memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sehingga menumbuhkan sitra pelayanan yang baik bagi masyarakat. Hal tersebut penting dilakukan agar
masyarakat mau mendaftarkan tanahny karena sertifikat hak milik atas tanah itu sangat penting, tidak hanya untuk legalitas kepemilikan tanah. Namun jika dilihat
dari perspektif ekonomi, sertifikat hak milik atas tanah dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat untuk mendapatkan modal usaha yakni sebagai jaminan
pinjaman ke bank, sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitiannya yang berjudul “Kualitas Pelayanan Pengurusan Sertifikat Atas Tanah Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo”.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah :
“Bagaimana Kualitas Pelayanan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karo?”.
I.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam setiap penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk menggambarkan secara lebih mendalam bagaimana pelayanan
pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah pada Kantor Pertanahan Kabupaten Karo,
2. Untuk mengetahui tindakan–tindakan apa saja yang perlu dikakukan untuk
mengatasi masalah solusi dalam meningkatkan kualitas pelayanan pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah,
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1.
Secara subjektif, sebagai salah satu sarana untuk melatih dan mengembangkan keampuan berfikir alamiah, dan kemampuan untuk
menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian–kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrai Negara.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau
sumbangan pemikiran untuk pemerintah daerah khususnya Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karo dalam pelaksanaan otonomi daerah
di Kabupaten Karo. 3.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan
Departemen Ilmu Administrasi Negara.
I.5 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena
sosial yang menjadi objek penelitian Singarimbun, 1995:53. Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akn
mengemukakan teori, pendapat, dan gagasan yang akan dijadikan titik landasan berpikir dalam penelitian ini.
I.5.1 Pelayanan Publik E.
Definisi Pelayanan Publik
Aspek pelayanan telah berkembang luas pada tatanan organisasi pemerintah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
maju dan nuansa fungsi dan tugas pelayanan pemerintah yang semakin komperatif.
Groonroos 1990:27 dalam Ratminto Atik 2009:2 mengatakan pelayanan adalah suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata tidak dapat
diraba yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal–hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen pelanggan. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63Tahun 2003
dalam Ratminto Atik 2009:5 menyatakan bahwa Pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di
daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang–undangan.
Pengertian lain dari pelayanan adalah Moenir 2001:16 yang menyatakan bahwa Pelayanan adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas
orang lain baik langsung maupun tidak langsung, atau pelayanan adalah merupakan jasa, dan jasa adalah komuditi, sedangkan elayanan pemerintah terkait
dengan suatu hak dan terlepas dari persoalan apakah pemegang hak itu dapat dibebani suatu kewajiban atau tidak.
Ratminto dan Winarsih 2009:35 mengemukakan bahwa pelayanan publik atau pelayanan umum dan pelayanan administrasi pemerintah atau perijinan
dilakukan sebagai upaya pemenuhan masyarakat, misalnya upaya Kantor Pertanahan untuk memberikan jaminan kepastian hukum atas kepemilikan tanah
dengan menerbitkan sertifikat tanah. Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia 2004 menyebutkan bahwa
salah satu fungsi penyelenggaraan pemerintah yang dilakukan oleh aparatur pemerintah adalah elayanan publik. Peraturan perundangan Indonesia telah
memberikan landasan untuk penyelenggaraan pelayanan publik yang berdasarkan atas Asas–Asas Umum Pemerintahan yang baik. Pasal 3 Undang–Undang No. 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme menyebutkan asas–asas yang menjadi landasan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu : 1.
Asas kepastian hukum, 2.
Asas tertib penyelenggaraan negara, 3.
Asas kepentingan umum, 4.
Asas keterbukaan, 5.
Asas proporsionalitas,
6. Asas proforsionalitas,
7. Asas akuntabilitas.
Membicarakan pelayanan senantiasa terkait dengan pelayanan umum. Menurut Moenir 1995:26, menyatakan bahwa Pelayanan umum adalah suatu
pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan– penggunaan fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh
organisasi publik dalam hal ini adalah suatu pemerintahan. Selain itu, konsep pelayanan juga menyangkut pelayanan masyarakat
Pelayanan masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan proses penyelenggaraan kepentingan umummasyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk
menciptakan efisiensi, efektifitas, kedilan sosial, dan kesejahteraan. Sedangkan dalam arti sempit, pelayanan masyarakat adalah pelayanan tata muka yang
dilakukan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan pelayanan masyarakat, disimpulkan bahwa dalam pelayanan masyarakat unsur penting yang terkandung adalah :
1. Diberikan oleh pemerintah baik pusat maupun di daerah,
2. Berbentuk barang atau jasa,
3. Sesuai dengan peraturan perundang – undangan,
4. Untuk kepentingan masyarakat.
Adanya unsur–unsur ini menunjukkan bahwa tujuan pelayanan kepada masyarakat tidak lain adalah mewujudkan hal trsebut dibutuhkan pelayanan yang
berkualitasprima yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Dari berbagai bentuk pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah, diketahui bahwa pelayanan timbul karena adanya budaya keentingan di dalam masyarakat.
Pelayanan bukanlah sasaran atau kegiatan melainkan merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran tertentu yang telah ditetapkan.
Selanjutnya hakekat pelayanan umum adalah : 1.
Meningkatkan mutu produktifitas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah dibidang pelayanan umum.
2. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan
umum dapat diselenggarakan secara lebih berdaya huga dan berhasil guna. 3.
Mendorong tumbuhnya kreatifitas–prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.
F. Prinsip–Prinsip Pelayanan Publik
Dalam memberikan pelayanan, pihak–pihak pelayanan harus memperhatikan prinsip–prinsip yang terkandung dalam pelayanan itu sendiri.
Prinsip–prinsip dalam pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63KEP PAN72003 adalah :
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit–belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan
2. Kejelasan
a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik
b. Unit kerja pejabat yang berwenang dan tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalan sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran
3. Kepuasan Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.
5. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah. 6.
Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang telah
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggara pelayanan dan penyelesaian keluhan persoalan dala pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, perlatan kerja, dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyedian sarana teknologi,
telekomunikasi, dan informatika telematika. 8.
Kemudahan Akses Tempat dan lokasi sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopanan, dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi
dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain – lain.
Moenir 1992:40 menyatakan bahwa sebagai pihak yang memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan, wujud pelayanan yang didambakan oleh masyarakat
adalah : a.
Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan cepat dalam arti tanpa tambahan yang kadang kala dibuat–buat.
b. Memperoleh pelayanan secara wajar, tanpa gerutu, sindiran, untaian kata
lain semacam itu yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik dengan alasan untuk dinas atau alasan untuk kesejahteraan.
c. Mendapat perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan
yang sama, tertib, dan tidak pandang bulu. d.
Mendapat elayanan yang jujur dan terus terang apabila ada hambatan karena sesuatu masalah yang tidak dapat dielakkan hendaknya
diberitahukan sehingga orang tidak menunggu sesuatu yang tidak menentu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63KEPPAN72003 tentang pedoman umum dalam pelayanan publik
menyatakan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kwajiban aparatur pemerintahan
sebagai instansi yang berkewajiban memberi pelayanan yang prima kepada masyarakat karena pada dasarnya konsumen masyarakat adalah warga negara
yang harus dipenuhi hak–haknya tidak terkecuali sehinggapemerintah sebagai instansi yang memberikan pelayanan yang sebaik–baiknya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
G. Standar Pelayanan
Setiap orang dalam organisasi hendaknya memandang masyarakat sebagai mitra kerjanya yang dapat dilihat dan dihargai sebagai penentu berhasilnya
organisasi tersebut melaksanakan suatu kewajiban. Pemerintah menyadari bahwa ketepatan waktu masih meruakan kendala pemberian pelayanan kepada
masyarakat. Oleh karena itu, dikeluarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63KEPPAN72003 tentang Pedoman Umum elayanan
Publik, diatur bahwa dalam elayanan publik sebaiknya memenuhi standar – standar dalam pelayanan yang pada akhirnya menghasilkan pelayanan yang
berkualitas antara lain : 1.
Prosedur Pelayanan Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan
termasuk pengaduan.
2. Waktu Pelayanan
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
3. Biaya Pelayanan
Biaya tarif pelayanan termasuk rincian yang telah ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.
4. Produk Pelayanan
Hasil pelayanan yang diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
5. Sarana dan Prasarana
Penydiaan sarana dan prasarana pelayanan yng telah memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan
Kompetensi petugas emberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan.
H. Faktor Pendukung Pelayanan
Moenir 201;56, mengemukakan beberapa faktor pendukung pelayanan antara lain sebagai berikut :
1. Kemampuan Aparat
Pembangunan suatu bangsa memerlukan aset pokok yang disebut sumber daya resource, baik sumber daya alam natural resource maupun sumber daya
manusia human resource. Kedua sumber daya tersebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Apabila dipertanyakan mana yang
lebih penting diantara kedua sumber daya tersebut, maka sumber daya manusialah yang paling penting. Hal ini dapat diamati dari kemajuan–kemajuan suatu bangsa
sebagai indikator keberhasilan pembangunan bangsa tersebut. Negara–negara yang potensial miskin sumber daya alam tetapi karena usaha peningkatan kualitas
manusia nya begitu hebat, maka kemajuan bangsa tersebut dapat disaksikan dewasa ini. Sebaliknya negara–negara yang potensial sumber daya alam, tetapi
kurang mementingkan pengembangan sumber daya manusianya, maka kemajuannya kalah dengan negara yang kualitas sumber daya manusia tinggi.
Pentingnya peningkatan kualitas aparatur ini adalah dalam rangka tugas pelayanan yang diembannya sebagai absi masyarakat. Sejalan dengan mutu
peningkatan aparatur itu, juga kita yakin bahwa didalamnya terkandung peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat. Aparat daerah diharapkan lebih
menghayati maka Sense of Publik Service dalam pelaksanaan tugasnya. Meningkatkan mutu pelayanan berarti masyarakat didorong untuk membayar
pajak yang dibebankan kepada mereka. Peningkatan kualitas kemampuan aparatur pemerintah secara umum dapat
dilakukan dengan berbagai cara, Indrawijaya 1997:3, mengemukakan pendapatnya yaitu terhadap 2 dua cara, yaitu :
a. Pendidikan dan pelatihan yang dapat ditepuh untuk meningkatkan
kemampuan kualitas aparatur, karier dan organisasi. b.
Peningkatan kemampuan kualitas aparatur terutama melalui diklat agar pengetahuan, kompetensi dan keterampilan dapat meningkat di samping
sikap dan perilaku.
Untuk itu dari konsep diatas jelas mensyaratkan perlu dilakukan pengembangan keampuan aparatur dengan objek sasaran peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai.
2. Prosedur Pelayanan
Suatu prosedur pelayanan adalah suatu kegiatan dan pelaksanaan tugas yang diperoleh dengan memperhatikan segi–segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga
kerja, waktu, ruang, jarak, biaya dan sebagainya. Dalam masing–masing kegiatan pelayanan, terdapat prosedur tertentu yang merupakan pola dalam pelaksanaan
rangkaian yang dapat melahirkan suatu sistem tertentu. Soedjaji1994:84 mengemukakan bahwa prosedur kerja adalah cara–cara
pelaksanaan kerja yang seefisien mungkin akan atas sesuatu tugas yang diperoleh dengan mengingat segi – segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja, waktu,
ruang, jarak, biaya dan sebagainya. Dalam suatu pelayanan publik, prosedur merupakan suatu ketentuan yang
mengatur setiap individu dalam pelayanan tersebut. Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2012 menyebutkan bahwa setiap penyelenggara wajib
menyusun, menetapkan dan menerapkan standar pelayanan. Penyelenggara dalam menyusun standar pelayanan wajib mengikutsertakan masyarakat dalam pihak
terkait serta mengacu kepada ketentuan teknis yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang–undangan. Dalam hal ini, masyarakat adalah semua pihak
yang berkedudukan sebagai manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak langsung.Masyarakat yang dimaksud adalah tokoh masyarakat,
dunia usaha, lembaga profesi atau lembaga swadaya masyarakat. Dalam
penyusunan standar pelayanan, hendaknya menyusun rancangan standar pelayanan yang harus berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan dengan
tidak memberatkan penyelenggaraan pelayanan. Rancangan standar pelayanan tersebut membuat komponen :
a. Dasar hukum,
b. Persyaratan,
c. Sistem, mekanisme, dan prosedur,
d. Jangka waktu penyelesaian,
e. Biaya tarif,
f. Prosedur pelayanan,
g. Sarana dan prasarana fasilitas,
h. Kompetensi pelaksana,
i. Pengawasan internal,
j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan,
k. Jumlah pelaksana,
l. Jaminan pelaksana yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan
standar pelayanan, m.
Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu–
raguan, n.
Evaluasi kinerja pelaksana. 3.
Sarana dan Prasarana Moenir 1992:119 mengemukakan bahwa Sarana adalah segala jenis
peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas lain sebagai alat utama pembantu
dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedangberhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh
Moenir, jelas memberi arah bahwa saranan dan prasaran adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut
adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai mana yang telah dikemukakan diatas, maka prasarana sebagai komponen penunjang utama
kegiatan adalah tidaklah terlepas dari hal yang menjadi pusat kegiatan secara spesifik dikatakan gedung ruangan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka sarana dan prasarana pada dasarnya memiliki fungsi utama sebagai berikut ;
a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat
waktu efisien, b.
Meningkatkan produktivitas baik barang atau jasa, c.
Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin, d.
Lebih memudahkan sederhana dalam gerak para pengguna pelaku, e.
Ketetepan susunan stabilitas pekerjaan lebih terjamin, f.
Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang–orang yang berkepentingan, g.
Menimbulkan rasa puas pada orang–orang yang berkepentingan yang mempergunakannya.
I.5.2 Kualitas Pelayanan
Kualitas tidak dipisahkan dari produk dan jasa atau pelayanan. Tjiptono 1995:51 mengemukakan bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melibihi harapan. Pengertian kualitas pelayanan dikemukakan oleh Lukman
1994:14 dalam bukunya Manajemen Kualitas Pelayanan, yakni Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu
pembakuan pelayanan yang baik. Kualitas pelayanan yang didambakan tersebut prinsipnya tidak jauh dari
prinsip–prinsip pelayanan yang berkualitas. Ynag mana telah diuraikan oleh Moenir dalam bukunya manajemen pelayanan umum 1997:41 bahwa :
1. Sebelum segala sesuatu dimulai, mka prosedur harus ditetapkan lebih
awal. 2.
Proses dan rosedur itu harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat dan tidak boleh mengandung interprestasi ganda.
3. Kualitas muncul dari orang – orang yang bekerja dalam sistem artinya
orang bekerja mengikuti suatu sistem, satu mata rantai yang akhirnya membuahkan hasil. Apabila sistem itu baik, maka kecil kemungkinanya
kesalahan akan terjadi. 4.
Peninjauan kualitas oleh para eksekutif, perlu dilakukan secara periodik dalam arti perlu diadakan penyempurnaan dalam prosedur jika dipandang
perlu jika memperhatikan selera pihak yang dilayani.
5. Kualitas pelayanan dapat dicapai hanya apabila para pemimpin organisasi
secara perlahan dan konsistenpada peningkatan kualitas dan kemudian menyempurnakan secara berkala.
6. Kualitas berarti memenuhi kebutuhan, keinginan, dan selera konsumen.
7. Kualitas menuntut kerjasama yang erat.
Mewujudkan pelayanan yang berkualitas sebagai ujung tombak dari output yang dihasilkan dari kerangka sistem pelayanan umum dan pelayanan prima lebih
ditentukan dan tergantung dari segenap segmen yang terkait dalam pelayanan itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan pelayanan yang prima dan berkualitas, setiap masyarakat bersikap sopan dalam mengurus pendaftaran tanah dan tertib dalam
menerima pelayanan pendaftaran tanah tersebut, serta bersikap antri dalam artian didahulukan yang memasukkan berkas permohonannya terlebih dahulu sehingga
yang memberikan pelayanan dapat bekerja dengan baik, sehingga dapat menimbilkan kepuasan masyarakat.
D. Dimensi Kualitas Pelayanan
Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas pelayanan, antara lain pendapat dari Garvin dalam Boyd Walker and Larreche 2000:272 yang
mengembangkan dimensi kualitas pelayanan, yakni : 1.
Kinerja performance karakteristik operasi pokok dari produkinti misalnya kecepatan pelayanan, kemudahan dan kenyamanan selama
pelayanan, dan lain–lain.
2. Ciri–ciri atau keistimewaan tambahan feature yaitu karakteristik
sekunder atau pelengkap, misalnya pelayanan khusus yang diberikan keada pelanggan yang berbeda dengan tempat lainnya.
3. Kehandalan realibility yaitu kemungkinan yang kecil untuk mengalami
kerusakan atau gagal untuk digunakan. 4.
Kesesuaian dengan spesifikasi conformance to spesification yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar–standar yang
telah ditetapkan sebelumnya. 5.
Daya tahan durability berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat terus digunakan. Dimensi ini berkaitan dengan sampai berapa lama suatu
produk dapat berlaku untuk digunakan misalnya SIM atau KTP. 6.
Serviceability meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, serta penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Kualitas yang dipersepsikan precieved quality yaitu citra dan reputasi
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut ciri–ciri produk yang akan
dibeli, maka pembeli mempresepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merk, iklan, dan reputasi organisasi.
Dari ketujuh dimensi pelayanan ditas bertujuan untuk menciptakan mutu pelayanan jasa yang baik. Mutu merupakan alasan atau faktor yang paling
penting bagi pengguna jasa masyarakat untuk menggunakan suatu produk pelayanan. Perkembangan selanjutnyaParasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam
Kotler 2002:540-499 menemukan bahwa ada lima penentu mutu jasa yang
disebut dnegan Service Quality SERQUAL yang disajikan secara berturut berdasarkan tingkat kepentingannya, yaitu :
1. Keandalan, yakni kemampuan untuk melkasanakan jasa yang dijanjikan
secara terpercaya dan akurat. 2.
Daya tanggap, yaitu kesediaan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
3. Kepastian, yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. 4.
Empati, yaitu keadilan untuk peduli, memberikan perhatian pribadi keada pelanggan.
5. Bewujud, yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, petugas, dan materi
komunikasi.
E. Prinsip–Prinsip Kualitas Pelayanan
Dalam rangka untuk menciptakan kepuasan kepada masyarakat, setiap organisasi harus memiliki prinsip–prinsip yang mengarah kepada penyempurnaan
kualitas organisasi. Berikut ini dipaparkan 6 enam prinsip yang tepatuntuk melaksanakan penyempurnaan kualitas Wolkins dalam Saleh 2010:105, yakni :
1. Kepemimpinan
Strategi kualitas organisasi harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin dan
mengarahkan organisasinya dalam upaya peningkatan kualitas kinerja. Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak, usaha peningkatan
kualitas hanya akan berdampak kecil.
2. Pendidikan
Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak sampai karyawan operasional, wajib mendapatkan pendidikan mengenai kualitas.
3. Perencanaan Strategik
Proses perencanaan strategi harus mencangkup pengukuran dan tujuankualitas yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk
mencapai visi dan misinya. 4.
Review Proses review merupakan satu–satunya alat yang paling efektif bagi
manajemen untuk mengubah perilaku organisasi. Proses ini menggambarkan mekanisme yang menjamin adanya perhatian terus
menerus terhadap upaya sasaran–sasaran kualitas. 5.
Komunikasi Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses
komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun stakeholder lainnya.
6. Total Human Reward
Reward dan Recognition meruakan aspek rusial dalam implementasi strategi kualitas. Setia karyawan berprestasi pelu diberi imbalan dan
prestasinya harus diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat kerja, rasa bangga, dan rasa memiliki sense of belonging setiap anggota
organisasi dapat meningkat yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan profitabilitas bagi perusahaan, serta
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
F. Unsur-Unsur Kualitas Pelayanan
Unsur – unsur kualitas pelayanan Saleh, 2010:106, antara lain : 1.
Penampilan Misalnya penampilan pegawai yang ada di kantor harus berpenampilan
sopan dan tidak berlebihan. 2.
Tepat Waktu dan Janji Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam menyampaikan sesuatu
perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepada pelanggan bukan sebalinya selalu ingkar janji.
3. Kesediaan Melayani
Sebagaimana fungsi dan wewenang harus melayani kepada para pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar–benar bersedia
melayani kepada para pelanggan. 4.
Pengetahuan dan Keahlian Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus mempunyai
pengetahuan dan keahlian. Disini petugas pelayanan harus memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan tertentu yang disyaratkan dalam
jabatan serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya. 5.
Kesopanan dan Ramah Tamah Masyarakat pengguna pelayanan itu sendiri dan lapisan masyarakat yang
baik tingkat status ekonomi dan sosial rendh maupun tinggi maka petugas pelayanan masyarakat dituntut adanya keramahtamahan yang standar
dalam melayani, sabar tidak egois dan santun dalam bertutur kepada pelanggan.
6. Kejujuran dan Kepercayaan
Dari aspek kejujuran ini, petugas harus transparan dalam penyelenggaraan pelayanan, jujur dalam pembiayaan dan jujur dalam penyelesaian
waktunya. 7.
Kepastian Hukum Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang berupa
surat keputusan, harus mempunyai legitimasi atau mempunyai keputusan hukum.
8. Keterbukaan
Secara asti bahwa setiap urusan atau kegiatan yang memperlakukan ijin, maka ketentuan keterbukaan perlu ditegakkan. Keterbukaan itu akan
mempengaruhi unsur–unsur kesederhanaan dan kejelasan informasi kepada msyarakat.
9. Efisiensi
Dari setiap pelayanan dari berbagai urusan, tuntutan masyarakat adalah efisiensi dan efektivitas dari berbagai sumber daya sehingga menghasilkan
biaya yang murah, waktu yang singkat, tepat serta kualitas yang tinggi. 10.
Biaya Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukankewajaran dalam
penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat dan pengeluaran harus transparan dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan yang berlaku.
11. Tidak Rasial
Pengurusan pelayanan dilarang membeda–bedakan kesukuan, agama, aliran, dan politik. Dengan demikian segala urusan harus memenuhi
jangkauan yang luas dan merata. 12.
Kesederhanaan Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk diperhatikan
kemudahan, tidak terbelit–belit dalam pelaksanaan.
I.5.3 Kepuasan Masyarakat Dalam Merasakan Pelayanan Yang Diberikan
Mewujudkan pelayanan yang berkualitas sebagai ujung tombak dari keluaran yang dihasilkan dari kerangka sistem pelayanan umum dan pelayanan
prima lebih ditentukan dan tergantung dari segenap segmen yang terkait dalam pelayanan itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pelayanan yang prima dan
berkualitas, setiap masyarakat bersikap sopan dalam mengurus pendaftaran tanah dan tertib dalam menerima pelayanan pendaftaran tanah tersebut, serta bersikap
antri dalam antrian didahulukan yang memasukkan berkas permohonan terlebih dahulu sehingga yang memberikan pelayanan dapat bekerja dengan baik, sehingga
dapat menimbulkan pelyanan yang berkualitas. Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan beraneka ragam menurut Surapto
1997:228 mngatakan Keputusan masyarakat adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya. Memandang
orientasi, mempengaruhi kebutuhan masyarakat maka suatu kewajaran bentuk pelayanan yang berkualitas perlu diupayakan dengan sungguh–sungguh.
Pentingnya hal ini lebih menekankan pada pemberian rasa kepuasan kepada
masyarakat yang dilayani. Kepuasan akan tercipta jika apa yang menjadi kebutuhan ataupun tuntutan terpenuhi sesuai dengan keinginan dengan begitu
engukuran kualitas ada dasarnya tidaklah terlepas dari konteks keuasan masyarakat yang dilayaninya.
Tingkat keuasan merupakan fungsi perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di bawah harapan, maka pelanggan
akan kecewa, akan tetapi jika kinerja sesuai dengan harapan maka masyarakat merasa sangat puas.
I.5.4 Pengurusan Sertifikat Hak Atas Tanah C.
Pendaftaran Hak Atas Tanah
Menurut Undang–Undang Pokok Agraria Hak Milik Atas Tanah erupakan hak yang terpenuh dan paling kuat serta bersifat turu temurun, yang hanya
diberikan kepada warga negara Indonesia tunggal serta dapat dialihkan kepada pihak lain. Kegiatan pengurusan sertifikan Hak Milik Atas Tanah sebenarnya
merupakan kegiatan pendaftaran tanah dimana kedua–duanya sama–sama bertujuan untuk memperoleh kepastian atau kekuatan hukum bagi pemegan Hak
MilikAtas Tanah yakni dalam bentuk sertifikat. Oleh sebab itu, teori–teori yang akan dipaparkan peneliti selanjutnya mengenai pendaftaran tanah.
Pengertian pendaftaran tanah menurutPasar 1 Peraturan Pemerintah PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalaha rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus berkesinambunga dan teratur meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan yudiris, dalam bentuk peta dan daftar mengenai
bidang–bidang tanah dan satuan–satuan rumah susun termasukpemberian sertifikat, sebagai surat tanda bukti hanya bidang–bidang tanah yang sudah ada
haknya dan hak milik atas satuan rumah susun termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya
dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh negara pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan
keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah- wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan, dan penyajiannya bagi kepentingan
rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penertiban tanda buktinya dan pemeliharaannya Harsono,
2003:73. Proses pendftaran tanah pertama kali erupakan kegiatan fisik untuk
memperoleh data mengenai letaknya, batas-batasnya, luasnya dan bangunan- bangunan yang terdapat di atasnya. Penetapan batas dan pemberian tanda-tanda
batas yang jelas, berdasarkan penunjukan oleh pemegang Hak Milik Atas Tanah dengan persetujuan pemilik tanah berbatasan. Selanjutnya diadakan pengukuran
diikuti dengan perhitungan luas dan pembuatan peta tanah yang kemudian diterbitkan menjadi surat ukur Budi Harsono, 1989:54
Seperti yang diketahui bahwapendaftaran tanah adalah bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan kepastian hak terhadap pemegang Hak Milik
Atas Tanah. Dengan pendaftaran tanah diharapkan bahwa seseorang merasa aman tidak ada gangguan atas hak yang dimilikinya.
Di dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, dalam pasal 19 ayat 1 mmerintahkan diselenggarakan
pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. Kepastian hukum yang dijamin itu, meliputi kepastian mengenai :
a. Letak, batas, dan luas tanah,
b. Status tanah dan orang yang berHak Milik Atas Tanah,
c. Pemberian surat berupa sertifikat.
Selanjutnya di dalam UUPA Pasal 19 ayat 2 menentukan endaftaran tanah yang dimaksudkan dalam ayat 1 meliputi :
a. Pengukuran, pemetaan, dan pembukuan.
b. Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah dan pemelihataan Hak-Hak MilikAtas
Tanah tersebut. c.
Pemberian surat-surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat sertifikat.
Adapun tujuan pendaftaran tanah diatur Pasar 19 UUPA yaitu bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum di
bidang pertanahan, sebagaimana pada garis besarnya telah dikemukakan dalam pendahuluan tujuan pendaftaran tanah seperti yang dinyatakan dalam Pasal 3 P
Nomor 24 tahun 1997 adalah : 1.
Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah satuan rumah susun dan hak-hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
2. Untuk menyediakan informasi kepada phak-pihak yang berkepentingan
termasuk pemerintah agar dengan mudah, dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang terdaftar. 3.
Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan
perwujudan, tertib administrasi di bidang pertanahan untuk mencapai tertib administrasi tersebut di setiap bidang tanah dan satuan ruah susun
termasuk peralihan, pembebanan danbhapunya wajib di daftarkan.
D. Sertifikat Hak Atas Tanah
Sesuai dengan Pasal 1 butir 20 Peraturan Pemerintahan No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran Tanah bahwa Sertifikat adalah surat tanda bukti hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk Hak Milik Atas Tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak tanggungan yang
masin-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan Sertifikat berdasarkan Pasal 32 ayat 1 PP No. 24 tahun 1997 yaitu surat
tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yudiris yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data
yudiris tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
1. Tujuan Penerbitan Sertifikat
Penerbitan sertifikat Hak Milik Atas Tanahdapat dijelaskan karena asas dimaksud tidak berlaku terhadp benda tak bergerak maka bagi yang menguasai
bendatak bergerak termaksud tanah belum dianggap sebagai pemilik, sehingga dengan kata lain membuktikan kepemilikan terhadap suatu bidang tanah tertentu
tidak cukup dengan cara menguasainya secara defacto melainkan diperlukan bukti tertentu sebagai pendukungnya Abdurrahman, 1995:109.
Bukti tersebut tidak lain adalah sertifikat Hak Milik Atas Tanah. Sebagai bukti atas hak yang sah dan dimiliki kekuatan pembuktian sempurna. Dan
diterbitkannya sertifikat, keastian hukumnya akan lebih terjamin yang meliputi : a.
Kepastian hukum tentang subjeknya, maksudnya adalah dengan diterbitkannya sertifikat hak milik atas tanah secara yudiris terlah terjamin
bahwa orang yang namanya tersurat di dalam sertifikat sebagai pemilik atas tanah tertentu.
b. Kepastian tentang objeknya, maksudnya dengan diterbitkannya sertifikat
hak milik atas tanah, baik letak, luas maupun batas-batas tanah lebih terjamin karena di dalam sertifikat hal-hal yang berkenaan dengan suatu
bidang tanah termaksud gambar situasi termuat di dalamnya. Dengan terciptanya kedua kepastian hukum diatas kita mengharapkan
sengketa atau konflik di bidang pertanahan lambat laun akan semakin berkurang dan inilah sebenarnya tujuan akhir dari penerbitan sertifikat Abdurrahman,
1995:120 menyatakan bahwa : Lebih parah lagi adalah timbulnya dua atau lebih sertifikat tand bukti hak
milik atas tanah yang sama. Kondisi demikian tidak hanya menciptakan ketidakpastian hukum melainkan juga merugikan bagi pemegang bukti hak sebab
diantara sekian banyak sertifikat mungkin hanya satu yang sah, selebihnya cacat
hukum dan ini akan teruji kalau antara mereka telah terjadi sengketa di pengadilan.
2. Fungsi Sertifikat Bagi Pemegangnya
Sebagai konsekuensi dari terciptanya kepastian hukum mengenai subyek dan obyek maka dnegan diterbitkannya sertifikat tersebut dapat menimbulkan
beberapa fungsi bagi pemiliknya Effendi dan Harsono, 1997:426, yaitu : a.
Nilai ekonomisnya harga jual lebih tinggi Tanah yang telah bersertifikat memiliki harga yang jauh lebih tinggi
ketimbang tanah yang belum bersertifikat. Kenapa demikian, karena tanah yang telah bersertifikat telah memiliki jaminan kepastian hukum baik
subyek maupun obyeknya. Kepastian hukum mengenai subyek, dalam hal ini ada jaminan oleh hukum bahwa penjual adalah pemilik tanah yang
sesungguhnya. Dengan begitu telah menepis keraguan dari pembeli atas gangguan pihak ketiga. Kepastian hukum mengenai obyek, bahwa luas
dan batas-batas tanah tidak perlu diragukan lagi karena kedua hal tersebut telah tersurat di dalam sertifikat tanah Efendi, 1983:73
b. Tanah lebih mudah dijadikan sebagai jaminan utang
Barang yang menjadi obyek jaminan tersebut meliputi segala macam barang yang memiliki nilai ekonomi, termasuk tanah. Dengan adanya
barang jaminan yang dijaminkan kreditur tidak perlu ragu akan pengembalian uang pinjaman sebab sekalipin debitur wnprestasi barang
dimaksud dapat dijual lelang dan hasil penjualannya digunakan untuk pelunasan utang. Keraguan yang muncul berikutny adalah bagaimana
kalau barang yang dijaminkan tersebut bukan milik debitur, kalau ini
terjadi proses pelelangan akan terhambat oleh gangguan pihak ketiga sebagai pemilik tanah yang sesungguhnya. Konsekuensinya ialah
pelelangan tidak dapat dilakukan sehingga uang pinjaman tidak dapat dikembalikan oleh debitur apabila secara yudiris pihak ketiga itu mampu
membuktikan bahwa barang jaminan sebagai miliknya. Terbayang oleh damak terburuk itu lalu muncul pemikiran bahwa kalau
sebidang tanah yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan utang disyaratkan dengan sertifikat tanah dimaksudkan agar ada kepastian
hukum, bahwa debitur adalah benar-benar sebagai pemilik atas tanah yang dijaminkan Efendi, 1983:74.
c. Potensi untuk menang dalam perkara lebih terbuka
Sertifikat hak milik atas tanah dapat diklasifikasikan dalam golongan alat bukti tertulis surat. Bagi kita di Indonesia hingga kini alat bukti primer
utama lebih khusus lagi akta otentik. Apa yang dinamakan akta otentik tidak lain adalah akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
berwenang. Berdasarkan rumusan diatas aka sertifikat memenuhi syarat untuk digolongkan kedalam akta otentik karena dibuat oleh pejabat
tertentu. Okta otentik dinamakan alat bukti primer karena memiliki keunggulan tersendiri yang tidak dimiliki alat bukti lain. Suatu
Keunggulan bagi akta otentik dibanding dengan alat bukti lain ialah dari segikekuatan pembuktiannya Vis Probandi bahwa akta otentik memiliki
kekuatan pembuktian sempurna Volledige Bewijs Kracht artinya kekuatan pembuktian yang memberikan kepastian hukum yang cukup,
kecuali terbukti sebaliknya. Sehingga menurut hukum akta otentik
termasuk sertifikat hak milik tanah untuk sementara harus dianggap sebagai sesuati yang benar sepanjang belum terbukti kepalsuannya.
Konsekuensinya ialah barang siapa yang membantah keasliannya pihak inilah yang harus membuktikannya bahwa kata itu palsu, berarti kalau
tidak terbukti kepalsuannya maka pihak ini harus kalah dalam perkaranya Harsono, 1997:432.
d. Dapat memberi proteksi yudiris bagi pemegangnya
Seseorang yang bukan pemilik tanah menerbitkan sertifikat hak milik atas tanah tersebut atas namanya tanpa seizin pemilik sesungguhnya jika kedua
terlibat sengketa dipengadilan dimana sertifikat dijadikan sebagai alat bukti hampir dapat dipastikan pemegang sertifikat ini akan memenangkan
perkara, sebab paling tidak secara yudiris ia telah membuktikan hak-haknya terhadap tanah tersebut. Kebenran hukum itu terkadng tidak mencapai
kebenaran yang sesungguhnya, dengan kata lain “pengertian yang benar” menurut hukum ialah pihak yang mampu membuktikan dalil-dalinya dan
mampu membuktikan dalil-dalil sangkalannya yang diajukan pihak lawan dengan menggunakan alat-alat bukti yang sah. Sebaliknya bagi pihak
lawannya sekalipun ia sebagai pemilik tanah yang sesungguhnya tetap karena dalam perkara, para pihak mampu membuktikn haknya atas tanah
yang dipersengketakannya Harsono, 1997:428. Sertifikat sebagai salah satu buti kepemilikan hak, menjadi salah satu hal
yang sangat penting dala pembangunan kesadaran hukum masyarakat. Oleh karena itu, penerbitan sertifikat menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah
negara hukum.
I.6 Definisi Konsep
a. Prodesur
Prosedur merupakan tata cara atau mekanisme pelayanan yang seefisien mungkin dan membentuk suatu pola dalam pelaksanaan rangkaian
kegiatan pelayanan yang dapat melahirkan suatu sistem tertentu. b.
Pelayanan Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di
pusat, di daerah, dan dilingkungan BUMN atau BUMD dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuam peraturan perundang-undangan.
c. Waktu Pelayanan
Pelaksanaan pelayanan publuk dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Sertifikat Hak Milik Atas Tanah
Merupakan surat tanda bukti hak milik yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yudiris ynag termuat
di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yudiris tersebut sesuai data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
e. Kualitas Pelayanan Pengurusan Hak Milik Atas Tanah
Merupakan pelayanan pengurusan sertifikat Hak Milik Atas Tanah yang diberikan kepada masyarakat sesuai standar pelayanan yang telah
ditetapkan oleh instansi yang bersangkutan sehingga masyarakat merasa puas akan pelayanan instansi tersebut.
f. Kepuasan Masyarakat
Merupakan output dari kualitas pelayanan yang timbul dari perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasalan dengan apa yang
diharapkannya.
I.7 Sistematika Penulisan