Lokasi Penyulingan Bahan Baku Penyulingan

46 maksimal. Perbedaan tersebut dapat berupa perbandingan biji pala dan fuli, tekanan uap, lama penyulingan dan kondisi proses lainnya. Keberagaman metode proses yang tidak baku secara tidak langsung mempengaruhi kuantitas dan kualitas minyak pala dan berakibat persaingan usaha. Hasil identifikasi usaha perkebunan, penyulingan dan eksportir minyak pala dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.3. Lokasi Penyulingan

Usaha penyulingan minyak pala berlokasi di daerah perdesaan dan terdapat beberapa lokasi yang sulit dijangkau dengan kendaraan umum. Pemilihan lokasi ini terutama disebabkan antara lain: 1. Harga tanah masih relatif murah karena usaha penyulingan minyak pala umumnya berskala mikro, kecil dan menengah dengan modal terbatas. 2. Kedekatan dengan lokasi sumber bahan baku. 3. Kedekatan dengan sumber air sungai. Air sangat diperlukan sebagai bahan penghasil uap dan untuk proses kondensasi dimana diperlukan air yang mengalir terus menerus. Dengan memilih lokasi dekat sungai maka air yang diperlukan untuk boiler dan proses kondensasi dapat memanfaatkan air sungai sehingga mengurangi biaya produksi. 4. Selama proses penyulingan ada dampak terhadap lingkungan berupa ampas penyulingan minyak pala, air hangat yang keluar dari pipa kondensasi, dan aroma minyak pala yang dihasilkan pada saat proses penyulingan.

5.4. Bahan Baku Penyulingan

Bahan baku penyulingan adalah jenis pala destilasi 3-4 bulan yang diperoleh dari petani atau pedagang pengumpul. Petani menjual biji pala basah atau biji pala kering kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp. 7.000kg untuk biji pala basah dan harga biji pala kering berbeda-beda tergantung pada kualitasnya. Pala kilat pala tua, merupakan pala yang digunakan untuk rempah dengan rendemen minyak sangat kecil 10 dengan harga Rp.22.000kg, pala destilasi merupakan yang paling baik untuk disuling karena menghasilkan rendemen 15 dengan harga Rp.33.000-Rp.35.000kg; pala media menghasilkan 47 rendemen 13, kualitasnya dibawah pala destilasi, dengan harga Rp. 28.000 – Rp. 30.000kg biji pala kering; pala campur menghasilkan rendemen 12, merupakan campuran dari beberapa kualitas pala dengan harga Rp. 26.000- Rp. 30.000kg; pala polong menghasilkan rendemen 10-11, dengan harga Rp. 24.000kg biji pala kering, sedangkan harga fuli kering super ditingkat penyuling sebesar Rp. 58.000 – Rp. 60.000kg. Bahan baku untuk keenam usaha penyulingan tidak hanya berasal dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi tetapi juga diperoleh dari Kabupaten Cianjur, Kuningan, Banten, Jawa Tengah dan Lampung. Bahan baku yang berasal dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi mencapai kurang lebih 60. Biji pala yang diterima penyuling umumnya sudah dalam bentuk biji pala kering yang dihasilkan oleh petani, pedagang pengumpul atau pengeringan biji pala basah ditempat usaha penyulingan. Buah pala segar atau dalam bentuk biji basah yang masih diselubungi fuli harus dipisahkan antara biji dan fulinya dengan cara direndam didalam air selama 3 jam kemudian digelondongkan diatas ayakan kawat untuk melepaskan fulinya, selanjutnya biji dan fuli dijemur dibawah sinar matahari. Penjemuran fuli dilakukan selama 1 hari sedangkan biji pala dalam waktu 3 hari tergantung pada intensitas cahaya matahari sampai kadar air mencapai 12. Hasil pengamatan di lapangan diketahui adanya beberapa usaha penyulingan yang tidak melakukan penyulingan karena ketidaktersediaan bahan baku. Ketidaktersediaan bahan baku disebabkan karena bahan baku yang ada sudah berada dibawah penguasaan penyuling lain yang memiliki harga penawaran lebih tinggi, disamping itu bahan baku biji pala untuk penyulingannya banyak yang diekspor ke negara lain. Untuk itu peranan pemerintah dalam mengawasi tataniaga bahan baku di dalam negeri dan larangan ekspor biji pala untuk bahan baku penyulingan minyak pala. Selain dari pedagang pengumpul, bahan baku dapat diperoleh dari petani plasma binaan seperti yang dilakukan PT. Pavetsia Atsiri Indonesia. Kemitraan PT Pavetsia memiliki 10 petani plasma yang berperan menampung biji pala yang berasal dari anggota kelompok tani binaannya sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan menjamin pembelian biji pala yang 48 berasal dari petani plasma dengan harga yang stabil dan tidak membatasi jumlah volume pembelian. Dengan pola ini petani akan mendapatkan nilai tambah yang lebih besar dibanding menjual biji pala basah.

5.5. Teknologi Penyulingan