22 kebijakan harga input dan kuantitas permintaan domestik, dan; 4 faktor yang
tidak dapat dikendalikan seperti lingkungan alam Munandar 2001.
3.4. Dayasaing Minyak Pala Indonesia di Pasar Internasional
Berdasarkan persamaan indeks RCA persamaan 1, keunggulan komparatif untuk sepuluh negara eksportir minyak atsiri terbesar di dunia dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut. Tabel 5. Nilai indeks RCA sepuluh negara eksportir minyak atsiri terbesar HS
3301
No. Negara
Tahun Trend
2001 2002 2003
2004 2005
1. Amerika Serikat
1.77 1.87
1.75 1.97
2.08 4.3
2. Perancis
0.56 0.55
0.59 0.64
0.63 3.1
3. Brazil
7.88 9.62 12.16
10.30 9.95
7.4 4.
Inggris 0.82
0.72 0.83
0.84 0.89
2.6 5.
Argentina 7.54
9.70 8.38
7.76 10.77
11.6 6.
China 4.12
3.52 2.43
2.73 2.50
-10.4 7.
Indonesia 10.6
9.37 8.32
8.24 11.10
2.7 8.
Jerman 0.27
0.28 0.28
0.36 0.39
10.2 9.
Italia 0.68
0.63 0.65
0.66 0.64
-1.4 10.
India 5.90
7.65 9.57
11.38 -
24.6 Sumber: UN Comtrade 2006 diolah dalam Rusli 2006
Dari Tabel 5 terlihat bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir 2001- 2005, Indonesia memiliki indeks RCA yang cukup tinggi setingkat dengan
Argentina dan Brazil. Namun demikian kecenderungan peningkatan indeks RCA yang terjadi, posisi Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan karena jika
dibandingkan dengan dua negara tersebut, kecenderungan peningkatan indeks RCA Indonesia jauh lebih rendah yakni 2.7 dibanding 11.6 Argentina dan
7.4 Brazil. Hal yang sama juga terlihat pada perkembangan RCA minyak pala
dibandingkan dengan dua negara pesaing yakni India dan Indonesia. Jelas terlihat, meskipun nilai ekspor minyak pala Indonesia mewakili 65 pangsa pasar dunia,
indeks dayasaingnya rata-rata untuk 5 tahun terakhir lebih rendah jika dibandingkan dengan Grenada. Lebih jauh Grenada juga memiliki kecenderungan
peningkatan indeks RCA yang jauh melebihi Indonesia 100 seperti ditunjukkan pada Tabel 6. Hal ini jika dibiarkan, lambat laun akan berdampak
23 negatif pada dominasi pasar minyak pala Indonesia. Untuk itu dibutuhkan strategi
khusus yang mampu mendongkrak dayasaing minyak pala Indonesia agar tetap mampu bersaing dimasa mendatang.
Tabel 6. Perkembangan RCA minyak pala HS 3301295025 negara saingan Indonesia di Pasar Amerika Serikat
No. Negara
Tahun Trend
2001 2002
2003 2004
2005
1. India
0.61 0.79
0.99 0.99
0.70 1.13
2. Grenada
12.43 11.98
11.98 15.70
21.29 3.
Indonesia 5.58
6.64 6.65
6.65 8.34
8.45 Sumber: US Census Bureau, Foreign Trade Statistics 2006 diolah dalam Rusli 2006
Grenada adalah pesaing Indonesia dalam perdagangan minyak pala di pasar
internasional. Walaupun minyak pala Indonesia mempunyai keunggulan karena memiliki aroma yang khas dan rendemen minyak yang tinggi Lampiran 4,
namun peranan Indonesia dalam mengendalikan pasar pala dunia tidak begitu nyata disebabkan kemampuan Indonesia dalam negosiasi dan diplomasi bisnis
ekspor impor masih lemah, justru Grenada mempunyai andil dominan Lutony dan Rahmayati 2002; Sunarto dalam Oryzanti 2003. Produksi minyak pala
Grenada pada tahun 2000 berjumlah 2.4 ton US 193,11 dan meningkat dengan pesat menjadi 17.9 ton dengan nilai ekspor US 677,98 dan menurun menjadi 6.8
ton atau senilai US 482,77 pada tahun 2002 Travel Grenada, 2005.
Pengumpul biji pala dr
petani Perwakilan
di USA, Eropa,
Kanada Pedagang
dan pembeli internasiona
; Outlet
GNCA Konsumen
lokal industri
Unit Pengolahan
Koordinator pasar bahan
baku Pengolahan
Unit ekstraktor
GCNA
Ekspor Ekspor
24 Gambar 4. Rantai pemasaran minyak pala Grenada GCNA 1999, dalam
Rodriguez, 2003 Disamping kemampuan diplomasi, Grenada yang memiliki kelembagaan
minyak pala yang kuat. The Grenada Cooperative Nutmeg Association GCNA merupakan organisasi petani yang sangat penting di Grenada. GCNA memiliki 16
pangkalan penampungan dengan produksi rata-rata 20 tontahun dan 10 ton minyak fulitahun. Unit penyulingan ini beroperasi 24 jamhari dengan kapasitas
penuh 40 tontahun. Petani dan kelompok tani membawa biji pala ke lokasi pengolahan terdekat kemudian dipisahkan berdasarkan kualitas. Unit pengolahan
juga berfungsi untuk proses pengeringan, gudang penyimpanan untuk selanjutnya dikemas, dijual, diolah atau disuling. Asosiasi ini juga memiliki tenaga ahli
dibidang minyak atsiri yang membantu GCNA menghasilkan minyak pala yang berkualitas tinggi. Gambar 4 memperlihatkan rantai pemasaran minyak pala
negara Grenada. Dengan pola kelembagaan seperti diatas maka ekonomi biaya tinggi akibat rantai pemasaran yang panjang dapat dihindari dan keuntungan
yang diperoleh pelaku usaha terjamin . Di Indonesia, minyak pala yang dihasilkan umumnya dijual ke pedagang
pengumpulpedagang perantara yang berada di daerah produsen. Ada kalanya eksportir memiliki pangkalan di desa atau kota kecil sehingga memperoleh
minyak pala langsung dari pedagang perantara. Ditangan eksportir, minyak pala yang berasal dari pedagang perantara masih mengandung kotoran dan terdiri atas
berbagai kelas mutu sehingga di eksportir minyak pala mengalami penanganan lebih lanjut antara lain proses penjernihan, pengelompokkan, pencampuran
blending, analisa minyak dan pengemasan. Rantai tata niaga industri minyak pala di Indonesia disajikan pada Gambar 5. Pelaku usaha petani, pedagang
pengumpul, penyuling, pedagang perantara, ekspotrir dan industri besar dalam melakukan usahanya masih sendiri-sendiri. Dengan struktur tata niaga yang
demikian dikhawatirkan menyebabkan kemampuan posisi tawar dan negosiasi harga dengan pihak importir menjadi lemah dan tidak ada jaminan harga bagi
pelaku usaha .
25 Gambar 5. Rantai tata niaga industri minyak pala di Indonesia
3.5. Penelitian Terdahulu Tentang Dayasaing