13 sistem saluran pencernaan; miristisin yang terkandung di dalam minyak pala
merupakan zat yang dapat menyebabkan halusinasi Travelgrenada 2005.
Pada Lampiran 2 dapat ditunjukkan berbagai alternatif pemanfaatan dan pengolahan
buah pala tersebut. Oleoresin dan mentega pala merupakan hasil ekstraksi biji pala
menggunakan pelarut organik. Oleoresin terdiri atas minyak atsiri, resin serta komponen-komponen pembentuk aroma lainnya yang tidak mudah menguap yang
menentukan rasa khas rempah. Penggunaan oleoresin pada industri pangan mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut: 1 mutu produk lebih seragam
dan terkontrol, 2 pemakaian lebih ekonomis dan efisien karena sudah berbentuk ekstrak rempah dan 3 mudah dalam penanganannya Risfaheri dan Mulyono
1992.
2.2. Produksi Minyak Pala Indonesia
Volume dan nilai ekspor minyak pala Indonesia selama lima tahun terakhir berfluktuasi dengan volume ekspor terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu
mencapai 495.021 kg atau senilai US 14,782.076. Volume dan nilai ekspor serta harga FOB minyak pala Indonesia selama delapan tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Volume dan nilai ekspor minyak pala Indonesia tahun 1998 – 2005
Tahun Volume Ekspor kg
Nilai Ekspor US 000
1998 382.100
10,014 1999
387.725 10,046
2000 350.544
9,110 2001
495.021 14,782
2002 295.089
9,273 2003
- 11,753
2004 955.000
11,165 2005
977.000 14,970
Sumber: BPS 2006
Berdasarkan laju peningkatan ekspor, sampai dengan tahun 1999 minyak pala merupakan jenis minyak atsiri yang menunjukkan laju peningkatan ekspor
Indonesia tertinggi yaitu 34.6 per tahun atau rata-rata meningkat US 1,722,849 per tahun BPS 2000. Amerika Serikat masih merupakan negara tujuan ekspor
14 utama dengan nilai ekspor rata-rata sebesar 60 dari total nilai ekspor minyak
pala Indonesia. Selain Amerika Serikat, negara tujuan ekspor lainnya adalah Jerman, Perancis, Singapura, Australia, Switzerland, India dan Malaysia. Pada
tahun 2005 volume ekspor ke Amerika Serikat sebesar 340 ton atau senilai US 8,611,000. Jumlah tersebut merupakan 57.6 dari total ekspor minyak pala
Indonesia yang mencapai volume sebesar 977 ton atau senilai US 14.970.000 Lampiran 4.
III. DAYASAING MINYAK PALA
3.1. Konsep Dayasaing
Dayasaing merupakan kemampuan produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup baik dan biaya produksi yang cukup rendah
dibanding produsen lain sehingga produsen memperoleh laba yang mencukupi dan dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya Simanjuntak 1992.
Menurut Salvatore 1997 menyatakan bahwa dayasaing komoditas tercermin dari harga jual yang bersaing dan mutu yang baik. Dayasaing adalah keunggulan dari
suatu perusahaan atau industri dalam menghadapi pesaingnya di pasar domestik atau internasional.
Dayasaing competitiveness seringkali dinyatakan dalam bentuk
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Suatu komoditi dianggap menguntungkan untuk diproduksi atau diusahakan dan dapat bersaing di pasar
internasional apabila komoditi tersebut mempunyai keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif maupun kompetitif
suatu aktivitas ekonomi dari suatu negara atau daerah menunjukkan keunggulan baik dalam potensi sumberdaya alam, penggunaan teknologi maupun kemampuan
manajerial dalam aktivitas yang bersangkutan Sudaryanto et al. 1993. Byerlee 1989 dalam Andriani 1999 menyatakan bahwa keunggulan
komparatif menggambarkan efisiensi penggunaan sumberdaya untuk memproduksi suatu produk tertentu yang diukur pada kondisi perdagangan
internasional. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Keunggulan komparatif bersifat dinamis
artinya suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif disektor tertentu secara potensial harus mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain.
Keunggulan komparatif berubah karena faktor yang mempengaruhinya. Soydlowsky 1984 dalam Saptana et al. 2001 menyatakan bahwa faktor-faktor
yang berubah terkait dengan keunggulan komparatif adalah ekonomi dunia, lingkungan domestik dan teknologi. Menurut Simatupang 1991 serta Sudaryanto
dan Simatupang 1993, konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran