. Kegiatan pengurusan sertifikan Hak Milik Atas Tanah sebenarnya merupakan kegiatan pendaftaran tanah dimana kedua–duanya sama–sama bertujuan untuk memperoleh kepastian atau kekuatan hukum bagi pemegan Hak MilikAtas Tanah yakni dalam bentuk sertifikat. Oleh sebab itu, teori–teori yang akan dipaparkan peneliti selanjutnya mengenai pendaftaran tanah. Pengertian pendaftaran tanah menurutPasar 1 Peraturan Pemerintah PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalaha rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus berkesinambunga dan teratur meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan yudiris, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang–bidang tanah dan satuan–satuan rumah susun termasukpemberian sertifikat, sebagai surat tanda bukti hanya bidang–bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh negara pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah- wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penertiban tanda buktinya dan pemeliharaannya Harsono, 2003:73. Proses pendftaran tanah pertama kali erupakan kegiatan fisik untuk memperoleh data mengenai letaknya, batas-batasnya, luasnya dan bangunan- bangunan yang terdapat di atasnya. Penetapan batas dan pemberian tanda-tanda batas yang jelas, berdasarkan penunjukan oleh pemegang Hak Milik Atas Tanah dengan persetujuan pemilik tanah berbatasan. Selanjutnya diadakan pengukuran diikuti dengan perhitungan luas dan pembuatan peta tanah yang kemudian diterbitkan menjadi surat ukur Budi Harsono, 1989:54 Seperti yang diketahui bahwapendaftaran tanah adalah bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan kepastian hak terhadap pemegang Hak Milik Atas Tanah. Dengan pendaftaran tanah diharapkan bahwa seseorang merasa aman tidak ada gangguan atas hak yang dimilikinya. Di dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, dalam pasal 19 ayat 1 mmerintahkan diselenggarakan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. Kepastian hukum yang dijamin itu, meliputi kepastian mengenai : a. Letak, batas, dan luas tanah, b. Status tanah dan orang yang berHak Milik Atas Tanah, c. Pemberian surat berupa sertifikat. Selanjutnya di dalam UUPA Pasal 19 ayat 2 menentukan endaftaran tanah yang dimaksudkan dalam ayat 1 meliputi : a. Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan. b. Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah dan pemelihataan Hak-Hak MilikAtas Tanah tersebut. c. Pemberian surat-surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat sertifikat. Adapun tujuan pendaftaran tanah diatur Pasar 19 UUPA yaitu bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan, sebagaimana pada garis besarnya telah dikemukakan dalam pendahuluan tujuan pendaftaran tanah seperti yang dinyatakan dalam Pasal 3 P Nomor 24 tahun 1997 adalah : 1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. 2. Untuk menyediakan informasi kepada phak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah, dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang terdaftar. 3. Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan, tertib administrasi di bidang pertanahan untuk mencapai tertib administrasi tersebut di setiap bidang tanah dan satuan ruah susun termasuk peralihan, pembebanan danbhapunya wajib di daftarkan.

D. Sertifikat Hak Atas Tanah

Sesuai dengan Pasal 1 butir 20 Peraturan Pemerintahan No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran Tanah bahwa Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk Hak Milik Atas Tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak tanggungan yang masin-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan Sertifikat berdasarkan Pasal 32 ayat 1 PP No. 24 tahun 1997 yaitu surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yudiris yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yudiris tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. 1. Tujuan Penerbitan Sertifikat Penerbitan sertifikat Hak Milik Atas Tanahdapat dijelaskan karena asas dimaksud tidak berlaku terhadp benda tak bergerak maka bagi yang menguasai bendatak bergerak termaksud tanah belum dianggap sebagai pemilik, sehingga dengan kata lain membuktikan kepemilikan terhadap suatu bidang tanah tertentu tidak cukup dengan cara menguasainya secara defacto melainkan diperlukan bukti tertentu sebagai pendukungnya Abdurrahman, 1995:109. Bukti tersebut tidak lain adalah sertifikat Hak Milik Atas Tanah. Sebagai bukti atas hak yang sah dan dimiliki kekuatan pembuktian sempurna. Dan diterbitkannya sertifikat, keastian hukumnya akan lebih terjamin yang meliputi : a. Kepastian hukum tentang subjeknya, maksudnya adalah dengan diterbitkannya sertifikat hak milik atas tanah secara yudiris terlah terjamin bahwa orang yang namanya tersurat di dalam sertifikat sebagai pemilik atas tanah tertentu. b. Kepastian tentang objeknya, maksudnya dengan diterbitkannya sertifikat hak milik atas tanah, baik letak, luas maupun batas-batas tanah lebih terjamin karena di dalam sertifikat hal-hal yang berkenaan dengan suatu bidang tanah termaksud gambar situasi termuat di dalamnya. Dengan terciptanya kedua kepastian hukum diatas kita mengharapkan sengketa atau konflik di bidang pertanahan lambat laun akan semakin berkurang dan inilah sebenarnya tujuan akhir dari penerbitan sertifikat Abdurrahman, 1995:120 menyatakan bahwa : Lebih parah lagi adalah timbulnya dua atau lebih sertifikat tand bukti hak milik atas tanah yang sama. Kondisi demikian tidak hanya menciptakan ketidakpastian hukum melainkan juga merugikan bagi pemegang bukti hak sebab diantara sekian banyak sertifikat mungkin hanya satu yang sah, selebihnya cacat hukum dan ini akan teruji kalau antara mereka telah terjadi sengketa di pengadilan. 2. Fungsi Sertifikat Bagi Pemegangnya Sebagai konsekuensi dari terciptanya kepastian hukum mengenai subyek dan obyek maka dnegan diterbitkannya sertifikat tersebut dapat menimbulkan beberapa fungsi bagi pemiliknya Effendi dan Harsono, 1997:426, yaitu : a. Nilai ekonomisnya harga jual lebih tinggi Tanah yang telah bersertifikat memiliki harga yang jauh lebih tinggi ketimbang tanah yang belum bersertifikat. Kenapa demikian, karena tanah yang telah bersertifikat telah memiliki jaminan kepastian hukum baik subyek maupun obyeknya. Kepastian hukum mengenai subyek, dalam hal ini ada jaminan oleh hukum bahwa penjual adalah pemilik tanah yang sesungguhnya. Dengan begitu telah menepis keraguan dari pembeli atas gangguan pihak ketiga. Kepastian hukum mengenai obyek, bahwa luas dan batas-batas tanah tidak perlu diragukan lagi karena kedua hal tersebut telah tersurat di dalam sertifikat tanah Efendi, 1983:73 b. Tanah lebih mudah dijadikan sebagai jaminan utang Barang yang menjadi obyek jaminan tersebut meliputi segala macam barang yang memiliki nilai ekonomi, termasuk tanah. Dengan adanya barang jaminan yang dijaminkan kreditur tidak perlu ragu akan pengembalian uang pinjaman sebab sekalipin debitur wnprestasi barang dimaksud dapat dijual lelang dan hasil penjualannya digunakan untuk pelunasan utang. Keraguan yang muncul berikutny adalah bagaimana kalau barang yang dijaminkan tersebut bukan milik debitur, kalau ini terjadi proses pelelangan akan terhambat oleh gangguan pihak ketiga sebagai pemilik tanah yang sesungguhnya. Konsekuensinya ialah pelelangan tidak dapat dilakukan sehingga uang pinjaman tidak dapat dikembalikan oleh debitur apabila secara yudiris pihak ketiga itu mampu membuktikan bahwa barang jaminan sebagai miliknya. Terbayang oleh damak terburuk itu lalu muncul pemikiran bahwa kalau sebidang tanah yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang disyaratkan dengan sertifikat tanah dimaksudkan agar ada kepastian hukum, bahwa debitur adalah benar-benar sebagai pemilik atas tanah yang dijaminkan Efendi, 1983:74. c. Potensi untuk menang dalam perkara lebih terbuka Sertifikat hak milik atas tanah dapat diklasifikasikan dalam golongan alat bukti tertulis surat. Bagi kita di Indonesia hingga kini alat bukti primer utama lebih khusus lagi akta otentik. Apa yang dinamakan akta otentik tidak lain adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang. Berdasarkan rumusan diatas aka sertifikat memenuhi syarat untuk digolongkan kedalam akta otentik karena dibuat oleh pejabat tertentu. Okta otentik dinamakan alat bukti primer karena memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki alat bukti lain. Suatu Keunggulan bagi akta otentik dibanding dengan alat bukti lain ialah dari segikekuatan pembuktiannya Vis Probandi bahwa akta otentik memiliki kekuatan pembuktian sempurna Volledige Bewijs Kracht artinya kekuatan pembuktian yang memberikan kepastian hukum yang cukup, kecuali terbukti sebaliknya. Sehingga menurut hukum akta otentik termasuk sertifikat hak milik tanah untuk sementara harus dianggap sebagai sesuati yang benar sepanjang belum terbukti kepalsuannya. Konsekuensinya ialah barang siapa yang membantah keasliannya pihak inilah yang harus membuktikannya bahwa kata itu palsu, berarti kalau tidak terbukti kepalsuannya maka pihak ini harus kalah dalam perkaranya Harsono, 1997:432. d. Dapat memberi proteksi yudiris bagi pemegangnya Seseorang yang bukan pemilik tanah menerbitkan sertifikat hak milik atas tanah tersebut atas namanya tanpa seizin pemilik sesungguhnya jika kedua terlibat sengketa dipengadilan dimana sertifikat dijadikan sebagai alat bukti hampir dapat dipastikan pemegang sertifikat ini akan memenangkan perkara, sebab paling tidak secara yudiris ia telah membuktikan hak-haknya terhadap tanah tersebut. Kebenran hukum itu terkadng tidak mencapai kebenaran yang sesungguhnya, dengan kata lain “pengertian yang benar” menurut hukum ialah pihak yang mampu membuktikan dalil-dalinya dan mampu membuktikan dalil-dalil sangkalannya yang diajukan pihak lawan dengan menggunakan alat-alat bukti yang sah. Sebaliknya bagi pihak lawannya sekalipun ia sebagai pemilik tanah yang sesungguhnya tetap karena dalam perkara, para pihak mampu membuktikn haknya atas tanah yang dipersengketakannya Harsono, 1997:428. Sertifikat sebagai salah satu buti kepemilikan hak, menjadi salah satu hal yang sangat penting dala pembangunan kesadaran hukum masyarakat. Oleh karena itu, penerbitan sertifikat menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah negara hukum.

I.6 Definisi Konsep

a. Prodesur Prosedur merupakan tata cara atau mekanisme pelayanan yang seefisien mungkin dan membentuk suatu pola dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan yang dapat melahirkan suatu sistem tertentu. b. Pelayanan Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan dilingkungan BUMN atau BUMD dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuam peraturan perundang-undangan. c. Waktu Pelayanan Pelaksanaan pelayanan publuk dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. d. Sertifikat Hak Milik Atas Tanah Merupakan surat tanda bukti hak milik yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yudiris ynag termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yudiris tersebut sesuai data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. e. Kualitas Pelayanan Pengurusan Hak Milik Atas Tanah Merupakan pelayanan pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah yang diberikan kepada masyarakat sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh instansi yang bersangkutan sehingga masyarakat merasa puas akan pelayanan instansi tersebut. f. Kepuasan Masyarakat Merupakan output dari kualitas pelayanan yang timbul dari perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasalan dengan apa yang diharapkannya.

I.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisi gambaran umum kota yang diteliti dan gambaran umum Kantor Pertanahan Kabupaten Karo yang diteliti.

BAB IV : PENYJIAN DATA

Memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V : ANALISA DATA

Memuat analisis data pada Bab IV untuk selanjutnya memberikan interpretasinya.

BAB VI : PENUTUP

Memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan.

BAB II METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Dalam penelitian ini, seorang peneliti akan mengembangkan konsep dan menghimpun data tetapi tidak akan melakukan pengujian hipotesis Singarimbun, 1995:4-5. Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.

II.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian bertempat di kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karo Jalan Jamin Ginting No. 17 Kabanjahe - 22113

II.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilaya generalisasi yang terdiri atas obyek subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dielajari dan kemudian ditarik kesimulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu Sugiyono, 2008:297. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Purosive sampling yaitu penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, kedudukan, pedoman atau wilayah, tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan masalah penelitian. Maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Karo. 2. Informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menguru sertifikat Hak Milik Atas Tanah yang ditemui peneliti ketika peneliti melakukan penelitian di lapangan. Dalam hal ini banyaknya jumlah informan yang diperoleh dari informan utama sampai kepada titik jenuh. 3. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Karo yang terlibat dalam pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah yakni seksi Pengukuran da Pemetaan, seksi Hak Milik Atas Tanah dan Pendaftaran Tanah, dan pegawai loket.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan data kualitatif pada umumnya agak berbeda dengan pengumulan data melalui data kuantitatif. Ali, 1997:198 Untuk memperoleh data informasi yang dapat dijadikan bahan dalam penelitian ini, maka penulis mengumpulkan data dengan cara melalui Pengumpulan Data Primer dan Pengumpulan Data Sekunder.

II.4.1 Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian atau objek yang diteliti atau data yang diperoleh ini disebut data primer. Dalam hal ini data diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut : a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data utama yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya untuk memperoleh informasi data yang diperlukan Bungin, 2007:108. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai langsung informan satu persatu secara mendalam mengenai implementasi program jaminan sosial ketenagakerjaan dengan menggunakan pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan. b. Observasi, yaitu teknik memperoleh informasi yang dilakukan dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukn sebagai anduan yang berkenaan dengan topik penelitian. Observasi memberikan kesempatan pada peneliti untuk mengalami secara langsung bagaimana dalam objek dalam penelitian sehingga memberikan gambaran penelitian yang objektif dalam mengumpulkan fakta-fakta di lapangan Bungin, 2007:115.

II.4.2 Pengumpulan Data Sekunder

Dokumen yang terkait

Kualitas Pelayanan Pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

9 110 122

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

4 96 98

Problematika Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak Milik Di Kantor Pertanahan Kabupaten Karo

2 45 112

Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikasi Atas Tanah) di Kota Padangsidimpuan (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan)

1 44 98

Kualitas Pelayanan Sertifikat Tanah Hak Milik Dalam Program Layanan Rakyat Untuk Sertifikat Tanah (Larasita) Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung.

0 0 2

Kualitas Pelayanan Sertifikat Tanah Hak Milik Dalam Program Layanan Rakyat Untuk Sertifikat Tanah (Larasita) Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung.

0 0 1

A. Defenisi Pelayanan Publik - Kualitas Pelayanan Pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 25

Kualitas Pelayanan Pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 10

Kualitas Pelayanan Pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi pada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 2 10

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Kualitas Pelayanan Pengurusan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah (Studi Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo)

0 1 37